Ni

2.3K 268 12
                                    

Gojo menunggu dengan was-was, entah mengapa juga ia khawatir pada pemuda aneh yang baru di temuinya itu, sedang Shoko memeriksa dengan seksama apa yang menjadi penyebab darah yang keluar dari mulut dan mata sosok asing yang dibawa Gojo.

Dahinya mengernyit saat tidak menemukan sesuatu apapun yang janggal dari tubuh pemuda itu, "dia baik-baik saja." Katanya pada Gojo mengundang ketidak percayaan.

"Kau yakin? Dia tadi berteriak sembari meremas dadanya, apa benar tidak ada yang salah dengannya?" Tanya Gojo memastikan sedikit menjelaskan keadaan yang terjadi sebelumnya.

"Aku yakin. Dia benar-benar baik-baik saja." Ujar Shoko menegaskan, ia menatap pada teman putihnya dengan kedua tangan yang di masukan ke saku jas putihnya, "tapi, siapa dia? Aku tidak pernah melihatnya di SMK Jujutsu."

Gojo menghembuskan nafasnya pelan semakin tidak mengerti dengan situasi yang terjadi pada pemuda itu, mengusap belakang tengkuknya, "aku akan menceritakannya nanti."

"Tapi kau yakin dia baik-baik saja kan? Periksalah sekali lagi." Katanya mengundang imajiner kesal di dahi Shoko.

"Kau ingin aku melakukan pemeriksaan berapa kali pun hasilnya tetap sama. Tidak ada yang salah dengan tubuhnya. Lagian tumben sekali kau seperti ini." Ujar wanita itu kesal.

Gojo mendecak sesaat, "dia memiliki sesuatu hal penting yang belum terselesaikan dengan ku. Aku tidak bisa membiarkannya sekarat apalagi sampai mati."

"Kalau begitu, biarkan saja dia beristirahat disini semalam sembari memastikan keadaannya. Setelah itu kau bisa membawanya pulang besok."

Gojo mengangguk menyetujui saran Shoko. Memilih untuk menyamankan posisi duduknya dengan tatapan mata yang tak lepas dari si pemuda asing yang tidak di ketahui identitasnya.

Shoko pun juga pergi dari ruang itu membiarkan Gojo kembali larut pada keheningan malam dan pikirannya. Tangan dengan jemari panjang itu terulur menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah si pemuda, "siapa kau sebenarnya?"

Jujur, saat pertama kali bertemu Gojo di buat terpesona dengan sosok itu. Rasanya bagai menangkap malaikat yang jatuh di tangannya saat manik birunya bertatap dengan manik ungu amethyst yang begitu misterius.

Jika saja pertemuan pertama mereka tidak seaneh dan semencurigakan itu dapat Gojo pastikan ia akan bertindak ugal-ugalan untuk mendapatkan perhatian sosok yang kini berbaring dengan memejamkan matanya.

Dia seindah itu di pandangan Gojo yang kesehariannya hanya di isi dengan berburu kutukan, membasmi kutukan, bertarung juga darah, jika selain itu mungkin berhadapan dengan para petinggi jujutsu yang menyebalkan.

Layaknya menghirup udara segar pagi hari di pegunungan, mata amethyst penuh kemisteriusan itu membuat pikirannya yang semula penuh hilang seketika. Rasanya menenangkan untuk terus menerus tenggelam didalamnya.

Sebagai sosok yang menopang roda utama jujutsu, kehadirannya dan konstribusinya sangatlah penting. Gojo sering kali stress dan tidak bisa tidur dengan tenang setiap harinya. Pengidap insomnia tingkat akut, bergadang merupakan rutinitas, alkohol pun selalu menjadi teman. Namun, sayang sekali rasa mabuk tidak pernah berniat mampir hingga akhirnya Gojo memilih untuk melampiaskannya dengan memakan makanan manis hampir setiap saat.

Tetapi saat menatap mata itu, saat ia melihat wajah itu, entah mengapa ia merasakan ketenangan hingga ia bahkan tanpa sadar melepaskan teknik mugennya untuk pertama kali saat berbincang dengan si pemuda manis sebelumnya.

Rasa panik dan khawatir serta cemas bersatu kala ia melihat sosok itu berteriak kesakitan.

Bibirnya cemberut bak anak kecil yang tidak di beri permen, jari telunjuknya menusuk-nusuk pipi berisi yang lembut beberapa kali, "hei, bangunlah. Kau harus memberitahu ku apa lagi yang kau tahu tentang masa depan."

"Dasar. Setidaknya beritahu aku siapa nama mu, chibi."

.
.
.

Hari berikutnya,

Kelopak mata itu mengedar melihat sekeliling ruangan serba putih yang asing. Ini kedua kalinya ia bangun di tempat yang berbeda dan hal itu tidak membuat dirinya kembali terkejut, yah sudah seperti kebiasaan. Jika besoknya ia bangun di kolong jembatan ia sudah tidak aneh lagi nanti.

Namun yang mengejutkannya adalah ada sosok pria bersurai putih yang tertidur dengan menumpukan tangan dan kepalanya di sisi ranjang. Wah, apa yang tengah merasuki si putih ini. Batinnya berpikir namun tak ayal ia juga merasa sedikit ngeri.

Pikirannya kembali melayang saat Gojo menggoda Fushiguro dengan dalih sebagai guru pianonya. Sialan, ia di buat merinding seketika kala mengingat itu. Mana Gojo tampangnya seperti seorang gay lagi. Hueee bunda, M/N mau pulang saja.

(Yeu si M/N ga tahu aja ini emang lapak gay)

Kembali ke cerita.

M/N bangun dengan memfokuskan pandangannya yang sedikit memburam, kepalanya agak pusing. Tetapi seingatnya ia pingsan karena dadanya yang terasa sangat sakit semalam, jadi apa yang sebenarnya terjadi?

Apa itu efek karena ia memberitahukan alur kepada tokoh di dunia ini? Agak meragukan sih, tapi untuk memastikan bagaimana jika kita kembali mencoba memberitahukan alur lagi kepada Gojo.

Tunggu ia bangun maka M/N akan-

"Oh, kau sudah bangun?"

"Kaget aku."

Sapaan Gojo yang tiba-tiba membuat M/N memegang jantungnya yang berdetak kencang, perasaan sedari kemarin jantungnya mulu yang kena. Padahal ia ingat jika dirinya tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan organ utama itu.

Mata yang tidak tertutup itu langsung bertemu dengan milik M/N. Gojo memang melepas penutup matanya sesekali saat ia tidur karena semalam ia terasa sangat mengantuk entah karena apa, ia memilih untuk membuka penutup matanya dan tertidur dengan menumpukan kepalanya di sisi ranjang M/N.

M/N di buat terpesona saat bertatapan langsung dengan manik sebiru lautan itu. Saat pertama kali ia melihatnya di anime mata itu sudah sangat indah, tetapi feel melihat secara langsung benar-benar berbeda. Ia bahkan di buat tidak berucap dengan keindahan dari mata milik penyihir terkuat di era modern itu.

Gojo yang juga terpesona pun ikut tenggelam dalam keindahan mata milik si pemuda, namun ia yang cepat sadar pun menopang dagunya sembari tersenyum miring, "aku tahu aku tampan. Tidak usah melihat ku seperti itu." Katanya narsis.

M/N langsung mengalihkan pandangannya. Pipinya yang memerah ia tutup dengan satu tangannya, "si-siapa juga yang melihat mu."

"Heh tereru na yo. Kau membuat ku malu juga."

Shit. Mendengar kata itu seketika membangkitkan memori lain di pikiran M/N. Fix, Gojo memang gay. Dia tidak memerlukan konfirmasi apapun lagi saat di otaknya terputar bagaimana pertemuan pertama Gojo dan Itadori, saat pertama Gojo memberikan Yuuta pedang, saat Gojo menggoda Fushiguro, atau saat Gojo bertarung melawan Jogo.

Pria di hadapannya sudah dapat di pastikan, GAY.

M/N kan jadi takut. Dia itu straight ya, STRAIGHT! Dia masih suka melon dan buah peach.

Tak menunggu lama sebuah tampolan keras mendarat di wajah sang penyihir terkuat era modern, Gojo bahkan di buat terkejut bukan main dengan itu. Yah, ia sadar jika dirinya memang menonaktifkan teknik mugennya berbincang dengan si pemuda sebelumnya.

Tetapi perlu di ingat bahwa saat ia mendatangi Shoko, Gojo sudah kembali mengaktifkan tekniknya kembali, jadi bagaimana bisa pemuda itu menyentuhnya?

"Heh, ini menarik."








***

Move (Gojo Satoru x M. Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang