"...George Esedi is starting on pole position today...."
"...ya, sesi kualifikasinya menunjukkan kemampuan sang pembalap yang sangat tidak tertandingi...."
"...everyone is out of his league...."
"...he is a league of his own don't you think...."
"...setelah Monaco, George Esedi kembali untuk mengingatkan semua orang siapa dirinya...."
"...that's right...."
"...certainly a strong contender for being the race winner...."
George Esedi memasuki paddock dengan pakaian berlogo timnya dan menyapa beberapa orang yang menghentikannya. Ia harus mengganti pakaiannya sekarang dengan seragam yang berwarna sama dengan mobilnya. Terrence Grimaldi yang tengah berbicara dengan race engineer, Billy Elmund mendongak dan berkata, "George, briefing starts ten more minutes."
"Noted," jawab George.
Ia berjalan masuk ke dalam ruang ganti dan membuat pakaiannya untuk ia ganti dengan seragam. George baru saja melepaskan kausnya dan celana jins yang ia pakai ketika ia menunduk dan melihat bekas gigitan Thalia Escara di perutnya.
Jari-jari George menyentuh bekas gigitan wanita itu dan menurunkan sedikit celana dalam yang ia kenakan untuk melihat apa yang telah Thalia lakukan kepadanya. Sebelum mereka meninggalkan hotel pagi itu, ketika keduanya tengah menikmati sarapan, Thalia berjalan ke arah ia duduk berseberangannya dengan wanita itu, lalu berlutut di hadapannya. George menyentuh pipi Thalia dan bertanya, "Why are you kneeling, Tea Pot? Go back to your seat and finish your breakfast."
Thalia mengerutkan dahinya dan terlihat kecewa. "You don't want a blowjob?"
George terbatuk dan ia sangat yakin pada saat itu buah yang baru saja ia makan kembali ke tenggorakannya karena kata-kata wanita itu. "Tea Pot...."
"You're doing well on your qualification rounds, is it because Stella was there?" tanya Thalia kepada George. Wanita itu terdengar sangat posesif dan George dengan santai mengangguk. "Apa menurutmu aku mendapatkan hasil yang bagus di babak kualifikasi karena Stella, Tea Pot?"
"Ya, menyebalkan, kura-kura itu." bisik Thalia.
George mengelus pipi wanita itu yang sempurna, "Kenapa Stella menjadi kura-kura, Tea Pot? Hanya karena Stella berada di dalam paddock Mercedes, bukan berarti ia memberikanku keberuntungan."
Thalia menarik turun celana yang dikenakan George dan membuatnya tidak bisa berkonsentrasi, "Kalau begitu biarkan aku memastikan aku yang membawa keberuntungan hari ini. It's race day, and if you win, it's because of me."
"Claiming me now, Tea Pot?"
"Claiming? No. Aku hanya tidak ingin kamu bodoh. Stella bukan wanita yang baik untukmu, Esedi. Untuk apa berurusan dengan mantan pancar—it's called ex for a reason. Ex for exit. She needs to exit from your life."
Thalia semakin menarik turun celana George dan sekarang jari-jarinya dengan cepat mengeksplorasi kejantanan pria itu yang setengah mengeras. "Tea Pot—"
Pria itu meremas rambut Thalia yang penjang dengan jari-jarinya dan membiarkan wanita itu mendekat, sehingga bibirnya menyentuh kejantanannya. Thalia menjilat bagian atasnya dan George mengerang, "God, please, don't stop...."
Kata-kata George membuat Thalia semakin percaya diri dan wanita itu memasukkan seluruh tubuh George yang teransang ke dalam mulutnya. "Slowly, Tea Pot. I don't want to hurt you," kata George dengan sedikit terengah-engah ketika Thalia mencoba untuk memasukkan seluruh bagian tubuhnya ke dalam mulutnya.
Wanita itu tapi tidak mendengarkannya. Very typical of Thalia Escara.
Thalia mendorong mulutnya sendiri untuk menerima besar dan panjang kejantanan George. Lidahnya bermain, menelusuri setiap bagian kulit tubuh George yang meregang dan menginginkan perhatian. George sekarang bukan lagi meremas rambut Thalia, melainkan menjambaknya, menjadikannya tempat untuk mengontrol sisa kewarasannya.
"Thalia," bisik George dan Thalia menatapnya ketika kembali menjilat bagian atas kejantanannya dan jari-jari wanita itu sekarang menyentuhnya dengan ritme yang membuatnya gila.
"Aku menyukainya juga ketika kamu memanggil namaku," ucap Thalia dengan bibir yang bengkak dan terus memuaskannya. Thalia mengulangi apa yang baru saja ia lakukan, kali ini dengan ritme yang lebih konstan dan George membiarkannya.
George bersandar dan mengerang setiap kali tubuhnya terasa begitu nikmat di dalam bibir wanita itu. Bukan hanya itu jari-jari wanita itu secara konstan memanjakannya dan George tahu ia tidak akan lama lagi mendapatkan puncaknya.
Napasnya menjadi semakin terengah-engah ketika Thalia mempercepat gerakannya dan ia mendorong panggulnya ke arah wanita itu. "Sorry, I need to fuck your mouth," bisik George dan sekarang mengendalikan irama tubuhnya sendiri sementara mulut Thalia terbuka untuknya.
Thalia membiarkannya dan George mempercepat irama itu bersamaan dengan gerakan jari-jari wanita itu. George tidak lagi berusaha untuk menjadi pria sopan dan mendorong tubuhnya masuk berulang kali ke dalam mulut wanita itu sampai pelepasannya. George mendorong sekali lagi panggulnya sehingga ketika ia mencapai puncaknya, bukti gairahnya berada di dalam mulut Thalia Escara. "It's okay if you don't want to swallow it," kata George dengan parau ketika ia mengeluarkan tubuhnya dari dalam mulut Thalia.
Thalia mendongak dan ia melihat wanita itu bukan hanya menelan bukti gairahnya, tapi juga menjilat bibirnya yang meninggalkan sisa dari tubuh George. "Thalia," George mengucapkan nama wanita itu dengan nada memuja.
"Win the race today," kata Thalia yang terdengar sangat serak.
George menyentuh bibir wanita itu sebelum menciumnya, "I will."
"...he's setting a new record...."
"...George Esedi for Mercedes just won first place...."
"...he is the winner of the Canadian Grand Prix...."
"...starting at the pole and finishing first...."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLAMENTE | SIMPLY ONLY YOU
Romance© 2024, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ADULT (25+). VIEWERS DISCRETION ADVISED. THIS WORK HAS FOLLOWED THE WATTPAD GUIDELINES FOR MATURE RATING. ========================================================= This work is protecte...