43. Dead Lock

218 28 7
                                    

nas's notes: kayaknya ada beberapa part yang butuh perombakan. selain sepi, kayak flat aja gitu? T^T

tapi bingung, ini cerita yang muji belum keliatan, apalagi yang benci. yang ngulas juga belum ada, apalagi yang promosi. jadi kayak ... hngggg ???

terima kasih dan selamat membaca!

.


.


.

Jakarta, Indonesia
July 9th, 2026

Sayangnya, Nicholas tidak membawa paspornya dan tidak menyimpan nomor paspor dalam ponsel pintar miliknya. Menurut Nicholas, akan sangat berbahaya jika menyimpan hal-hal menyangkut identitas pribadinya pada aplikasi notes atau galeri ponsel miliknya.

Maka, lelaki muda itu harus pulang ke rumah terlebih dahulu untuk mengambil paspor sekaligus memesan tiket pesawat. Mendengar Raka yang pergi ke Singapura pada waktu yang bersamaan dengan Giandra, membuat kepalanya semakin sakit.

Baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumahnya, Nicholas tak dapat mengendalikan tubuhnya dan langsung tersungkur tepat di ruang keluarganya.

.





.





.
Singapore
July 9th, 2026

Setelah tiga puluh menit penuh pertimbangan dan beberapa saran berguna dari seorang rekan penjual dengan logat Singlish-nya, Giandra tampak senang saat keluar dari butik Cartier. Ia dan paper bag berwarna merah tersebut terlihat sedang melangkah menuju luar gedung. Barang yang berhasil diperoleh Giandra adalah sebuah jam tangan yang akan terlihat pantas untuk Nicholas. Giandra langsung melangkah ke sisi luar gedung yang jauh lebih sepi untuk mencari tempat berteduh.

"Giandra!"

Sayang sekali, telinga Giandra langsung menangkap suara yang ia kenal. Langkah kakinya pun terhenti dengan terpaksa. Ia tak menoleh, namun pemilik suaralah yang langsung menghalangi pandangan Giandra.

Di antara semua negara, setan yang satu ini memilih untuk keluar dari sangkar dan muncul secara tiba-tiba di Singapura. Giandra membatin saat melihat Raka yang berdiri di depannya untuk menghalangi Giandra agar tidak pergi.

"Raka," balas Giandra dengan nada dingin.

Dengan cepat, Raka langsung memajukan tubuhnya agar ia dan Giandra dapat berdiri berdekatan. "Apakah ini petanda bahwa kita ditakdirkan untuk saling bertemu?"

Ucapan orang ini menggelikan. Bicara apa, sih, dia? lagi-lagi Giandra membatin dengan perasaan jengkel. "Kurasa hanya kebetulan."

"Ah, ya," balas Raka secara spontan, "aku dulu tinggal di sini untuk kuliah."

Banyak publik yang tahu bahwa Raka menempuh pendidikan di Singapura dan Amerika Serikat. Hanya saja, Giandra tampak tak peduli. Apalagi saat ini, banyak orang Indonesia yang menjadi diaspora di luar negeri. Sementara mendengar Raka yang meninggikan ucapannya tentang pendidikan sarjana yang ia tempuh di Singapura benar-benar memuakkan.

Giandra memutar matanya dengan perasaan jijik. "Tentu saja. Kamu, 'kan, orang kaya lama."

Sayang sekali jika aku membiarkan Giandra pergi. Aku harus mengajaknya jalan—tentu saja selagi tidak ada diplomat yang melempar ucapan pedasnya kepadaku. Kali ini, aku harus mencoba untuk merayu Giandra. Setidaknya agar Giandra bisa bersamaku sepanjang hari, bahkan malam, di salah satu tempat terbaik di Singapura. Clara tidak akan keberatan. Raka membatin saat mereka berdua terdiam dan saling melempar tatapan tajam.

The InheritanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang