Setiap cewek butuh Shaka di hidupnya nggak sih?
Biasa aku ingetin vote komen di akhir bab, kali ini aku ingetin dari awal
Yuk kasih vote dan komen penyemangat!!
Happy Reading ❤️
🍁🍁🍁
Aku sendiri lupa kapan terakhir kali mengunjungi makam Tante Linda. Tapi aku masih ingat jelas tempatnya, meski kondisi pemakaman sudah berbeda.
Nala malah lupa tempat ini sama sekali. Dia akhirnya ingat kapan terakhir kali kemari, lima tahun lalu bersama ayahnya. Lama sekali.
Setelah membersihkan rumput liar di sela-sela makam marmer Tante Linda, aku dan Nala mendoakan beliau. Nala kemudian menabur kelopak bunga mawar. Tak lupa menaruh sebuket mawar putih di samping nisan.
"Dulu Ayah pernah bilang kalau mawar putih bunga kesukaan Bunda," kenang Nala sambil tersenyum. Kurangkul pundak gadis itu, hendak menuntunnya berdiri. Namun Nala menolak.
"Ada yang mau aku sampaikan ke Bunda," tuturnya. Aku mengangguk, ingin mendengarkan apapun yang Nala akan katakan.
"Maaf Nala lama nggak kesini. Maaf karena Nala lupa sama Bunda. Tapi sekarang Nala ingat semuanya. Nala juga tahu semuanya dari Amma. Terimakasih udah memutuskan untuk melahirkan Nala, padahal Nala ada karena kesalahan."
Nala berhenti sejenak mengatur napasnya. Kuperhatikan mata dia yang mulai berkaca-kaca. Aku bimbang, antara memaksanya pulang atau membiarkan dia menumpahkan isi hatinya. Mengingat keberanian Nala kemarin yang memaksa ingin tahu segalanya, sepertinya pilihan kedua lebih baik. Sekali lagi aku dibuat takjub oleh gadis ini.
"Bunda nggak perlu khawatir." Kudengar Nala bicara lagi. "Nala bisa menerima semuanya. Buat Nala, Bunda tetap wanita baik-baik. Bunda ibu yang hebat. Terimakasih untuk kasih sayang Bunda. Karena Nala baru ingat, rasanya seperti baru kemarin Nala merasakan kasih sayang itu. Padahal udah lama ya?" Nala tertawa kecil meski bulir air matanya turun sedari tadi.
"Mungkin setelah ini Nala akan sering datang. Karena pasti Nala bakalan sering kangen sama Bunda."
Nala bangkit, namun aku mencekal lembut tangannya. "Aku udah selesai, Kak," katanya.
"Boleh gue ngomong sama Bunda lo?" tanyaku. Nala menekuk lagi kakinya, kembali berjongkok di sampingku. Matanya memandangku penasaran.
"Hai, Tan," sapaku. "Masih ingat Abang, kan?" Bisa kulihat lewat ekor mata, Nala tersenyum. Entah apa yang gadis itu pikirkan sekarang.
"Terimakasih udah jadi wanita hebat yang melahirkan gadis yang juga hebat. Tante pasti bangga sama Nala sekarang. Nala tumbuh dengan baik dan disayangi banyak orang. Jadi Tante nggak perlu khawatir."
Aku menghela napas panjang. Kutatap Nala yang masih memandangiku, menunggu kata-kata selanjutnya.
"Tan, Abang juga minta ijin buat jagain Nala sepenuhnya. Abang sayang sama Nala dan ingin menemani dia seterusnya." Kutatap Nala penuh arti kala kuucapkan kalimat terakhir.
"Kak...," lirihnya. Sebutir air mata kembali jatuh. Kuusap lembut dengan ibu jari.
Kemudian kami berdua bangkit setelah berpamitan pada pusara Tante Linda. Berjalan beriringan dengan tangan saling bertaut, aku ingin menjaga gadis ini selamanya.
🍁🍁🍁
"Jalan-jalan dulu, yuk!" Aku membuka percakapan karena sedari tadi Nala hanya diam. Sengaja aku menyetel lagu-lagu favoritnya, namun Nala hanya bergeming. Tidak ikut bernyanyi seperti biasa. Aku tahu Nala masih berjibaku dalam kesedihan. Jika kemarin dia masih bisa melontarkan celetukan, kali ini tidak lagi. Mungkin energinya sudah habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Things About Renala [END]✔️
Teen Fiction🐼RORA X HAECHAN🐻 ⚠️DILARANG PLAGIAT!!!! DOSA!!! Renala Sabitha: Memang benar hadirnya aku adalah sebuah kesalahan. Tapi aku sama tak berdosanya sepertimu. Arshaka Argantara: Bagaimana bisa seseorang yang tak merasakan kasih sayang penuh bisa menci...