Chapter 27

1.9K 78 37
                                    

A LONG KISSING



—🐊🦋—

     "Gue bakalan ngelakuin hal yang sama kayak Asher, kalo sampe Lo berani dekat sama cowok lain!"

       "Wwhy?"

       Jantung Zanessa berdetak kencang saat Jendra mendorong masuk ke dalam perpustakaan dan mengunci nya.

       Suara sepatu yang menginjak lantai terdengar karena ruangan yang sunyi. Zanessa memundurkan langkahnya ketika Jendra mulai maju dengan kedua tangan yang di masukan ke dalam saku celana.

       Tanpa sadar punggungnya menabrak lemari yang di penuhi buku dan satu tangan Jendra menahan di sisi kanan tubuhnya.

       "Do you wanna know why?" tanya Jendra membuat Zanessa mengangguk.

       Jendra membasahi bibir bawahnya, netra setajam elang itu menatap gadis di depannya.

       "Because, you're mine! Let another man touch you, Nessa, and you 'II find out just how easily i can take a man's life as i can save one," bisik Jendra, lalu senyum miring terpatri di wajahnya.

       Seketika Zanessa di buat meremang mendengar itu, ia yakin perkataan Jendra tidak main-main.

       "N—ndra."

       "Hm?"

       "I don't want you to be a killer. Kalo sampe itu terjadi, mending kita brea—"

       Jendra memegang batang leher Zanessa, namun tak mencekik membuat kepala gadis itu mendongak. Ibu jarinya mengelus bibir glossy Zanessa.

       Cup! Jendra membungkam bibir Zanessa dengan ciuman. Sepertinya ini ciuman adalah ciuman terintens dari sebelumnya.

       Zanessa berusaha mendorong dada lelaki itu, namun Jendra semakin memperdalam ciuman.

       Jendra berdesis saat Zanessa mengigit bibir bawahnya hingga ciuman itu terlepas. Senyum  smirk terpatri di wajah tampannya, ia mengusap bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah.

       "I wanna feel your lips longer than this!"

       Zanessa berdecak kesal. "I could fucking die, because I can't breathe."

       Jendra membalas dengan kekehan kecil, tangannya menangkup wajah cantik Zanessa. Lalu melepas iket rambut yang di pakai Zanessa hingga tergerai bebas.

       "Apaan sih kok di lepas?!" protes Zanessa membuat Jendra menatapnya datar. "Apa? biasa aja mukanya."

       Jendra mengangkat tangannya saat Zanessa akan meraih ikat rambut itu.

       "Diam atau gue cium!"

       'Gue diam juga tetap Lo cium, sial,' batin Zanessa kesal.

       Bibir Jendra tersenyum miring saat melihat Zanessa langsung diam. "Gue tanya buat apa Lo iket rambut?"

       "Y—ya biar..."

       "Biar apa, hm?" Jendra mencengkram erat pinggang Zanessa, sedikit memiringkan kepala, lalu mencium daun telinga gadisnya. "Mau pamer?"

       "Di bilang gerah."

       "Bego! Lo lupa setiap ruangan ada AC-nya?"

       Zanessa mengangguk pelan, hal itu membuat Jendra memutar bola matanya jengkel seraya menyentil dahi gadisnya.

RAJAWALI [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang