Chapter 19

2.4K 93 12
                                    

FLOWERS



—🐊🦋—

FLOWERS•••—🐊🦋—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       13.30 PM

       Jendra melirik jam di pergelangan tangannya seraya bersandar pada pintu mobil, bibirnya itu setia menghisap rokok lalu, menghembuskan asap ke udara. Netranya memperhatikan Zanessa yang tengah memilih-milih bunga di dalam toko.

       Empat puluh lima menit lamanya lelaki itu menunggu, namun Zanessa masih belum menemukan bunga yang dia inginkan, sungguh Jendra merasa bosan menunggu selama ini, bahkan ia sudah menghabiskan beberapa batang rokok.

       Jendra membuang puntung rokok ke bawah, kemudian menginjaknya, tangannya membuka pintu mobil untuk mengambil air. Setelah minum lelaki itu melangkah mendekati gadisnya.

       "Nessa, it's been a long time, but you haven't found the flowers you want, hm?"

       Zanessa menoleh. "Not like that. I wanna buy all the flowers, it looks really pretty. isn’t it?"

       Jendra berdehem singkat, ia mengambil satu tangkai bunga tulip putih. "The flowers... they're your favorite?"

       "Kok tau?"

       "Pernah liat di kamar Lo. Jadi mau beli yang mana, sayang?"

       Zanessa berpikir sejenak, ia memperhatikan  buket bunga tulip di tangannya. "Kayaknya ini aja deh."

      "Okay." Jendra berjalan ke arah kasir untuk membayar, sebelum itu ia mengambil buket bunga mawar putih yang ukuran sedikit besar.

       "Itu bunganya buat siapa?" tanya Zanessa setelah keduanya berada di dalam mobil.

       "My Mom." Zanessa mengangguk. Setelahnya ia tersentak saat kecupan singkat mendarat di bibirnya.

       Jendra sendiri terkekeh kecil sekaligus meringis saat Zanessa mencubit lengannya. "Bikin candu."

       Zanessa memutar bola matanya malas. Ia mengambil ice cream cocolate magnum di dalam keresek, lalu membukanya. "Mau ngga?"

       "I want it straight from your lips."

       "Maunya."

       Zanessa mengarahkan ice cream itu pada mulut Jendra membuat lelaki itu menghindar. "Cobain enak tau."

       "Diem ah!"

       "No, no! cobain dulu."

       Jendra menghela nafas, sebelum akhirnya mengigit sedikit ice cream itu membuat Zanessa tertawa geli, lalu menjauhkannya.

       Beberapa menit kemudian, Zanessa menyerit dahinya saat mobil Jendra berhenti di sebuah lobby apartement. "Ini kita mau kemana?"

       "Apartemen gue." Jendra mengedipkan sebelah matanya, ia membuka sealbetnya. Lalu, duduk menyamping menatap Zanessa.

RAJAWALI [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang