Terjerat Hutang | Part 11 | Jalan Keluar

1.1K 11 0
                                    

Tanpa diduga, wanita itu memasukkan kunci kecil ke dalam chastity yang mengurung kontolku selama ini. Dengan gerakan cepat dan cekatan, dia memutar kunci dan membuka chastity itu. Sensasi kebebasan langsung terasa, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, aku merasakan tubuhku sedikit lebih ringan. Aku menatap wanita itu dengan campuran rasa syukur dan bingung, tidak tahu harus berkata apa.

Dan ketika akhirnya chastity itu terbuka sepenuhnya, wanita itu tertawa melihat kontolku. "Haha, makin kecil aja kontol kamu ya, Arani," katanya dengan nada mengejek. "Masih bisa dipakai nggak, tuh? Haha," lanjutnya sambil tertawa lebih keras.

Mendengar kata-katanya, aku merasa sakit hati. Ada rasa malu yang menusuk, tapi aku mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Bagiku, yang paling penting saat ini adalah kebebasan kecil yang baru saja kudapatkan. Chastity yang selama ini mengekangku akhirnya terlepas juga, dan itu adalah langkah pertama menuju kebebasan yang selama ini kuimpikan.

Aku memasang senyum palsu di wajahku dan ikut tertawa, meskipun hati ini terasa berat. "Haha, iya, Mbak," jawabku dengan nada setenang mungkin. Aku harus tetap tenang dan berpura-pura tidak peduli, karena aku tahu ini adalah kesempatan yang langka. Aku tidak boleh membuat wanita itu curiga.

Sambil memasukkan chastity ke dalam sebuah kantong kecil, wanita itu menatapku lagi dengan mata tajam, seakan masih memegang kendali penuh atas situasi ini. "Sekarang, lepas buttplug yang kamu pakai," perintahnya tanpa basa-basi, nadanya tegas dan tidak memberi ruang untuk penolakan.

Aku merasakan jantungku berdegup lebih cepat. Rasa malu dan ketidaknyamanan langsung menyerang, tapi aku tahu aku harus mengikuti apa yang dia katakan. Aku tidak ingin membuatnya curiga atau marah. Dengan tangan yang sedikit gemetar, aku mengulurkan tangan ke belakang dan perlahan mulai melepaskan buttplug yang selama ini menjadi bagian dari siksaan harian yang harus kutanggung.

Sensasi ketika benda itu perlahan keluar dari tubuhku adalah campuran antara rasa sakit dan kelegaan. Aku menggigit bibir bawahku untuk menahan diri agar tidak mengeluarkan suara, berusaha keras untuk tetap tenang di depan wanita itu. Ketika buttplug itu akhirnya lepas sepenuhnya, aku merasakan kelegaan yang luar biasa, seakan sebuah beban berat telah diangkat dari tubuhku.

Wanita itu terus memperhatikan dengan tatapan tajam, seolah-olah setiap gerakanku sedang dievaluasi. "Bagus," katanya dengan nada puas setelah melihat aku berhasil melepas buttplug itu. Dia kemudian menyodorkan kantong kecil yang tadi digunakan untuk menyimpan chastity. "Masukin ke sini," perintahnya singkat, matanya masih mengawasiku dengan seksama.

Aku menelan ludah, mencoba menahan rasa malu yang masih menyelimuti. Dengan hati-hati, aku mengambil buttplug yang baru saja kulepas dan memasukkannya ke dalam kantong yang dipegang wanita itu. Tanganku sedikit gemetar, tapi aku berusaha terlihat setenang mungkin di depannya. Setiap gerakanku terasa lambat dan hati-hati, berusaha menghindari kesalahan yang bisa memperburuk situasi.

Di dalam pikiranku, berbagai pertanyaan dan ketidakpastian terus berkecamuk. Apa maksud dari semua ini? Apakah ini artinya aku sudah bebas? Apakah semua hutangku sudah dianggap lunas? Namun, kalau aku memang sudah bebas, kenapa aku masih memakai kalung kejut listrik ini? Kalung yang selalu mengingatkanku akan kendali yang masih mereka miliki atas diriku.


Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio.  

Terjerat HutangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang