Chapter 29

1.9K 86 40
                                    

DEMON SIDE



—🐊🦋—

DEMON SIDE•••—🐊🦋—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      11.55 PM

     Arsen mematikan tablet setelah semua pekerjaannya selesai. Ia menghembuskan nafas sejenak seraya memijat pangkal hidungnya.

       Arsen menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, tangannya melepas dasi dan jasnya, lalu membuka dua kancing atas kemeja, kemudian menggulung lengannya sampai siku.

       Pria blasteran Amerika itu meraih satu batang rokok dan membakarnya dengan lighter, asap mengebul di udara.

       "Arsen, there's someone here to see you." Arsen menoleh saat suara Draven menginterupsi.

       "Who?"

       "Mr. Anderson." Draven menjentikkan jari hingga pintu kembali terbuka.

       Arsen menaikan sebelah alisnya seraya memutar batang rokok yang terhimpit jarinya. Netranya bertatapan dengan mata tajam milik David.

       "Arsen!" tegur Draven melihat putranya itu malah santai menghisap rokok.

       David mematung sesesat melihat wajah Arsen yang sangat mirip dengan Draven, bagai pinang di belah dua. "He's your son?"

       "Yes, my eldest son!"

       Arsen mematikan rokoknya yang tersisa setengah ke dalam asbak, lalu bangkit dan menjabat tangan David. "Arsenio, om."

        David tersenyum tipis, tangannya menepuk pundak Arsen. "Nice to meet you, Young Xanderios."

       "So, what would you like to talk about, Mr. Draven?" tanya David.

       "Perjodohan itu resmi di batalkan!"

       David mengangguk samar. "Your son has a girlfriend?"

       "Iya om."

       "Saya kira kita akan menjadi besan, Dav. Ternyata ngga mereka sudah punya kekasih," ujar Draven.

      David terkekeh kecil. "Tapi takdir bisa berubah, bukan? Who know your grand son would be my grandson's lover!"

       Draven tersenyum miring. Ia menerima sebuah map hitam yang di ulurkan oleh Carlos— asisten pribadinya.

       "Tanda tangan di sini, Bang." titah Draven pada Arsen sambil menaruh bolpoin di atas map.

      "I'm sorry. I don't have much time here, so, it's okay if I just leave right now?" tanya David tidak enak.

       "Om baru aja sampai, gamau makan siang bareng dulu?"

       David menggeleng pelan. "Maybe next time. Putraku bisa mengamuk nanti, dia orang yang tidak suka menunggu lama."

RAJAWALI [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang