·˚ ༘₊· ͟͟͞͞꒰➳ Dua Puluh Enam.

411 91 11
                                    

╔═══════ ೋღ NOIR ღೋ ═══════╗

[―ꜰɪʀꜱᴛ ᴘᴇʀꜱᴏɴ ᴘᴏɪɴᴛ ᴏꜰ ᴠɪᴇᴡ―]

"Tadi ketemu siapa?"

Aku tak menoleh ke arah Riji, pria bersurai hitam dengan kacamata bertengger di wajahnya menanyaiku setelah aku keluar dari mobilku―lebih tepatnya, mobil pemberian dari Krow. Aku mengendikkan bahuku, "Cuma temen-temenku, kenapa emangnya?" Aku mengunci mobil, hendak masuk ke dalam rumahku.

GREB.

Aku terkesiap saat Riji dengan tiba-tiba menarik tanganku, membuat tubuhku reflek condong ke belakang dengan tidak seimbang. Tapi untunglah, Riji ada di belakangku sehingga aku tak terjatuh ke tanah. Reflek aku menatapnya dan memukul lengannya.

"Goblok sia, sinting anying!"

"Udah malem gak usah teriak, baru juga ditarik dikit udah kaget."

Rijing bangsat, anaknya siape, sih?

Ah, iya. Anaknya Rion.

Gak heran.

Tapi ngeselin, bangsat.

Mataku melirik sinis ke arah kakak dari Selia itu, mengacungkan jari tengahku padanya. "Bacot lo, anying. Kenapa tiba-tiba banget narik gua?" Tanyaku padanya dengan kesal, tapi kemudian aku agak terkejut ketika genggaman tangan Riji agak mengerat.

"Sejak kapan ngomong pake lo-gua?"

Aku menatapnya sinis, "Sejak tadi, napa? Gak suka? Ya udah."

[―ᴛʜɪʀᴅ ᴘᴇʀꜱᴏɴ ᴘᴏɪɴᴛ ᴏꜰ ᴠɪᴇᴡ―]

Riji berdecak kesal, dengan tangannya yang satu lagi, ia menoyor kepala [Name] hingga perempuan itu sedikit mengaduh kesal. "Gak pantes pake lo-gua, jangan jadi kayak bad girl." Oceh si Pincenjo Casano.

Meanwhile, [Name]?

Tidak ada ia peduli.

"Terserah gua, Rijing. Lepasin gih, gua mau tidur." Risihnya, namun hal itu tak membuat Riji melepaskan [Name] begitu saja. Tentu, rasanya aneh jika mendengar gadis itu menggunakan kata ganti yang terdengar kasar bagi mulut manisnya.

Dengan mudah, Riji mengangkat tubuh [Name] dan meletakkannya di atas kap mobil putih pemberian dari Krow. Tangan kirinya berada di pinggang [Name], perlahan turun hingga mencapai pinggul gadis itu. Ibu jarinya bergerak di lipatan antara bagian pinggang dengan pinggul gadis itu, matanya menatap intens [Name] yang kini menatap horror ke arah Riji.

Sang adam mendekatkan wajahnya, "Ganti cara lo berucap, atau mulut lo jadi sarang buat adik gua sampai lo gak bisa ngomong. Paham, sayang?" Ancam Riji pada [Name], gadis itu tentu merasa kesal sejadi-jadinya. Tetapi, mau tidak mau ia harus menjadi penurut walau hanya sejenak, jadilah ia mengangguk kecil.

"Iya, iya. Maafin aku, Kak Riji."

Keterpaksaan yang membuat Riji menunggingkan senyum tipis, tetapi membuat [Name] ingin bertantrum ria di tengah malam.

Pada esok harinya, [Name] pergi ke kediaman keluarga hitam untuk bertemu dengan Selia. Ia ingin komplain mengenai kelakuan kakak laki-laki dari si surai metalic blue itu. Namun kenyataannya, ia malah berdua saja dengan Rion yang sehabis memarahi anak-anaknya karena sebuah masalah.

ᴛʜᴇ ɴᴏɪʀ ꜰᴀᴍɪʟɪᴀ : "ᴏᴜʀ ꜱᴀᴛᴜʀɴ." [ʜᴀʀᴇᴍ × ꜰᴇᴍ!ʀᴇᴀᴅᴇʀ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang