"Can we talk?" tanya George ketika Thalia baru saja akan meninggalkannya menuju paddock tim McLaren. Thalia menunduk dan melihat tangan George yang memegang pergelangan tangannya. "Apa kamu bosan dengan hidupmu dan ingin mati ditanganku, Esedi? Lepaskan aku."
"Aku mengerti kenapa kamu marah," kata George kepada wanita itu setelah Stella Rosalind meninggalkan mereka berdua.
"Kamu mengerti kenapa aku marah?" tanya Thalia kepada kembali.
"Kamu marah karena kamu peduli kepadaku," jawab. George.
Thalia tertawa dan menatap George seakan-akan ia telah kehilangan akal sehatnya. "Peduli? Enak saja, Esedi. Kamu pikir aku wanita-wanita seperti Stella Rosalind dan Ingrid Shahbat yang sangat terobsesi mendapatkan perhatianmu? Kamu salah besar. Aku hanya peduli dengan waktuku yang kamu habiskan.
"Apa kamu perlu penjelasan seperti aku menjelaskan kepada Stella Rosalind kenapa aku adalah wanita yang paling rasional? Baiklah. Misiku adalah membuatmu menceraikanku. Salah satu strategiku—dari banyak strategi—adalah untuk menggunakan kelemahanmu. Tidak sulit menemukan kelemahanmu. Rene Grimaldi. Pria yang tidur dengan Stella. Ada batasan dimana aku memainkan permainan ini dan membuatmu sangat marah. I'll use Rene, but not Stella. Wanita itu akan menjadi kelemahan terbesarmu mengalahkan Rene kalau aku mengizinkan dirinya dekat kembali denganmu. Perbedaannya adalah dengan Rene, kalian akan bersaing dengan sewajarnya ditengah sirkuit, tapi dengan Stella, wanita itu hanya akan menyakiti hatimu. I am not trying to hurt you that way.
"Jadi mengertilah, aku tidak marah karena aku peduli, aku hanya tidak suka ketika strategiku menjadi hancur. It was only Rene, and not Stella. Aku tidak mengerti kenapa kamu masih ingin wanita itu menuliskan artikel mengenaimu dan mengikuti hidupmu selama tiga puluh hari. Kecuali kamu sangat menyukainya? I'm just very confused now. Apa ini cinta segitiga antara kamu, Ingrid, dan Stella? I don't want to be part of it, Esedi. Biarkan aku fokus terhadap misiku menceraikanmu melalui Rene. In the circuit. Nothing else. Kalau kamu kalah season ini dan sangat marah kepadaku, harapku kamu akan menceraikanku.
"Aku tidak suka membuka strategiku kepada orang lain—apalagi kepada targetku, kamu. Aku harap kamu tidak menganggap remeh strategiku. I will make sure you're mad as hell for losing to Rene Grimaldi. Aku juga harap kamu mengetahui batasanmu. In the case of Ingrid and Stella, I also have Professor Fred. Aku tidak tahu wanita mana yang kamu suka. Sejujurnya aku tidak peduli dan tidak akan pernah peduli. Antara Ingrid dan Stella, dimana hatimu berlabuh, aku tidak akan mencoba untuk menggunakan keduanya dan hatimu sebagai strategiku. But if you want to divorce me because of them, surely that'll be okay too. Sama dengannya aku dan Profesor Fred, aku harap kamu tidak mencoba untuk menggunakan Profesorku sebagai strategimu membuatku yang pertama menyerah dan menceraikanmu. When it comes to hurting each other, let's set this boundaries.
"Jadi menurutku Stella Rosalind akan menyakitimu, George. Argh! Apa kamu pria bodoh? Lebih baik Ingrid, bukan? Kenapa tidak memilihnya saja dan memaksakan egomu memilih wanita seperti Stella? George, gunakan akal sehatmu—"
"Kamu memanggil aku George," kata George dan ia tidak bisa menahan senyumnya mendengarkan namanya disebut oleh wanita itu.
Thalia dengan kesal bertanya, "Apa sedari tadi kamu tidak mendengarkanku dan hanya peduli dengan namamu yang kusebut, Esedi?"
"Say my name again."
"Esedi—"
George menutup jarak dengan Thalia dan menunduk mendekati wajah wanita itu, "Maaf, aku tidak memedulikan strategimu, Profesormu, dan semua kata-katamu. Aku hanya peduli dengan namaku yang terucap dari bibir indahmu."
George menunduk dan mengecup pelan bibir Thalia, "Please, I beg you. Say my name."
Mata biru milik Thalia menatap George yang begitu dekat dengannya, napas keduanya memburu dan Thalia berbisik, "If I say your name, will you leave my Professor alone?"
George membalas wanita itu dengan berkata, "No."
"Esedi—"
"George."
"Esedi—"
"Fine, George...."
George Esedi tidak membiarkan Thalia mengucapkan sepatah katapun lagi setelah wanita itu mengucapkan namanya dengan menutup jarak mereka. Lalu ia mengulum bibir Thalia dengan menggebu-gebu dan berkata, "You'll be the death of me, Thalia Escara."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLAMENTE | SIMPLY ONLY YOU
Romance© 2024, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ADULT (25+). VIEWERS DISCRETION ADVISED. THIS WORK HAS FOLLOWED THE WATTPAD GUIDELINES FOR MATURE RATING. ========================================================= This work is protecte...