Untuk kesekian kali, Lauren mengabaikan ketukan di pintu kamarnya. Dia tahu siapa orang di balik pintu tersebut. Selama beberapa hari belakangan, Eleanor tidak henti mengganggunya. Membujuk agar gadis itu keluar dari kamar. Bergabung bersama Daniel di ruang makan. Dia tidak sudi! Dia tidak dapat bertatap muka dengan Daniel tanpa keinginan untuk mencabik wajah pria itu. Tampaknya, Daniel akhirnya memiliki perasaan yang sama dengan dirinya. Karena setelah penolakan bertubi, makanan Lauren mulai diantar ke kamar. Daniel tidak repot-repot membujuk gadis itu. Oh tidak. Daniel tidak akan membujuknya. Pria itu tidak tahu bagaimana cara meminta. Daniel hanya bisa memaksa.
Rasa sakit hati setelah perlakuan pria itu masih membekas di dadanya. Lauren memeluk lututnya sendiri di atas tempat tidur. Dia benar-benar merasa sendiri. Kini, mau tidak mau dia harus tinggal di rumah mewah yang bagai kurungan baginya. Daniel tidak akan membiarkan gadis itu menginjakkan kaki sejengkal pun ke dunia luar. Pria itu telah menegaskan maksudnya malam itu. Lauren bisa saja meminta. Tapi dia belum berdamai dengan perasaannya dan kebencian pada suaminya masih bercokol kuat di dalam hati.
Ketukan itu kembali terdengar, kali ini lebih keras. Lauren mendesah kemudian turun untuk membukakan pintu. Seharusnya Eleanor tidak perlu segigih itu. Wanita itu cukup meletakkan makanan Lauren di depan pintu. Pintu terbuka dan Lauren otomatis bergerak mundur saat menyadari bahwa bukan Eleanor yang mengetuk pintunya.
Tubuh besar Paman Hans memenuhi ambang pintu dengan sikap otoriter. Seakan pria itu adalah pemilik rumah tempat Lauren berada. Bahkan dia bersikap seperti salah satunya. Paman Hans mulai berjalan santai masuk ke dalam kamarnya, tapi Lauren bereaksi lebih cepat. Didera kepanikan, dia mendorong pintu kamarnya agar menutup. Paman Hans menghalangi gerakannya dengan satu tangan, menghempaskan pintu itu kembali terbuka. Bagai binatang liar, pria itu menyudutkan Lauren hingga membentur dinding. Ekspresi kejam Paman Hans memantul di iris biru gadis itu, mengirim gelenyar ngeri di sepanjang tulang punggungnya.
Lauren tidak tahu apa yang diinginkan Paman Hans. Meski gadis itu yakin hanya hal buruk yang akan diterimanya bila melihat kilat bengis di mata kelam tersebut.
Dia harus kabur, namun Paman Hans menghalangi jalannya. Satu-satunya yang bisa dia lakukan saat ini adalah berteriak. Memanggil satu-satunya orang yang cukup berkuasa untuk melawan Paman Hans.
"DANIEL!"
Mulutnya dibekap seketika itu juga. Tangan lebar Paman Hans menutup kedua jalan napasnya sekaligus. Lauren berontak saat merasa kesulitan bernapas karena bekapan pria itu. Tapi Paman Hans tidak cukup peduli pada perjuangannya mencari udara bebas.
"Your husband is not here to save you," Paman Hans berkata licik. "You little whore! Seharusnya kau tetap menjalankan rencana kita dan cukup puas dengan bagianmu! Tapi pelacur jalanan sepertimu menjadi tamak dan menginginkan sesuatu yang bukan hakmu!"
Lauren mulai mencakar tangan yang masih menekan wajahnya, kemudian dia mendengar seruan kesakitan Paman Hans dan udara langsung memenuhi rongga dadanya. Gadis itu bernapas dengan rakus, mereguk kemewahan untuk menghirup udara yang sempat direnggut dari dirinya. Serangan itu tidak sempat dia antisipasi karena begitu cepat. Lauren melihat bintang-bintang meledak di depan mata saat benturan keras tersebut bagai memecahkan tulang tengkoraknya. Dia masih meresapi rasa sakit tersebut ketika udara kembali meninggalkan paru-parunya. Kali ini disertai keketatan yang menjerat leher. Paman Hans mencekiknya dengan satu tangan, kembali membenturkan kepala Lauren pada dinding keras di belakang gadis itu.
"Sampah sepertimu...harusnya sudah lenyap sejak dulu!"
Hinaan itu tidak lagi dapat membuat Lauren marah. Dia sedang berjuang mempertahankan hidupnya hingga tidak lagi dapat berfokus pada kalimat Paman Hans. Cekalan pria itu sekuat baja dan sebentar lagi pasti akan mematahkan batang lehernya. Air matanya merebak karena sakit dan ketakutan yang dia rasakan. Daniel berjanji akan melindunginya...Pria kejam itu...Pembohong...Pembohong...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Bride
RomanceDaniel Levingston tidak pernah bertindak keluar jalur seumur hidup. Menjadi cucu pewaris perusahaan besar, Daniel selalu diajarkan untuk bertanggung jawab dalam seluruh tindakannya. Lalu, kakeknya meninggal, dan beban tanggung jawab itu tidak pernah...