Monte Carlo, Monako — satu bulan yang lalu.
Thalia Escara harus mencari tahu siapa pria yang akan ia nikahi.
Reinald Escara Sr. II, kakeknya meninggalkan surat untuknya yang baru saja dibacakan oleh pengacara keluarga pada saat ia genap berumur tiga puluh tahun. Dua hari yang lalu setelah perayaan ulang tahunnya di Boston, ia mendengarkan isi perjanjian konyol yang dibuat antara kakeknya, Reinald Escara Sr. III dengan Patrick Goran Esedi. Di dalam perjanjian itu, keduanya berjanji untuk menikahkan cucu pertama mereka ketika cukup umur. Perjanjian yang bagi Thalia Escara terdengar tidak masuk akal, ketinggalan zaman, dan sangat bodoh. Bagaimana bisa kakeknya ingin dirinya menikah dengan pria yang tidak ia kenal sama sekali?
Pengacara keluarga mereka, Bernard Horam yang meneruskan bisnis ayahnya—Bruce Horam membacakan keseluruhan perjanjian itu sebelum Thalia dapat mempertanyakannya. Di dalam perjanjian itu terdapat syarat yang mengikat bagi Thalia dan pria yang harus ia nikahi.
...cucu pertama Reinald Escara Sr. III dan Patrick Goran Esedi harus menikah pada saat usia mereka mencapai tiga puluh tahun. Kalau keduanya memutuskan untuk tidak menuruti isi perjanjian, mereka dan keluarga inti masing-masing tidak boleh lagi menggunakan nama keluarga Escara dan Esedi. Selanjutnya, mereka tidak boleh lagi berhubungan dengan keluarga besar Escara dan Esedi dan tidak akan mendapatkan warisan....
Perjanjian ini mengikat bukan hanya kepada dirimu Thalia, tapi keluargamu. Mereka akan kehilangan segalanya kalau kamu tidak mengikuti isi perjanjian ini.
Apa? Thalia masih mengingat reaksinya yang begitu terkejut dan bingung ketika mendengarkan syarat perjanjian yang dibuat kakeknya dan Patrick Goran Esedi. Isi perjanjian itu memuat banyak hal yang mengikatnya dengan pria asing yang akan menjadi suaminya. Bernard Horam membutuhkan dua jam untuk membacakan keseluruhan perjanjian itu kepadanya. Setiap syarat membuatnya semakin tidak bisa melarikan diri. Setiap hal yang Thalia pikirkan untuk melarikan diri dari perjanjian itu hanya akan membuat dirinya dan keluarga intinya sengsara. Thalia tahu bagaimanapun ia mencoba, kakeknya dan Patrick Goran Esedi telah mengikatnya dengan perjanjian yang mereka buat.
Siapa? Thalia setidaknya harus tahu siapa pria yang berada dalam situasi yang sama dengannya. Ia dan pria itu terjebak dan mereka harus bertemu. Mereka harus membicarakan ini dan mencari cara untuk melarikan diri.
George Esedi, pengacara keluarganya akhirnya memberitahunya nama pria itu. Bernard lalu memberikan informasi bagaimana Thalia dapat menemukan George. Monte Carlo, Monako. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Thalia untuk tiba di ibukota Monako untuk mencari George Esedi. Ia menggunakan pesawat pribadi keluarganya untuk menemui George Esedi dan selama perjalanan ia mempelajari sosok pria yang terpaksa harus ia nikahi karena perjanjian konyol yang dibuat kakeknya.
Ia menyimpulkan, ada tiga kata yang tepat untuk mendeskripsikan siapa George Esedi: Pembalap. Playboy. Psikopat.
Satu jam sebelum ia mendarat di landasan pacu pribadi Bandara Nice Côte d'Azur, bandara terdekat menuju ibukota Monako, Thalia mengetahui dari Bernard Horam kalau George Esedi berencana untuk datang ke pembukaan Vervedom salah satu klub tereksklusif di Monte Carlo malam itu.
Ketika ia mendarat, mobil Thalia telah disiapkan dan ia mengendarai Ferrari Daytona SP3 merahnya berharap ia dapat sampai ke Monte Carlo dalam waktu kurang dari dua puluh menit. Lima belas menit kurang, ralatnya. Mobilnya dapat berakselerasi ke kecepatan dua ratus kilometer per jam dalam kurun waktu kurang dari sepuluh detik dan dengan mesin 6.5L terbaru yang terpasang, hyper car-nya yang ia beli seharga tiga juta dolar, akan memastikan dirinya sampai di Vervedom tepat waktu. Mungkin sebelum George Esedi, pemenang lima world champion itu tiba.
Thalia tersenyum dengan puas mendengar mesin mobilnya menderu kencang ketika ia menekan pedal gas dengan sepatu hak tingginya. Sepuluh detik kemudian ia telah meninggalkan Bandara Nice Côte d'Azur menuju Monte Carlo.
Seperti yang ia perkirakan, hanya membutuhkan waktu kurang dari lima belas menit untuk sampai ke tengah kota Monte Carlo dengan kecepatan mobilnya. Malam ini Thalia merasa cukup beruntung tidak ada yang menghentikannya karena melanggar banyak peraturan lalu lintas.
Thalia merasa semuanya berpihak kepadanya untuk menemukan George Esedi. Sehingga ia berpikir akan mudah untuk berbicara dengan pria itu dan menyelesaikan masalah keluarga konyol mereka. "I'll talk to him, strategize, and then we'll get on with our lives separately," kata Thalia yang sekarang memperlambat mobil Ferrari-nya yang sampai di depan Vervedom. Klub itu terletak di daerah eksklusif dan termahal di Monte Carlo. Sepanjang jalan St. Reima mobil-mobil mahal terparkir, tapi Ferrari Daytona SP3 merahnya tetap membuat semua mata tertuju kepadanya.
Thalia bersandar dengan santai dan menunggu petugas valet dengan seragam velvet hijau tua dengan logo Vervedom datang kepadanya untuk memarkirkan mobil. Ada satu mobil lain di depannya dan ia tidak terburu-buru. Thalia sangat percaya diri ia datang sebelum George Esedi tiba.
Baru saja Thalia akan mengambil lipstick merah dari dalam tasnya untuk melakukan sedikit touch-up ketika mata birunya tidak kuasa tertuju kepada seorang pria yang berjalan keluar dari pintu klub dengan seorang wanita berambut pirang panjang didekapannya. Pasangan itu terlihat berciuman mesra, sama sekali tidak memedulikan petugas valet yang mendekati dengan canggung. Thalia menyipitkan matanya ketika menyadari ditengah lumatan bibir pria itu, tangannya sibuk meremas payudara wanita didekapannya. Wanita berambut pirang itu mendesah dan tersenyum puas. Lalu Thalia melihat tangan pria itu menarik ke atas salah satu bagian gaun ungu yang dikenakan pasangannya. Ia menahan gaun ungu di atas pinggang, sehingga tangannya mendapatkan akses untuk masuk ke balik kain tersebut. Mata biru Thalia terbelalak ketika detik berikutnya ia menyaksikan pria itu menurunkan celana dalam pasangannya. Pria itu memiliki tubuh yang bidang tapi ramping, cukup untuk menutupi tubuh pasangannya yang sekarang tidak malu-malu melepaskan celana dalamnya. Di tengah kesibukan para tamu Vervedom yang baru saja datang, pria itu menunduk dengan santai dan dengan cekatan ia mengambil mengambil thong berwarna merah muda yang ditariknya turun di antara sepatu hak tinggi pasangannya. Pria itu lalu memasukkannya ke dalam saku celana seolah-olah mereka tidak melakukan apa pun.
Pria itu lalu memberikan tiket valet miliknya kepada petugas dan Thalia baru saja akan melupakan semua hal yang baru saja ia lihat ketika menyadari kalau ia mengenal wajah itu.
Dengan cepat Thalia membuka handphone-nya dan mengetikkan nama pria itu: George Esedi.
Oh. Pria itu... Pria itu masuk ke dalam Koenigsegg Jesko jet black miliknya yang terparkir tepat di depan klub bersama dengan wanita berambut pirang yang sekarang tidak lagi mengenakan celana dalamnya. Mobil Aston Martin di depan mobil Thalia sekarang berjalan maju dan Thalia tahu ia tidak punya banyak waktu. Ia membuka pintu mobil dan berlari menuju Koenigsegg Jesko milik George Esedi berharap untuk menghentikannya. Tapi ia terlambat, pria itu dan pasangannya telah pergi.
"Sial," kata Thalia kepada dirinya sendiri.
Namun Thalia bukan wanita yang mudah menyerah. Ia harus mencari pria itu. Ia harus mengejarnya. "Koenigsegg Jesko-nya memang lebih mahal dari Ferrari-ku, tapi kata siapa aku tidak bisa mengejarnya?"
Thalia sangat yakin malam itu tidak ada satu pun yang tidak berpihak kepadanya untuk bertemu dengan George Esedi, termasuk mobilnya yang sekarang ia nyalakan kembali dan siap mengejar pembalap FI itu.
"Watch out George Esedi, I can drive too," kata Thalia dengan penuh percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLAMENTE | SIMPLY ONLY YOU
Romance© 2024, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ADULT (25+). VIEWERS DISCRETION ADVISED. THIS WORK HAS FOLLOWED THE WATTPAD GUIDELINES FOR MATURE RATING. ========================================================= This work is protecte...