Pagi ini di kediaman Nakamoto.
yuta dan winwin sudah di meja makan, sambil menunggu anak semata wayangnya untuk sarapan bersama.
" Hari ini jadwal kamu check up ya."
" Iya kak."
" Nanti, mau kakak temani." Tanya yuta
" Tidak usah kak, jadwalnya juga jam 10. Kakak kan ada meeting penting. Aku tidak apa-apa kok sendirian."
" Kamu yakin."
" Yakin kak."
" Nanti minta Jeno saja yang temani, kakak takut terjadi sesuatu sama kamu."
" Kan, biasanya juga Jeno yang antar aku, kak."
" Maksud kakak, biar Jeno yang temani kamu sampai ke dalam. Jangan sendirian nunggunya. Biar Jeno temani kamu sampai di ruang tunggu."
" Liat nanti saja kak. kalau aku butuh, kan bisa telpon Jeno langsung."
" Ya udah, terserah kamu saja. Tapi kalau ada apa-apa, langsung hubungi kakak ya."
" Iya, kak."
" Ini, Nana masih lama ya. Kok belum turun, apa jangan-jangan ketiduran."
" Tadi dia udah mandi kok kak, paling bentar lagi."
Tidak lama, terdengar suara ribut dari langkah kaki jaemin saat menuruni anak tangga.
" Pagi ayah, bunda." Sapa jaemin
" Pagi sayang, anak ayah kenapa lama sekali sih. Ayah sama bunda udah kelaparan loh, nunggu kamu."
" Maaf yah, tadi Oma telpon Nana."
" Kamu itu, kalau udah sama Oma, jadi lupa waktu." Tegur yuta
" Pasti dia minta sesuatu itu kak. liat saja, wajahnya happy banget."
" Bunda tau aja." Jawabnya dengan senyum cengengesan
" Sudah, ayo kita sarapan. Nanti malah telat, kalau harus dengerin cerita kamu dulu."
" Bunda ih."
" Nana." Tegur yuta
" Maaf ayah."
Setelah sarapan, mereka langsung bergegas ketempat tujuan masing-masing. Yuta berangkat bersama sopirnya, sementara Nana dan winwin berangkat bersama Jeno.
" Selamat pagi, om Jen." Sapa jaemin pada Jeno, saat ia memasuki mobilnya.
" Pagi Nana, happy banget kayanya."
" Biasa Jen, kalau kaya gini pasti habis dapat sesuatu."
Jeno hanya tersenyum menanggapinya.
Jeno memang sangat dengan winwin dan jaemin, karena dulunya ayah dan ibu Jeno merupakan pekerja di rumah ini. Saat ayahnya meninggal, Jeno bertugas menggantikan sang ayah menjadi sopir pribadi keluarga ini dan malangnya tidak lama setelah itu, ibunya ikut menyusul sang ayah. Semenjak itu, dia sudah di anggap anak oleh winwin. Bahkan, winwin membiayai kuliah Jeno dan kakaknya selama ini. Kakak Jeno, saat ini berada di kampung halamannya dan bekerja disana. Untuk Jeno, winwin sudah menawari pekerjaan lain padanya, hanya saja Jeno belum tertarik dan lebih memilih untuk mengabdi pada keluarga ini.
Jeno sangat tidak menyangka, sudah begitu lama ia bersama keluarga ini. Dia masih terbayang saat pertama kali bekerja sebagai sopirnya jaemin. waktu itu, bocah periang ini masih SD dan sekarang sudah mau lulus SMA. Jeno memang tidak terlalu dekat dengan yuta, karena kesibukan yuta dan ia pun jarang bertemu. Hari-hari Jeno, di habiskan untuk menemani jaemin dan winwin. Hal itu yang membuat mereka bertiga begitu dekat.
" Jen, kamu ga mau cari kerjaan lain. Sayang loh ijazah kamu."
" Liat nanti saja Bun, Jeno masih betah disini." Jeno memang memanggil winwin dengan sebutan bunda, karena winwin sendiri yang meminta.
" Mau kerja di tempat bunda saja, masa kamu udah sarjana masih tetap jadi sopir Jen."
" Tidak usah Bun, Jeno sudah banyak menyusahkan bunda. Nanti kalau Jeno mau, Jeno bisa cari kerjaan lain sendiri."
" Padahal bunda tidak merasa di repotkan loh Jen, kamu dan kakak kamu itu sudah bunda anggap anak bunda sendiri. Orang tua kalian sudah banyak membantu bunda dan ayah."
" Itu memang tanggung jawab mereka Bun. Dengan kaya gini saja, Jeno dan Abang sudah sangat bersyukur. Karena masih ada orang yang peduli sama kami."
" Om Jeno, punya kakak." Tanya jaemin
" Iya na, om punya kakak laki-laki di kampung."
" Kenapa tidak ikut bekerja disini juga."
" Kalau ikut bekerja disini, rumah om di kampung tidak ada yang jaga. Lagian dia juga sudah bekerja di sana."
" Kerja apa."
" guru."
" Kapan-kapan ajak kerumah kita ya om, Nana penasaran sama kakaknya om Jeno."
" Nanti kalau ada kesempatan, akan om ajak."
Selama perjalanan, mereka sibuk menanggapi obrolan random yang dilakukan oleh jaemin.
Setelah mengantar jaemin ke sekolah, mereka langsung menuju ke rumah sakit.
" Kita langsung ke rumah sakit saja ya jen, bunda sudah janji sama dokternya pagi ini."
" Baik Bun."
Begitu sampai di rumah sakit, Jeno hanya menunggu di parkiran saja. Sementara winwin sudah melakukan pengecekan kondisi tubuhnya. Winwin sengaja berbohong pada yuta soal jadwal check up nya, dia tak ingin suami dan anaknya tau tentang kondisi tubuhnya yang sedang tidak baik-baik saja.
" Bagaimana nyonya Nakamoto, apakah sendi-sendi nya masih nyeri."
" Masih dokter."
" Banyak memar-memar yang mulai timbul ya, kalau berdiri lama kuat tidak."
" Tidak dok."
" Kali ini nyonya harus ikut kemo ya, soalnya kondisi nyonya sudah semakin parah. Apa nyonya tidak memberitahu keluarga yang lain. Kenapa sampai hari ini, nyonya masih datang sendiri."
" Suami saya bekerja ,dokter. anak saya juga sekolah. Jadi mereka tidak sempat menemani saya."
" Saya tidak mau nanti terjadi komplikasi dan berakhir buruk nyonya. Bahkan, saat ini penyakit nyonya sudah mulai menyerang paru-paru nyonya. Meskipun kemungkinan kecil untuk sembuh, setidaknya kita harus berusaha nyonya. Tidak ada usaha yang sia-sia di dunia ini. Nyonya punya anak kan, setidaknya nyonya harus semangat bertahan demi anak nyonya."
" Saya akan pikirkan nanti dokter, saya juga harus diskusikan ini dengan suami saya."
" Baiklah, saya tunggu sesegera mungkin nyonya."
" Baik dokter, kalau begitu saya permisi ya."
" Iya, hati-hati."
Setelah selesai pemeriksaan, winwin langsung menemui Jeno dan bergegas untuk pulang, karena merasa kondisi tubuhnya semakin tidak baik setelah mendengar penjelasan dokter tadi.
Selama di perjalanan winwin tampak diam dan melamun, membuat Jeno menjadi khawatir.
" Bunda, tidak apa-apa? "
" Ga papa kok Jen."
" Tapi wajah bunda sangat pucat, apa kita balik lagi ke rumah sakit."
" Ga usah Jen, ini cuma efek obat aja. Bunda cuma perlu istirahat saja. Kita langsung ke rumah saja ya jen."
" Baik, Bun."
Mereka pun pulang menuju kediaman Nakamoto, winwin butuh waktu sendiri untuk menenangkan pikiran. Dia harus berpikir bagaimana cara ia memberi tau yuta dan jaemin tentang penyakitnya.
Yang yuta tau, selama ini yuta berpikir kalau winwin cuma kontrol kesehatan biasa, setiap bulannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protect
Romanceperjuangan lee Jeno dalam menjaga amanah dari orang yang berjasa dalam hidupnya. 🚫 misgendering 🚫 Mprag