Kisah dibalik Kain Merah

122 5 47
                                    

Wei Ruby, adalah seorang anak laki-laki dengan paras cantik. Rambut perak nya yang terlihat bersinar saat terkena cahaya, dan mata merah muda yang mirip seperti berlian. Pada hari ulang tahunnya ke delapan tahun, Ruby mendapatkan sebuah kado istimewa dari ayahnya.

Sebuah kain merah istimewa yang dijahit tangan. Ruby sangat menyayangi kain merah itu, dia selalu menggunakan kain itu seperti sebuah kerudung yang menutupi sebagian wajahnya. Namun di hari ulang tahunnya yang ke sembilan tahun, Wei Ruby menghilang.

Tidak ada yang tau kemana anak itu berada sekarang ini, keluarga dan para orang-orang yang mengenalnya berusaha untuk mencari tahu dimana Ruby berada. Namun semua berakhir nihil, Ruby masih belum ditemukan 6 tahun lamanya.


















































































6 tahun sebelumnya...

"Hei! Bawa anak itu dengan hati-hati! Harganya akan sangat mahal jika wajahnya masih utuh!" teriak seorang pria menyuruh pekerja nya untuk menarik seorang anak secara hati-hati.

Anak kecil dengan kerudung merah yang menutupi sebagian badannya itu tertarik dengan kasar. Tangan dan kakinya di rantai dengan kencang, bahkan bagian lehernya pun tidak luput dari borgol kencang yang membuat lehernya seakan tergores.

"Hei, nak! Jalan cepat sedikit! Kau menghalangi para budak yang lain!" ujar salah satu pekerja sambil menarik rantai borgol yang mengikat lehernya.

Anak itu meringis kesakitan, karena lehernya yang terluka. Tubuhnya yang lunglai jatuh ke tanah, para pekerja yang melihat itu mendengus kesal. Mereka mengangkat tubuh si anak dan menyuruhnya untuk kembali berjalan mengikuti barisan para budak yang lain. Anak itu hanya bisa pasrah mengikuti ucapan para pria itu. Dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa, hanya mengikuti arus langkah kaki yang membawanya masuk ke dalam sebuah kapal angkut luar angkasa.

Didalam sebuah tempat gelap, para makhluk yang memiliki penampilan aneh saling berkumpul untuk menghangatkan diri. Anak kecil dengan surai perak terang itu hanya duduk sendirian, tanpa bisa berpangku pada siapapun anak itu berusaha untuk menghangatkan dirinya sendiri. Dengan kedua tangan kecil yang dilapisi oleh borgol, si anak berusaha untuk menghangatkan dirinya.

Dalam jeruji besi yang sempit, kotor dan pengap anak itu melihat sekeliling. Iris merah muda seperti berlian itu melihat sekitarnya. Tidak ada yang istimewa, hanya kumpulan para makhluk dengan pakaian kotor dan tangan juga kaki mereka yang diikat oleh rantai. Sama seperti dirinya.

Perlahan iris merah muda itu mengeluarkan air mata. Wajahnya menyelinap di antara sela tangan yang sedang memeluk kedua kakinya. Terdengar suara isakan dan helaan nafas yang berat, "aku... Rindu Baba..." bisiknya tenggelam dalam kegelapan.

Entah sudah beberapa hari berlalu tapi yang pasti sudah sangat lama anak itu berada di kapal pengangkut dan tinggal di ruang gelap yang pengap ini. Setiap harinya dua atau tiga orang penjaga akan datang untuk membawakan makanan bagi para makhluk yang dipenjara disini.

Makanan yang mereka bawa tidaklah mewah atau layak untuk dimakan. Semua itu hanya sebuah roti keras yang hampir basi dan air kotor. Walau begitu anak itu tidak punya pilihan lain selain makan apapun yang sudah tersedia, tapi tetap perutnya selalu meminta lebih dari sekedar satu roti keras yang hampir berjamur.

Namun apalah daya, jika anak itu meminta lebih maka penjaga akan langsung membentaknya dengan kata-kata kasar.

Anak itu akhirnya hanya bisa dengan apa yang ada. Dan hari ini sudah waktunya untuk tidur, seorang penjaga dengan badan yang jauh lebih besar dari yang sebelumnya datang memukul-mukul jeruji besi. Menyuruh setiap dari mereka yang ada didalam untuk tidur.

Ultra OC StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang