BAB DELAPAN PULUH SEMBILAN

1.3K 327 44
                                    

George Esedi terdiam di tempatnya. Di tengah kerumunan orang-orang ia dapat melihat Thalia Escara melihatnya mencium Ingrid Shahbat dengan sengaja.

Setelah ia meninggalkan Thalia dengan kemarahanya, George berpikir memancing wanita itu dengan mengatakan kalau dirinya akan merayakan kemenangannya di Wild Rabbit bersama dengan Stella Rosalind akan membawa hasil.

Ia ingin Thalia Escara merasakan cemburu.

Ia ingin istrinya itu jujur dengan perasaannya sendiri.

Ia ingin wanita itu menginginkannya.

Jadi ia mengucapkan kalimat yang terpikirkan pada saat itu dan menggunakan nama Stella. Tentu saja Thalia tidak akan menahannya pergi, tapi George tahu kalau wanita itu akan datang malam ini. Ia tahu wanita berdarah Escara itu akan menahan semua egonya hanya untuk tiba di Wild Rabbit dengan misinya untuk memisahkan George dengan Stella.

Namun George tidak memiliki rencana untuk benar-benar mengajak Stella. Ia melupakan jurnalis itu dan tidak memberitahu rencana tim Mercedes untuk merayakan kemenangan Grand Prix George di Wild Rabbit. Memancing Thalia Escara adalah misinya.

Hanya saja George tidak pernah memikirkan kalau Ingrid Shahbat akan tiba di Montreal malam itu dan mengejutkannya. George tidak percaya ketika melihat Ingrid di lantai dansa. Kata pertama yang diucapkan wanita itu kepadanya adalah, "George, I think you know why I'm here."

Ingrid melingkarkan tangannya diseputar tubuh George, membuatnya sangat tidak nyaman dan ia sama sekali tidak menyukainya. George menyadari kalau hanya satu wanita yang membuatnya nyaman dan ia menyukai sentuhannya. Hanya Thalia Escara yang berada di benaknya sekarang, bukan Ingrid Shahbat.

"Lepaskan tanganmu dari tubuhku, Ingrid," kata George meminta wanita itu menjauh.

Ingrid semakin mendorong tubuhnya ke arah George dan berkata, "Tidak, George. Kamu akan pergi kalau aku tidak menahanmu."

"We'll talk, but let me go. There are many people watching us, this is not how you should behave, Ingrid."

Ingrid mendengus dan mendongak kepada George, "Bagaimana aku bersikap sudah seharusnya, George. Aku adalah calon istrimu dan sudah semestinya kamu tunduk kepadaku. I'm the future queen."

George melangkah mundur dan mendorong tangan Ingrid yang melingkar di tubuhnya menjauh darinya. "I have a wife already and if ever I submit, it's only going to be to the woman I'm married to."

"George, George," ucap Ingrid dengan nada merendahkan. George tidak peduli dengan Ingrid dan mencoba menjauh sebelum semua orang di klub itu menyadari dirinya tidak bersama dengan wanita tepat. Hal itu tidak pernah George pedulikan sebelumnya. Ia akan terlihat dengan banyak wanita dan berbeda-beda setiap kali ia memenangkan Grand Prix. Kali ini, ia hanya ingin terlihat dengan Thalia. Istrinya.

Bukan Ingrid Shahbat.

Bukan wanita lain.

Istrinya.

George melihat ke arah pintu masuk klub dan ia berharap Thalia akan datang secepatnya. Ingrid Shahbat tapi menarik kembali perhatiannya dengan berkata, "Remember Adjara Shida Grand Prix?"

Seketika seluruh tubuh George menjadi kaku dan ia menggertakkan rahangnya mendengar kata-kata Ingrid. "Remember now? She killed two Formula 1 Academy drivers, George," ucap wanita itu lagi.

"You killed them."

"Oh, no, the queen did—your mother, George," ucap Ingrid dengan sangat keras sehingga beberapa orang menoleh dan menatap mereka dengan aneh.

George menarik tubuh Ingrid ke arahnya bukan karena ia ingin berdekata dengan wanita itu, tapi ia ingin menghentikan wanita itu untuk menuduh ibunya sang ratu Adjara Shida seorang pembunuh.

"Oops, do you want to kiss me now?" tanya Ingrid dengan nada menggoda yang sama sekali tidak George suka.

"Shut up, Ingrid."

"Kiss me then," balas Ingrid. "Atau kamu hanya ingin mencium Thalia Escara? Aku melihat kalian berciuman beberapa hari lalu di sirkuit. Is it her you laid eyes on now? Your own wife?"

George tahu pada saat itu ia tidak lagi memiliki pilihan. Ingrid Shahbat bertanya sekali lagi, "Thalia Escara, George? Her? Really? Well I guess she needs to be careful, the queen is going to kill her."

Ia menutup jarak di antara mereka dan mencari bibir wanita itu. Bibir yang bukan bibir Thalia. Bibir yang bukan bibir istrinya. Bibir yang bukan bibir yang ia inginkan.

Ingrid tersenyum puas ketika George menciumnya, sementara George hanya melakukannya untuk menghentikan Ingrid untuk berpikir Thalia adalah wanita yang ia inginkan dan terus merusak nama baik ibunya.

Hanya itu pilihan yang ia punya. Ingrid Shahbat berhasil memancingnya dan George kalah pada saat itu juga. Ciuman itu hanya terjadi untuk satu detik saja dan mengubah segalanya. Ketika George mendongak dan melihat ke arah pintu masuk klub, ia menyadari kalau Thalia sedang menatap mereka. Mata biru wanita itu menatapnya dengan sangat dingin dan tanpa perasaan.

Apa Thalia tidak merasa marah melihatnya mencium Ingrid?

Apa Thalia kecewa dengannya?

Apa yang Thalia pikirkan?

Wanita itu hanya membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar dari pintu masuk, meninggalkan George dan Ingrid di lantai dansa. "It's not Thalia Escara," George memperjelas kata-katanya kepada Ingrid.

"I know, you kissed me. All along—it's only me right, George? Lagipula wanita itu terlihat tidak memedulikanmu. Aku yang peduli. Hanya aku, George."

"..."

"..."

Kenapa Thalia membalikkan tubuhnya? Apa ia tidak peduli? Atau ia hanya peduli dengan strategi dan permainannya untuk membuatku menceraikannya?

Realisasi itu datang dengan tiba-tiba dan George memberikan penjelasan yang paling masuk akal kepada dirinya sendiri. George, Thalia tidak peduli kepadamu. Wanita itu tidak pernah cemburu. Wanita itu hanya ingin menang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 13 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SOLAMENTE | SIMPLY ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang