Kini mereka berkumpul bersama di sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk membahas strategi, mengelilingi Gojo dan M/N beberapa ada yang memilih untuk duduk santai namun diam-diam menaruh penasaran.
Sedang M/N yang merasa seperti tengah interogasi itu menyembunyikan tubuhnya di balik tubuh besar Gojo, mengabaikan berbagai tatapan berbeda yang di layangkan oleh mereka dengan tangan memegang erat baju Gojo.
"Kalian serius tengah menjalin hubungan?" Tanya Utahime yang duduk tenang mengamati mereka di samping Shoko.
Mengangguk tegas, Gojo pun menjawab, "iya. Aku juga sudah menabung benih kok, semoga saja tumbuh, iyakan sayang?"
Geplakan mendarat di kepala Gojo membuat pria itu meringis dan mengusap kepalanya, berbalik dengan mata berkaca-kaca menata pada M/N yang pipinya sudah memerah karena malu sekaligus kesal dengan celetukannya, "sayang kenapa memukul ku?" Katanya merengek.
Urat imagier muncul di pelipisnya merasa kesal bukan main, "bajingan gila! Kau masih bertanya mengapa aku memukul mu?!" M/N memekik.
Pemuda itu sudah tidak mempedulikan imagenya lagi, toh Gojo sudah menghancurkanya hingga lebur, tidak ada gunanya menjaganya lagi. Merutuk dalam hati mengatai Gojo yang tidak pernah bisa sekalipun menutup mulutnya dengan baik.
Orang-orang yang ada di ruangan menatap perdebatan sepasang kekasih itu. Mereka di buat terkejut bukan main saat pemuda manis yang baru saja mereka temui itu dengan berani memukul kepala yang terkuat di antara mereka hingga menimbulkan bunyi renyah yang satisfying untuk di dengar, apalagi Gojo bahkan sampai merengek.
Sebuah hal langka yang sangat di sukai oleh Utahime. Perempuan itu selalu kesal bukan main jika sudah bertemu dengan mantan adik kelasnya semasa SMA itu, melihat Gojo yang ternistakan oleh M/N membuatnya puas. Seolah dendam yang selama ini diam-diam ia pendam tersalurkan melalui pemuda itu.
Raut wajah itu berubah melas, Gojo menunduk bak anak kucing yang polos seolah dirinya tidak membuat kesalahan apapun, bibirnya cemberut seperti bebek membuat teman dan juga murid-muridnya yang melihat hal itu merinding seketika. Dalam benak berteriak nyaring, itu benar Gojo Satoru kan? Pria itu kerasukan apa hingga membuatnya jadi demikian?
"Tapi kan yang aku katakan benar." Ujar Gojo pelan.
"Tapi tidak perlu blak-blakan begitu, dong! Lagian aku laki-laki bodoh. Tidak bisa hamil!"
"Bisa, kalau kita melakukannya dengan giat. Benih ku ini bibit unggul, tahu." Gojo mendebat tidak mau kalah. Ia bahkan bisa di bilang tidak tahu malu lagi sekarang. Mengumbar soal hal seperti itu tanpa memikirkan orang lain yang mendengarnya.
Sungguh apa Gojo tidak memperhatikan bahwa Choso kini tengah menutup telinga adiknya saat mendengar pembicaraan dewasa mereka berdua?
"Gojo bibir mu itu minta aku jahit ya!"
"Bibir ku salah satu aset berharga untuk permainan kita loh sayang, yakin mau di jahit? Dan lagi, panggil dengan nama depan."
"Brengsek!"
Cukup sudah. M/N kira pria itu sudah tidak semenyebalkan dulu, mengingat sebelumnya perilaku Gojo yang berubah lebih lembut dan perhatian, namun ternyata sama saja!
Melihat perdebatan itu mereka semua memilih untuk diam. Iya, diam-diam merasa puas karena Gojo memiliki counter. Setelah ini nampaknya jika Gojo membuat masalah cukup adukan saja pada sosok yang katanya kekasihnya itu, lalu masalah akan selesai. Andai saja Yaga mengetahui hal ini, pasti pria yang menyandang gelar sebagai guru yang terkuat itu akan merasa senang bukan main, setelah bertahun-tahun berusaha mengendalikan Gojo tetapi tetap gagal.
Utahime saja sekarang bersyukur dan senang bukan main, apalagi melihat M/N yang tengah menistakan adik kelas biadabnya itu. Terimakasih karena sudah bersedia membalaskan dendam ku, M/N. Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move (Gojo Satoru x M. Reader)
De TodoDia hanyalah seorang pemuda biasa dengan tampang manis dan lembut cenderung cantik. Banyak orang yang salah mengira gendernya hingga dirinya harus menegaskan di saat perkenalan. Hobinya adalah makan dan menonton film, baik itu anime atau film-film...