"Tea Pot? Are you asleep?" tanya George ketika akhirnya ia kembali ke kamar dengan nampan yang ia bawa beserta teko hangat dan cangkir untuk wanita itu.
Thalia tidak menjawabnya di balik selimut yang ditarik wanita itu sampai ke lehernya. George berpikir Thalia pasti kelelahan dan ia menaruh nampan yang ia pegang di salah satu nakas dekat ranjang. George mendekat ke arah wanita itu yang terlihat tertidur dan menunduk. "Tea Pot?" bisik George di dekatnya.
Wanita itu tidak bergerak dan George sangat yakin Thalia sudah tertidur karena ritme napasnya yang teratur. Ia semakin menunduk dan menggunakan kesempatan itu untuk memperhatikan wajah wanita keras kepalanya. "I made you tea, sorry, it took so long, Tea Pot," bisiknya.
George lalu mengecup bibir wanita itu dengan sangat perlahan dengan bibirnya dan berbisik, "But I'm not sorry for stealing this kiss. Hukumanmu lunas, Tea Pot. Sleep well."
George menegakkan kembali tubuhnya dan berjalan ke sisi ranjangnya. Ia mengambil bantal dan menghela napasnya ketika melihat sofa terkutuk yang akan menjadi tempat tidurnya malam ini. Ia tidak mengizinkan dirinya sendiri untuk tidur di sisi wanita itu dan akan menjaga jarak, karena kalau tidak ia sangat yakin kendalinya akan lepas. Bukan hanya itu, George yakin dirinya akan semakin terikat.
Ia memejamkan matanya ketika tubuhnya berada di sofa dan berkata dalam hati, you need to end this marriage before you want her, George.
George tertidur dengan lelap dan tidak terbangun sampai matahari pagi menyinari wajahnya. Ia menyipitkan matanya dan mencoba menyesuaikan pandangannya ketika melihat ke arah jendela yang tirainya tidak tertutup sepenuhnya. George menggerutu ketika ia menegakkan tubuhnya yang kaku. Ia berjalan ke arah ranjang yang sekarang tertata rapih dan menyipitkan matanya menyadari kalau ia tidak bisa menemukan sosok Thalia.
George berpikir Thalia telah pergi untuk sarapan terlebih dahulu dengan kedua orang tuanya dan ia bersiap-siap untuk turun kebawah tiga puluh menit kemudian. Ia memutuskan untuk memakai kemeja berwarna biru muda dan celana formal, tapi tidak memedulikan dasinya. George juga mengeluarkan kemejanya dan menarik lengan kemejanya hingga ke siku dengan santai. Ketika ia sampai di ruang pagi dimana ayah dan ibunya biasanya menikmati sarapan bersama, ia menemukan Thalia bersama dengan mereka.
Ia menahan napasnya ketika wanita itu membalikkan wajahnya dan menatapnya. Mata birunya menatap George dan ia tersenyum. Hanya saja Thalia tidak membalas senyumannya dan membuang muka ke arah orang tua George kembali. "...I mean, that's really great...."
"Oh, George," kata Forest Shahbat, sang ratu yang menyadari kehadiran anaknya. "Kami baru saja membicarakan proyek Thalia. Sangat menarik dan kami tidak menyangka kalau ada kemungkinan Thalia bisa pergi ke luar angkasa menjadi salah satu officer untuk space station terbaru NASA. Kalau ia berhasil dengan proyek Enterprise Discovery, Thalia berkata ia akan mencoba untuk mendaftarkan dirinya untuk menjadi officer di Space Station 72 tahun depan."
George mengerutkan dahinya mengetahui kalau Thalia tidak akan pernah ke bulan karena asmanya yang menghalanginya. "Oh?" tanya George dan seorang pelayan menarik kursi baginya disebelah Thalia.
George menatap wanita itu, tapi Thalia menghindarinya dengan meminum kopinya dan berkata, "Aku belum tentu lulus, Maman. Banyak tes yang harus kulakukan termasuk tes medis. Hanya saja aku lebih percaya kriteria kelulusan misi ke Space Station 72 akan jauh lebih mudah secara teknis dan non-teknis karena jangka waktu misi yang singkat."
"Being up in space for eight months must still be tough even though the mission is considered short, Thalia," kata Forest yang sangat tertarik kepada menantunya. "And also, speaking of medical requirement, will your asthma be a hindrance?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLAMENTE | SIMPLY ONLY YOU
Romance© 2024, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ADULT (25+). VIEWERS DISCRETION ADVISED. THIS WORK HAS FOLLOWED THE WATTPAD GUIDELINES FOR MATURE RATING. ========================================================= This work is protecte...