"I'll set the ground rules, Tea Pot," kata George yang sekarang selesai menjilat seluruh bagian jari-jarinya dan berusaha untuk tidak mencoba mengembalikannya ke dalam celana dalam wanita itu untuk merasakan lebih banyak bukti gairahnya.
Ia harus memegang kendali penuh sekarang termasuk dirinya sendiri. George mencari mata wanita itu dan menatapnya, "Let's fuck. Let's do it until our brains turn stupid and we become mash potatoes in bed. Then let's do it some more. But I'll set the rules for us, Tea Pot. Dengarkan baik-baik—satu, tidak akan ada yang berubah. Dengan kita melakukan ini, kamu bebas melakukan apa pun yang kamu inginkan untuk mencoba untuk membuatku menceraikan kamu. Aku juga akan melakukan hal yang sama. Dua, aku bukan milikmu dan kamu bukan milikku. Kecuali ketika aku berada di dalam tubuhmu, for the love of God, jangan katakan nama pria lain atau berfantasi mengenainya. It's me you're having sex with and I'll put all of my attention to you as well. I'll give you orgasms and wild nights, but you're not mine and I'm not yours outside of the bedroom. Tiga, aku tidak ingin anak darimu, jadi aku tidak akan pernah kehilangan kendali di dalam dirimu, tapi kita berdua akan memakai pengaman, mengerti? Empat, no emotions involved. Kita bayangkan hubungan ini hanya sebagai kebutuhan fisik, atau sama seperti one night stand. Tidak ada yang akan jatuh cinta atau diperbolehkan bersikap emosional. Lima, tidak ada ciuman di bibir. It's strictly sex. Enam, dan terakhir, kita harus memiliki safety word. Kita akan menggunakan kata ini kalau kita ingin berhenti."
"Box," kata Thalia menyarankan.
"Box, box—seperti di sirkuit ketika engineer meminta pengemudi untuk kembali ke pit?" George menaikkan sebelah alisnya. Thalia mengangguk dan George berkata, "Box—kalau kita perlu berhenti. If you feel like I hurt you, you can say the word as well, Tea Pot. Mengerti?"
Mata biru Thalia terlihat sama sekali tidak takut kepadanya ketika berkata, "You hate me, but I don't think you're capable of hurting me, Esedi. I will never allow anybody to hurt me as well. Aku bukan wanita yang mudah untuk kamu sakiti secara fisik atau mental."
"Aku tahu, tapi gunakan kata itu kalau kamu memerlukannya."
Thalia yang tidak ingin kalah berkata, "You probably need it more, Esedi."
George menelusuri bibir Thali yang tersenyum lebar kepadanya, "You will never be able to hurt me, Tea Pot."
"Good," kata Thalia.
"Good," balas George.
Thalia lalu menggigit jari-jari George yang baru saja dijilat pria itu, yang sekarang menelusuri bibirnya. Thalia membawanya masuk ke dalam mulutnya sendiri dan berkata, "I wonder how I taste like, Esedi."
George melihat wanita itu menelusuri kedua jarinya dengan lidahnya dan semua yang mereka lakukan kemarin malam terulang kembali di sofa kamar tidurnya. "Kamu telah menghilangkan rasa diriku dari jari-jarimu, Esedi," kata Thalia menggeleng sesaat setelah wanita itu mengeluarkan jari-jari George dari mulutnya.
Lalu Thalia memegang tangan pria itu dan menggiringnya kembali ke bawah celana dalamnya, "Maybe you want to touch me again?"
"Tea Pot—"
Jari-jari pria itu sekarang kembali menelusuri bagian tubuh Thalia yang basah dan menginginkan perhatiannya. Thalia menahan napasnya, tapi wanita itu terus mendorong tangannya masuk untuk menyentuh tubuhnya. "Please, Esedi. Bergeraklah."
George menggerakkan jari-jarinya dengan ritme memutar dan membangunkan api yang tersulut di mata Thalia. "Like this?"
"Ya...."
Thalia melepaskan pegangan tangannya dari tangan George dan mengalungkannya sehingga ia dapat mencakar punggung pria itu. Setiap gerakan dari jari-jari George membuat Thalia gila dan hilang kendali diri. Kukunya semakin tertancap di kulit pria itu ketika George menekan tangannya ke atas klitorisnya. "Esedi!" Thalia meneriakkan nama George ketika ia tahu kalau tubuhnya tidak lagi dapat menunggu. George mempercepat gerakannya dan Thalia berada di ujung orgasmenya.
George berbisik di telinganya dan memerintahkan wanita itu, "Come for me, Tea Pot."
Dalam satu hentakan, jari-jari George membuat Thalia mencapai puncaknya. Seluruh tubuhnya bergemetar hebat dan ia melengkungkan punggungnya, merasakan semua sensasi yang baru saja melanda dirinya. Thalia meneriakkan nama belakang George dan pria itu dapat merasakan kedua puting payudara wanita itu mengeras di kedua dadanya sesaat setelah orgasmenya.
"You are breathtaking, Tea Pot. I like to see you come again," kata George. "This arrangement should work well for us. We need the relief without the emotions involve."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLAMENTE | SIMPLY ONLY YOU
Romance© 2024, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ADULT (25+). VIEWERS DISCRETION ADVISED. THIS WORK HAS FOLLOWED THE WATTPAD GUIDELINES FOR MATURE RATING. ========================================================= This work is protecte...