BAB EMPAT PULUH DELAPAN

2.5K 457 19
                                    

Thalia tidak yakin ia mengerti dengan perubahan sikap George Esedi. Pria itu seketika menjadi diam dan hanya memberikannya aba-aba untuk berputar sampai simfoni selesai. George menunduk kepada Thalia ketika nada terakhir dimainkan dan untuk sesaat Thalia terdiam tertegun. Pria itu lalu mengulurkan tangannya menggiring Thalia dari tengah lantai dansa sesaat setelah orkestra memainkan lagu berikutnya. Lautan tamu undangan sekarang diizinkan untuk berdansa dan Thalia bergumam bertanya ketika mereka berjalan, "Apa sangat buruk?"

Pria itu tidak menjawabnya dan Thalia mengerutkan dahinya. Ia tidak mengerti sama sekali dan baru saja Thalia akan menanyakan kepada George kenapa pria itu sepertinya menjauh darinya ketika sang ratu Adjara Shida dan suaminya, kedua orang tua George mendekati mereka. Forest Shahbat tersenyum dengan hangat dan memeluk Thalia, "That was a very beautiful entrance and waltz, Thalia. Aku tidak bisa melepaskan pandanganku dari dirimu dan George. Aku sangat terpukau. Kalian berdua terlihat sangat serasi dan menakjubkan di lantai dansa. Oh, how I wished I was still young and free."

Thalia tersenyum dan membalas sang ratu dengan rendah diri, "I stumbled a lot, Maman."

"Oh, Dear, aku tidak menyadarinya," balas Forest dengan cepat. Setelah mereka tidak lagi berpelukan, Forest memberikan perhatian kepada anaknya dan tersenyum hangat, "George, Master Darren mengatakan kepadaku kalau ia tidak bisa memberikan komentar dan sepertinya kehilangan semua kata-katanya ketika aku bertanya bagaimana latihan dansa kalian kemarin. It seems he can't find the right words because the both of you perfectly danced to the waltz."

George mendekat dan mengecup kedua pipi ibunya, "You're too kind, Maman. Kami tidak sempurna sama sekali."

"Bagiku kamu dan istrimu terlihat sempurna, George," kata Forest kepada anaknya. Forest memegang pipi pria berumur tiga puluh tahun itu dan tersenyum dengan bangga, "Terima kasih karena memilih simfoni itu. Sangat indah."

Forest lalu dengan cepat bertanya kepada Thalia, "Aku yakin George telah memberitahumu mengenai arti simfoni yang baru saja dimainkan, Thalia?"

Thalia mengerutkan dahinya dengan bingung, "Maaf, aku tidak mengerti—"

"Oh, George memilih Rachmaninoff karena—"

"Maman, Tea Pot tidak perlu tahu—"

Forest memaksa dan berkata, "Thalia harus tahu menurutku, George. Rachmaninoff's Symphony No. 2 adalah simfoni yang dimainkan pada hari pernikahanku. Elliot memilihnya karena simfoni ini sangat indah. Bukan hanya itu, simfoni ini adalah cinta. If love could be translated to a symphony, this is how it sounded like. Don't you think so, Thalia?"

George berdeham dan dengan dingin berkata kepada ibunya, "She thinks the symphony was just too loud and I tried to kill her. She might be right, I should've chose Chopin instead and make it louder. Sekarang, aku permisi, banyak tamu yang perlu kusapa, bukan? Mana tata kramaku sebagai salah satu tuan rumah acara ini? Excuse me, Maman, Pa."

"Tea Pot, you can do whatever you want now. You're already introduced to the court. My job is done," kata George kepada Thalia setelah ia dengan dingin menjelaskan apa yang Thalia pikirkan mengenai simfoni yang baru saja dimainkan kepada kedua orang tuanya. Pria itu lalu berbalik dan meninggalkan Thalia dengan sang ratu dan suamianya. Thalia tidak menyadari kalau bibirnya terbuka lebar, ternganga, begitu terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan George.

Kenapa pria itu tidak memberitahunya arti simfoni yang dimainkan untuk mereka berdansa?

"Maafkan aku, Maman. Aku tidak tahu kalau simfoni ini berarti sangat penting."

"Oh, Child, he did not tell you?" tanya Forest yang terlihat prihatin. Thalia menggeleng dan terlihat panik karena George telah berjalan menjauh dari mereka. "He really likes you, Thalia. He wouldn't ask Rachmaninoff if he didn't like you."

Thalia mengerutkan dahinya tidak percaya dengan kata-kata yang baru saja sang ratu katakan. Elliot Esedi yang sedari tadi terdiam tersenyum hangat kepada Thalia yang terlihat bingung, "He's angry because he failed to make you see his feelings. He's not angry at you, he's angry at himself, Thalia."

Thalia menunduk dan dengan cepat berkata, "Permisi Yang Mulia dan SirMaman dan Papa maksudku—aku sepertinya harus mengejar pembalap menyebalkan itu untuk memastikan ia tidak lagi marah, bukan?"

Forest dan Elliot terkekeh dan mengangguk. "Kamu akan memberitahunya kalau kamu menyukainya juga, Thalia?" tanya Forest kepada menantunya.

"Oh, oh, bukan! Aku hanya ingin meminta maaf kepadanya, Yang Mulia­—Maman! Ya, Tuhan, aku tidak bermaksud menyinggungnya. Kata-kataku terdengar sangat kasar setelah mendengar penjelasan dari arti simfoni yang telah dipilihnya. Aku sama sekali tidak menyukainya, Maman. Aku tidak menyukai anakmu."

"Belum, mungkin?" balas Forest dengan pertanyaan lain.

"Tidak akan pernah, Maman."

"Oh," kata Forest terdengar sangat kecewa. "Aku harap mungkin suatu hari nanti perasaanmu terhadap George akan berubah, Thalia."

Thalia menggeleng dan bersikeras berkata, "My feelings will always be the same. But tonight, I will apologize to him, Maman. Aku akan mencarinya sekarang bukan karena aku menyukainya—sangat tidak benar dan tidak akurat—aku akan mencarinya karena perasaan bersalahku. If you'll excuse me...."

Ia menunduk dan berbalik dengan cepat, sekarang dirinya tidak yakin kemana George pergi meninggalkannya. Oh, Thalia, kamu telah menyinggung hati kecil sang pembalap menyebalkan itu, pikirnya. Thalia harus meminta maaf kepada George dan menemukannya. Hanya saja menemukan pria itu ditengah lautan ribuan tamu undangan akan sulit.

Ketika Thalia menemukan George yang telah menghindarinya, ia menyipitkan matanya—pria itu terlihat sedang berbicara dengan Ingrid Shahbat. Wanita itu terlihat cantik dengan gaun berwarna merah sama seperti miliknya. Jari-jarinya tengah menyentuh tuksedo jas George dan beralih ke dasi pitanya. Thalia mendengus melihat gerak-gerik Ingrid yang terus menyentuh tubuh George seakan-akan pria itu miliknya. "Why are you angry, Thalia? Ingat, kamu tidak menyukai pembalap menyebalkan itu." 

SOLAMENTE | SIMPLY ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang