"Lemah!"
"Hanya sampai di situ kemampuanmu?!"
"Kau sebut itu pukulan?!"
"Kau bertarung seperti wanita!"
BUGH!
Lauren meringis saat mendengar suara benda berat yang jatuh ke lantai. Atau dalam kasus ini, seseorang. Dia sangat yakin meski belum membuka pintu ruangan tersebut. Lalu saat dia mendorong pintu itu, dugaannya tidak salah. Raphael tersungkur di atas matras dengan bibir berdarah. Tubuh pria itu yang hanya dibalut celana pendek selutut, bersimbah keringat. Di hadapannya ada Daniel, sama-sama bertelanjang dada, tengah menatapnya dengan pandangan datar.
"Get up." Perintah pria itu dengan tangan terulur yang dililit oleh handwrap. Raphael meraih uluran tangan Daniel, menggerutu saat mengangkat tubuhnya hingga berdiri tegak.
"Nice punch, Sir," puji Raphael dengan tidak rela. "Tapi saya akan menghargai kalau anda tidak menyerang wajah."
"Tinjuku sudah gatal ingin menutup mulutmu."
"Saya hanya berusaha mengobarkan semangat anda."
Daniel mendengus, tahu bahwa Raphael cukup menikmati saat pria itu bebas melontarkan cercaan pada setiap sesi latihan tinju mereka. Meski Raphael adalah pelatih profesional dalam urusan bertinju, tapi Daniel tetap atasannya. Walaupun batasan itu menjadi kabur saat mereka berada di atas ring.
"Time to break, gentleman."
Akhirnya, Lauren mengumumkan kedatangannya pada kedua pria itu. Seorang pelayan berseragam mengikuti dari belakang, membawa beberapa handuk dan minuman dingin. Lauren mengambil salah satu handuk itu, menghampiri Daniel bersama dengan sebotol air dingin.
"Jangan terlalu keras pada Mr. Vargas," ucap gadis itu seraya mengeringkan rambut dan dada Daniel yang basah oleh keringat.
Daniel mengambil botol air mineral dari tangan Lauren, menenggaknya hingga tandas, lalu menjawab ketus. "This is boxing. You should prepare to get hit anywhere. Don't mind Raphael."
Lauren tahu kenapa pria itu kesal. Daniel cukup uring-uringan karena waktu istirahat telah mereka sepakati. Pria itu tetap bekerja dari rumah, meski pergerakannya terbatas. Dan dia tidak bisa melakukan 'olahraga' yang dia inginkan. Bukan hanya karena Lauren tidak mengizinkan. Gadis itu sudah melunak setelah melihat kondisi Daniel yang sangat fit. Penyebab utamanya adalah tamu bulanan Lauren. Meski merasa frustrasi karena kedatangan tamu tidak diundang itu, tapi tidak ada yang dapat dilakukan Daniel. Kecuali menyalurkan tenaga berlebihnya ke olahraga lain.
Lauren tahu bahwa Daniel memiliki gym pribadi di basement. Bahkan dia sesekali pernah melihat Daniel menggunakannya di pagi hari sebelum bersiap untuk kerja. Dia hanya tidak menyangka sasana tinju mini yang berada di tengah ruangan, benar-benar dipakai pria itu untuk bertinju. Dan yang lebih mengejutkannya, ternyata Raphael adalah pelatih Daniel selama ini. Pelatih sekaligus lawan.
Lauren mulai curiga bahwa ada banyak hal yang dilakukan Raphael selain menjadi asisten Daniel. Dia juga tidak menduga bahwa di balik setelan kerja resmi yang selalu dikenakan Raphael, pria itu memiliki tato yang sangat besar di punggung. Berbentuk sayap malaikat dengan tulisan latin di antara sayapnya. Lauren tidak sempat membaca kalimat yang tertulis di sana. Daniel selalu melotot setiap kali tatapannya tidak sengaja jatuh pada Raphael. Apalagi bila pria itu sedang telanjang dada seperti saat ini. Lauren tidak akan mencoba keberuntungannya hanya demi rasa penasaran. Jadi dia menyuruh pelayan untuk mengurusi segala keperluan Raphael. Termasuk memberi handuk dan minuman untuk pria itu. Karena hanya dengan menyinggung tentang sikap Daniel kepada Raphael, suaminya seakan sudah siap untuk memulai pertengkaran andai kata Lauren masih membela asistennya. Daniel sedang mudah tersinggung. Terkadang dia bertanya-tanya, sebenarnya siapa yang lebih muda di dalam pernikahan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Bride
Storie d'amoreDaniel Levingston tidak pernah bertindak keluar jalur seumur hidup. Menjadi cucu pewaris perusahaan besar, Daniel selalu diajarkan untuk bertanggung jawab dalam seluruh tindakannya. Lalu, kakeknya meninggal, dan beban tanggung jawab itu tidak pernah...