22 - Arch Enemy

100 15 5
                                    

Tamu tak diundang itu masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi, bahkan sebelum asistennya sempat memberi tahu. Seperti biasa, tamu tersebut tidak sendiri. Asisten pribadinya yang bagai anjing penjaga, mengintai dari belakang. Tampak tenang dan tidak berbahaya. Namun Hans tahu lebih baik bahwa Raphael Vargas bukan sekedar asisten pribadi Daniel. Mungkin pria itu masih muda dan terlihat seperti asisten yang penurut. Dengan ekspresi wajah bersahabat sekaligus profesional. Berotak cemerlang, diplomatis serta bekerja dengan efisien. Tapi otak encer bukan satu-satunya kelebihan Raphael. Pria itu memiliki kemampuan lain yang tersembunyi. Kemampuan melakukan hal-hal yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh orang bayaran Hans sekalipun.

Dia tidak pernah menyukai asisten Daniel itu. Insting pria itu tajam. Gerakannya yang tenang dan anggun tidak dapat menipu Hans. Dia tahu Raphael bisa sangat berguna sebagai asisten sekaligus bodyguard. Otak dan otot pria itu memiliki kemampuan yang seimbang. Dan Raphael tidak bisa dibeli. Anjing penjaga sialan! Hans tidak tahu seberapa besar uang yang dibayarkan Daniel untuk menggaji Raphael, namun dia yakin pasti sangat besar. Hans pernah menawarkan jumlah yang cukup besar agar pria itu 'menyeberang' ke pihaknya. Berharap mendapat berbagai informasi untuk menjatuhkan keponakannya. Tapi jawaban yang dia dapatkan hanya ekspresi datar serta dingin. Raphael menolak tawarannya tanpa kata. Hanya pergi tanpa keinginan mendengar tawarannya lebih jauh.

Hans mendidih marah bila mengingat memori tersebut. Kini dia menyadari bahwa Raphael bertahan bersama Daniel bukan hanya karena uang. Loyalitas. Sesuatu yang dia tertawakan karena tidak dia percaya masih ada di dunia ini. Tidak ada jawaban selain itu. Raphael telah mendampingi Daniel bahkan sejak keponakannya tersebut masih menjadi pengawas keuangan. Sebagai tangan kanan yang selalu efektif. Melakukan hal apa pun yang diperintahkan oleh Daniel. Hingga saat ini.

Hans berdiri dari kursi, memasang senyum palsu untuk menyambut kedua orang yang memasuki kantornya. Dia merapikan jas, memutari meja, kemudian mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Daniel.

"Keponakan tersayang," Hans sengaja mengucapkan sebutan itu dengan suara ramah yang dibuat-buat. "Apa yang membuatmu mengunjungi kantor kecilku ini?"

Kecil. Daniel ingin mendengus seketika itu juga, namun masih sanggup menahan diri. Ruangan yang saat ini ditempati oleh Paman Hans jelas tidak dapat dikategorikan kecil. Memang tidak sebesar kantor milik Daniel, tapi jelas cukup luas. Karena selain terdiri dari kursi serta meja kerja yang membelakangi jendela kaca besar, ruangan Paman Hans memiliki beberapa sofa serta meja kopi yang dapat digunakan untuk menerima tamu yang lebih banyak, selain juga deretan rak berisi buku tentang bisnis, serta berbagai pajangan yang diperoleh pria itu sebagai cindera mata saat berkunjung ke berbagai negara. Paman Hans sedang merendah atau lebih tepatnya, menyindir Daniel karena tidak menempatkan pria itu di kantor pusat yang jelas lebih besar dan megah. Serta kesempatan untuk mengeruk uang Daniel lebih banyak.

"Kunjungan keluarga. Mengingat keluarga kalian tidak kuijinkan untuk menginjakkan kaki di rumahku lagi, jadi aku yang datang berkunjung." Daniel menyambut uluran tangan Paman Hans, merasakan genggaman tangan pria itu yang mengerat setelah kalimatnya barusan.

Otot pipi Paman Hans berkedut, meski senyuman masih belum meninggalkan wajah pria itu. Senyum yang sama sekali tidak terlihat ramah dan penuh kepura-puraan.

"Duduklah. Tidak perlu membawa ketegangan masa lalu. Mari kita mengobrol santai sebagai keluarga," Paman Hans mengatakannya seraya melihat ke arah Raphael. Menyindir kehadiran pria itu yang menurutnya tidak pada tempatnya.

"Raphael tidak akan ke mana-mana." Daniel menangkap isyarat tersebut, menolak untuk menuruti keinginan pamannya. "Dan aku tidak akan lama." Dia mengulurkan tangan ke arah Raphael, yang langsung disambut asistennya dengan memberi sebuah map hitam pada pria itu. "Explain this." Daniel meletakkan map tersebut ke atas meja kerja Paman Hans, menatap pria di hadapannya dengan pandangan datar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang