13 - A Glimpse of Happiness and Sadness

138 23 16
                                    

Anu... Udh berusaha aq perhalus, tapi tetep agak agak y bunda😅
———————————————————

Saat membuka mata pagi itu, Lauren tidak lagi seyakin sebelumnya. Ketakutan itu kembali datang saat kata-kata ayahnya kembali terngiang. Ibunya tidak mungkin ingat padanya. Bayi yang telah dia tinggalkan bersama ayah pemabuk. Kemiripan fisik mereka memang cukup mencolok, tapi tidak semudah itu meyakinkan seseorang bahwa dia adalah anaknya. Lagipula, Lauren belum memiliki pentunjuk sedikit pun tentang keberadaan ibunya. Dia belum mencari tahu lebih jauh. Dia takut untuk mencari tahu lebih jauh. Takut pada penolakan yang akan dia terima. Takut pada kenyataan pahit yang harus dia hadapi andai kata ayahnya berkata benar.

Seseorang melingkarkan lengan di sekeliling pinggangnya, memeluk dari belakang. Gadis itu terlonjak sejenak, kemudian menjadi lebih rileks saat menyadari pemilik tangan tersebut.

"Ada apa?" Suara Daniel begitu dekat dengan daun telinganya. Dia bahkan dapat merasakan hembusan napas hangat pria itu.

"Tidak apa-apa," Lauren menjawab tanpa menoleh. Berharap Daniel tidak menyadari suasana hatinya.

"You're shaking." Pria itu merapatkan pelukannya, menempelkan punggung Lauren pada dadanya.

"How do you know? Sejak kapan kau bangun?" Akhirnya Lauren memalingkan wajah menghadap pria itu. Kesalahan besar. Kini, kedekatan mereka yang menjadi alasan getaran yang timbul di tubuhnya. Bagaimana Daniel bisa terlihat semenarik ini bahkan saat pria itu baru terjaga?

"Baru saja," Daniel menjawab singkat. Pria itu tidak memberi Lauren kesempatan untuk menghindar maupun kabur dari pelukannya. "Kau mau cerita?"

Lauren terdiam. Kilasan rasa bersalah dan ketakutan membayang di wajah gadis itu. Daniel menyadarinya. Meski demikian, dia ingin gadis itu terbuka kepadanya.

"Don't you think I deserve an explanation, Lauren? I'm your husband. Something terrifies you and I need to know."

"I'm okay. Really. I respect you. I just need more time."

Dahi Daniel berkerut mendengar kalimatnya. "I'm not your teacher. I don't need your respect. I need your trust. Don't you trust me?"

"Of course I trust you." Kini Lauren membalikkan tubuh agar dapat menghadap pria itu. Dia tidak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka. Dan pembicaraan ini berpotensi menimbulkan hal tersebut. Andai saja dia dapat berkata jujur pada pria itu. Namun sesuatu menghalanginya.

"Lalu, kenapa kau tidak mau cerita?"

Saat Daniel melontarkan pertanyaan itu, Lauren menyadari bahwa dia bukan hanya takut akan penolakan ibunya. Satu hal lain yang dia takuti adalah penolakan Daniel. Pria itu tidak tahu dari mana asal-usulnya dengan pasti. Yang Daniel tahu hanya bahwa dia adalah gadis miskin yang tinggal di penampungan dan menjebak pria itu demi uang. Daniel tidak mengetahui ayahnya yang pemabuk dan memiliki banyak masalah dengan rentenir. Daniel juga tidak tahu bahwa dia dibuang oleh ibunya sendiri sejak kecil. Lauren merasa kotor dan rendah diri. Bila dibandingkan dengan pria itu, kehidupannya sungguh menjijikkan. Andai kata dia tidak menerima pekerjaan dari Paman Hans untuk menjebak pria itu, mereka tidak akan pernah bertemu. Mereka juga tidak mungkin menikah. Kehidupan mereka terlalu jauh berbeda.

"If you know, you'll hate me." Tanpa sadar, air mata menggenang di pelupuk gadis itu. Kerutan di dahi Daniel tampak makin jelas saat pria itu mengernyit.

"Tidak mungkin. Aku tidak akan pernah bisa membencimu."

"Kau tidak akan bicara seyakin itu kalau kau sudah bertemu ayahku."

"Ayah?" Kelopak mata Daniel membuka sempurna. "Jadi maksudmu aku punya ayah mertua?"

Lauren memukul pelan dada pria itu. Tawa yang terbit di bibirnya melenyapkan tetes air mata yang hampir turun. "Jangan menyebutnya ayah mertua. Rasanya menggelikan."

My Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang