11 - I Wanna Kiss You

119 23 6
                                    

Malam itu mereka pulang dengan suasana hati campur aduk. Daniel tidak banyak bicara sepanjang perjalanan. Pria itu hanya menggenggam tangan Lauren, tidak melepasnya hingga mereka sampai di rumah. Lauren tahu Daniel masih marah setelah pertikaiannya dengan Paman Hans dan dia merasa senang karena pria itu membelanya. Namun, hinaan itu bagai melemparnya kembali pada malam dia bertemu dengan Daniel. Hal yang hampir dia lakukan. Tapi yang lebih buruk, cek yang dijanjikan oleh Daniel adalah bukti tak terbantahkan bahwa dia memang menjual dirinya demi uang.

Lauren masih merenungi kenyataan itu ketika ponsel di sampingnya berbunyi. Husband. Dia buru-buru menjawab panggilan tersebut.

"Halo."

"Hai."

Dadanya menghangat saat mendengar suara lembut Daniel yang menyapanya.

"Kau sedang apa?"

"Menyiapkan meja makan. Aku dibantu." Gadis itu segera menambahkan saat teringat Daniel tidak suka dirinya melakukan pekerjaan rumah tangga. "Hari ini, aku coba memasak," Lauren berkata senang, berharap pria itu akan segera pulang untuk mencicipi masakannya. Jawaban yang dia terima adalah erangan di seberang sana.

"Aku meneleponmu untuk bilang bahwa kau tidak perlu menungguku pulang. Malam ini aku ada janji makan malam dengan klien penting. I'm sorry. Seharusnya aku menghubungimu lebih awal." Penyesalan terdengar jelas dalam suara Daniel.

Lauren tidak dapat memungkiri bahwa dia merasa kecewa. Tapi dia berusaha untuk mengerti. Merajuk hanya akan menambah beban pikiran suaminya. Dan dia yakin Daniel sudah merasa sangat bersalah.

"It's okay." Gadis itu mengulum senyum, menghibur diri sendiri. "Aku akan memasak lagi lain kali."

"I'm really sorry."

"Berhentilah meminta maaf. Ini hanya makan malam."

Ada jeda yang cukup lama sebelum Daniel kembali berkata, "Aku akan pulang larut. Tidurlah lebih dulu."

"Oke."

"Sampai nanti."

"Sampai jumpa."

Lalu sambungan itu terputus.

***

Lauren membuka mata perlahan, menatap cahaya remang-remang dari lampu tidur di nakas. Gadis itu duduk, melihat jam untuk yang menunjukkan pukul 00.34 AM. Dia tertidur cukup lama, dan kini terbangun dengan kantuk yang tiba-tiba menguap pergi. Menoleh ke samping, dia  mencari sosok yang biasa tidur bersamanya. Daniel tidak ada. Bahkan sisi ranjang di sebelahnya tampak belum ditiduri sama sekali

Gadis itu turun dari tempat tidur, lalu meraih jubah kamar untuk melapisi gaun tidurnya. Suasana rumah sepi di malam selarut ini. Sebagian lampu telah dimatikan dan hanya menyisakan sedikit cahaya. Dengan kaki telanjang, dia menyusuri lorong panjang dengan berbagai ruangan di kanan-kirinya. Kini, dia telah cukup hafal dengan isi rumah Daniel, setelah sempat beberapa kali tersesat. Langkahnya mantap menuju ruangan yang paling sering pria itu kunjungi.

Kalau Daniel tidak ada di sana, berarti dia belum pulang.

Tebakannya tidak meleset. Cahaya menelusup dari celah pintu ruang kerja Daniel. Lauren mendorong pintu hingga terbuka, menemukan sosok yang dia cari. Pria itu mengalihkan perhatian dari laptop yang menyala, tampak terkejut melihat kedatangan istrinya. Cahaya dari benda itu memantul di kacamata baca Daniel, mencerahkan warna matanya. Dia tidak lagi memakai setelan kerja, hanya kaos berkerah yang lebih santai. Rambutnya juga masih lembab. Lauren pasti tidur sangat nyenyak hingga tidak menyadari saat pria itu masuk kamar dan membersihkan diri.

My Little BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang