Chapter 13

2.9K 107 13
                                    

BLAKE DAY



—🐊🦋—

      Zanessa menjatuhkan tubuh di atas kasur queen size dengan seprei bermotif gingham berwarna hitam putih. Gadis itu baru saja selesai mandi siang ini dan hanya mengenakan wide-leg jeans dengan atasan tank top hitam bertali spaghetti.

      Brak! Seketika ia melonjak kaget mendengar dobrakan pintu. Zanessa menoleh, berdecak kesal saat mengetahui pelakunya, ternyata dia Briana, di susul Freya di belakangnya bahkan keduanya itu masih memakai seragam sekolah.

      "Oh my God, Nessa. You wanna sleep at this hour, are you sure?" pekik Briana, melemparkan tasnya di kasur Zanessa.

      "Berisik!"

      "I wanna take you, c'mon... wake up!"

      Zanessa berdecak. "Where? Can it wait, gue ngantuk banget sumpah."

      "Ke club' ntar malam, ya?"

      "It that so?" tanya Zanessa tak percaya saat mendengar ucapan Briana. "Please, You're so damn!"

      Pasalnya jam masih menunjukkan pukul satu siang. "Gue kan bilangnya nanti malam, setan," kesal Briana.

      "Nanti aja malam minggu," saran Freya.

      "No! Gue mau malam mingguan sama cowok gue. Jadi, harus malam ini, mumpung malam sabtu, okay?" tolak Briana.

      "Ngapain ke club sih?"

      "Just for fun. Lagian kita jarang-jarang kan? Ayo dong, ya?"

      Briana mengguncang tubuh Zanessa agar menyetujui ajaknya. Pada akhirnya gadis itu mengangguk.

      "Nah gitu dong. Oh ya Ness, gue mau nanya sama Lo," ucap Briana.

      "Apa?"

      "Actually you love her?" Pertanyaan Briana membuat Zanessa menaikan sebelah alisnya.

       "Who?"

      "Jendra. Lo udah ada perasaan kan sama dia, ngaku Lo."

      "Ngga, jangan sok tau."

      Freya berdecih mendengarnya. "Lo jangan bohongin perasaan Lo sendiri Ness, gue tau Lo ngerasa kehilangan kan?"

      Briana mengangguk. "That's right, kalo si Jendra di rebut orang, gue orang pertama yang bakal ketawain Lo."
     
      Zanessa mendengus kesal, lalu melempar bantal pada Briana dan tepat mengenai wajah gadis itu membuatnya mengumpat.

      "Fall in love?" tanya Zanessa, terdiam sejenak kemudian terkekeh. "No. Never again!"

      "Bhulshit, tai anjing! Ngaku ngga Lo atau mau gue aja yang bilang sama Jendra," tanya Briana sambil mencekik leher Zanessa.

      "Briana, sakit bangsatt!!!"

———

      23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      23.50 PM

      "Apa taruhannya?"

      "Kalo Lo kalah motor Lo dan 1 miliyar ini buat gue. Begitu juga sebaliknya, gimana?"

      Mendengar tawaran Erlan AdiputraLeader Black Demon. Lelaki jaket hitam berlambang sayap yang dibentangkan itu tersenyum miring. 

      "Deal," jawab Jendra.

      Keduanya membawa motor masing-masing ke arah garis start. Tepat ketika bendera sudah di lemparkan ke udara oleh seorang wanita berpakaian sexy, kedua motor sport itu melaju dengan kecepatan tinggi, saling mendahului satu sama lain.

      Beberapa menit berlalu arena balap liar riuh begitu ketika lelaki dengan jaket kulit hitam melajukan motor sportnya dengan kecepatan tinggi melewati garis start.

     Meski penerangan dari lampu jalan remang-remang, tapi semua orang bisa melihat sosok lelaki tampan itu, hidung mancung dan rahang yang terpahat sempurna. Kulit putihnya bercahaya di sorot lampu jalanan saat Jendra melepas helm full face-nya.

      "Bos gue emang ngga ada tandingannya, good job, dude!" puji Askar sambil melakukan high five dengan Jendra begitu juga dengan yang lainnya.

      "Thank..."

      Tiba-tiba seorang lelaki melempar sebuah amplop coklat yang terlihat sangat tebal itu tepat mengenai dada Askar dan pelakunya adalah Edgar— wakil ketua Black Demon.

      "Lose again, huh?" ledek Asher menyeringai tipis saat melihat wajah Erlan yang menahan amarah.

      "Bacot!"

      Dengan perasaan kesal, Erlan melempar kunci motornya pada Jendra dan langsung di tangkap sang empu. Setelah itu anggota Black Demon pergi meninggalkan arena.

      "Booking apa nih, brodie?" tanya Vander, memutar-mutar kunci motor.

      "Club' atau mau stay halal dulu?"

      "Stay halal?"

      Askar merangkul pundak Galen. "Minum, tapi ga pake alkohol, Americano misalnya, yakan A'?"

      "Gada sensasinya," sahut Altar cepat.

      "Bener tuh... Club' biasa aja lah pesannya jangan private room, gabung sama yang ada di sana aja," saran Asher.

      Vander menjentikkan jarinya. "Good idea, cewek gue juga ada di sana nih."

      "Udah ga heran sih gue, cewek Lo kan bandarnya," ucap Askar lalu tertawa lantang membuat lelaki itu mendengus.

     Jendra yang sedari tadi diam melirik Vander seraya bersandar pada motor. "With my girl?"

      "I don't know, maybe she's in there."

      Jendra mengangguk samar, lalu menaiki motornya, di ikuti mereka. "Cabut."

       "I wanna see you, Nessa..." gumam Jendra, kemudian menaikan sudut bibirnya membentuk senyum miring.

     
—🐊🦋—

Aku hapus kalo ga nyambung, okay

See you cmiww

RAJAWALI [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang