Waktu terus berjalan, dan sepuluh menit yang diberikan wanita itu terasa seperti sepuluh jam. Setiap detik yang berlalu hanya menambah kecemasan dan ketakutan kami. Aku tahu kami harus siap menghadapi apa pun yang akan datang, meski aku tidak tahu apa yang akan terjadi.
Pintu terbuka kembali, dan wanita itu masuk dengan tatapan puas di wajahnya. "Udah waktunya," katanya singkat. Dia mengamati kami dengan tatapan penuh penghinaan, seolah-olah kami hanyalah boneka yang bisa dia kendalikan sesuka hati. Pria yang tadi memasang kamera di kamar kami masuk bersama wanita itu, mengatur posisi kamera dan memeriksa peralatan satu per satu.
Pria itu berdiri di belakang kamera, bersiap untuk mengambil video, sementara wanita itu duduk di sudut ruangan dengan tatapan dingin. "Ayo, mulai," perintahnya, suaranya menggema dengan keangkuhan.
Aku merasakan ketakutan yang semakin dalam merambati tubuhku. Aku mencoba menguatkan diri, menatap Rina dengan penuh keteguhan. Kami harus tetap bersama, apapun yang terjadi.
Rina menggenggam tanganku erat, mencoba mencari kekuatan dalam genggaman itu. "Kita harus bisa," bisikku pelan, mencoba menguatkan dirinya dan diriku sendiri.
Wanita itu mengamati kami dengan tatapan tidak sabar. "Cepat! Jangan buang waktu!" bentaknya, suaranya memotong keheningan dengan tajam. "Kalian tahu apa yang harus dilakuin," kata wanita itu dengan suara dingin. "Buat ini jadi menarik. Kalian di sini untuk menghibur."
Pria di belakang kamera memulai rekaman, matanya tajam mengamati setiap gerakan kami. Aku merasakan gelombang mual dan kebencian mengalir ke seluruh tubuhku, tapi aku tahu kami harus tetap bertahan.
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Hutang
General FictionNamaku Arman, seorang suami yang sangat mencintai istriku, Rina. Hidup kami sederhana di kota kecil yang tenang, dengan impian membuka toko kecil untuk kehidupan yang lebih baik. Namun, ketika modal menjadi hambatan, kami terpaksa meminjam uang dari...