12. Windfalls

577 122 13
                                    

nas's notes: hiiii I'm back and ready to post some fluff on this chapter!!

karena part ini agak panjang, jadi aku minta tolong untuk teman-teman agar vote terlebih dahulu, ya. bisa nyalain kuotanya terus vote dan matiin lagi biar kalian bisa baca secara offline. terus jangan lupa di comment juga yayayayaya—biar aku semangat nulis yang agak panjangan wkwkwk 🥹🥹🥹

awas aja kalo aku udah upload part yg ada romance scenenya, tapi ngga ada yang comment. aku bakal razia lapak ini atau aku lamain updatenya 🙏🏻

terima kasih banyak dan selamat membaca!

Jakarta, Indonesia
April 27th, 2026

Giandra Euphrasia's 26th birthday

Frida Hadiwiryono datang bersama ART-nya yang lebih muda dan supirnya yang mengantarkan mereka dengan Audi A6 tahun 2021 berwarna abu-abu. Seperti nenek pada umumnya, Frida berusaha untuk memberikan banyak perhatian pada cucunya dengan membawakan makanan dan kado yang paling diinginkan oleh Giandra. Setelah kedua orang tuanya Giandra meninggal, Frida kerap mengunjungi kediaman Giandra di hari ulang tahunnya untuk membawakan kado dan makanan kesukaannya (Frida kerap menanyakan apa yang ingin dimakan oleh cucunya saat ulang tahun).

"Hari ini Anindya pulang jam berapa?" Frida bertanya begitu ia sampai di rumah Giandra. Wanita tua tersebut melangkahkan kakinya masuk ke dalam kediaman yang sudah dibersihkan oleh Mba Yaya.

Untung aku sudah membersihkan rumah ini sebelum Nyonya datang. Mba Yaya membatin sembari menerima dua paper bag yang merupakan kado ulang tahun untuk Giandra yang harus ia taruh di kamar nonanya. "Jam sembilan malam, Bu. Sepertinya Non Giandra ada janji makan malam sama Mas Nicholas."

"Astaga Anindya," ucap Frida sembari memegangi kepalanya karena merasa pusing. Ia mulai menaruh tas tangan klasiknya dari Chanel di atas sofa dan duduk begitu saja. Saat duduk pun, ia tampak mencemaskan cucunya yang lebih banyak jalan bersama Nicholas dibandingkan mencari pacar, "dia selalu makan malam atau jalan bersama Nicholas, bukannya cari pacar. Lama-lama aku nikahkan saja anak itu sama Nicholas."

Tentu saja para kakek nenek Giandra sudah tahu kalau Giandra kerap jalan bersama Nicholas dan lelaki muda itu menjadi penyuntingnya Giandra. Mereka sangatlah dekat hingga para orang dewasa berasumsi bahwa sebenarnya mereka bisa menikah, namun mereka berdua belum menunjukkan keinginan untuk menikah apalagi ketertarikan satu sama lain secara jelas.

Sebenarnya Frida menilai bahwa Nicholas akan cocok dengan cucu kesayangannya. Keluarganya sudah menjalin hubungan baik sejak Agnia, nenek Nicholas, masih menjadi anak gadis Keluarga Zahid (Zahid, keluarga pemilik perusahaan ekspedisi, investor, dan gedung perkantoran yang sekarang berada di Kawasan Niaga Terpadu Sudirman). Sebelum Agnia menyelesaikan pengobatannya bersama besannya, dr. Arif Soerjapranta, karena meninggal, Agnia memiliki ide untuk menjodohkan Nicholas dengan Giandra. Saat itu Frida hanya mengatakan 'lihat saja'.

"Beberapa hari yang lalu, saya menemani Non Gi beli bahan di Plaza Indonesia dan habis itu datang ke penjahit untuk menjahit kebayanya."

"Kebaya untuk pernikahan, 'kan?" tanya Frida untuk memastikan. Ia teringat dengan rencana Giandra di tempo hari.

Mba Yaya menganggukkan kepalanya. "Ya, meskipun Non Gi bilang kalau dia belum bertemu jodohnya, namun ia ingin membuat kebayanya sendiri."

"Tapi Mba Yaya, kalau Nicholas jemput Giandra ke rumah, dia nunggu di mobil atau masuk ke rumah?" tanya Frida yang seakan-akan sedang mengintrograsi Mba Yaya.

"Biasanya masuk ke rumah terus menyapa siapa saja yang ada di rumah. Mas Nicholas juga selalu ketemu sama saya, Mas Rayan—kalau Mas Rayan di Jakarta, atau Mba Alya. Kalaupun agendanya hanya datang ke rumah, Mas Nicholas hanya duduk di ruang tengah sambil kerja."

The InheritanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang