Chapter 12

3K 115 4
                                    

SWEET LIPS



—🐊🦋—

SWEET LIPS•••—🐊🦋—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      07.45 AM

      Arsen berjalan mendekat pada Edeline yang tengah membelakanginya, lalu memeluknya dari belakang, menyembunyikan wajahnya di pundak sang istri.

      Edeline yang di peluk tak bergeming, ia memperhatikan tangan kekar Arsen melingkar di perutnya, tangannya masih setia memotong kentang di cutting board.

      "Masih marah?" tanya Arsen, beralih membalikan tubuh Edeline agar menghadapnya.

      "Ngga."

      "Seriously."

      Edeline mengedikan bahu tanpa menatap wajah Arsen. Menghela nafasnya sejenak, pria itu mendekatkan bibirnya pada telinga Edeline.

      "Don't get jealous you own my heart. It's fucking yours, darling. Sorry," bisik Arsen dengan suara beratnya.

      "Aku udah maafin kamu sebelum kamu minta maaf," ungkap Edeline.

      Arsen tersenyum, Edeline adalah wanita yang mudah memaafkan, mau sebesar apapun kesalahannya.

      "Come kiss me."

      "Ngga mau, nanti kalo ada orang gimana? ciu-mmphh." Arsen dengan cepat membungkam bibir Edeline.

      Beberapa detik kemudian Edeline mendorong pelan dada bidang Arsen saat dirinya merasa kehabisan nafas. "Enough, sayang."

      Arsen menggeleng cepat, tangannya kembali merengkuh pinggang Edeline. "Belum! I wanna kiss you again."

      Sekarang udah taukan Jendra nurun dari siapa, Like father like son, okay!"

      "Ck. Udah ah, aku mau buat potato wedges buat Abang, kamu diem!" titah Edeline.

      "Ya udah, tapi kiss dulu." Arsen menunjuk kedua pipinya. Edeline berdecak, namun tak ayal ia menuruti kemauan suaminya itu membuat Arsen tersenyum puas.

      "I like your sweet lips always," gumamnya.

————

      Teriakan para siswi saling sahut menyahut menggema di balkon lantai dua dan di tribun lapangan melihat Altar dan ketiga sahabatnya bermain basket, tanpa Jendra dan Asher.

      Semakin histeris saat Altar membuka seragam putihnya dan hanya menyisakan kaos hitam polos. Cowok itu berlari ke pinggir lapangan seraya menyugar rambutnya yang basah oleh keringat.

      Galen melempar air mineral ke arah Altar yang langsung di tangkap dengan baik oleh cowok itu.

      "Aduh capek gue. Mana gerah banget lagi," keluh Askar sambil mengipas-ngipaskan kerah seragamnya.

      Vander mengangguk. "Asli sih, mana gue ga bawa baju ganti..."

      "Mau pinjem punya gue?" tawar Galen.

      "Iya kalo ada."

      Galen mengambil tasnya, lalu menyampirkan di bahunya, menoleh sebentar pada Altar. "Kelas apa gimana?"

      Altar melirik jam tangannya. "Kantin, terus langsung cabut."

      "Ke mana?"

      "Rumah Jendra," sahut Altar.

      Galen mengangguk, membuka ponselnya untuk menghubungi Asher, ia membuka apalagi Line.

      Galen mengangguk, membuka ponselnya untuk menghubungi Asher, ia membuka apalagi Line

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      'Sialan...!'

      Umpatan lirih Galen terdengar oleh mereka, kemudian Askar bangkit. "Kenapa Lo?"

      Galen menghela nafas, melempar ponselnya pada Askar. "What the hell, So they're actually dating?"

      "Use your brain, kayaknya iya sih, It can't be a kiss, right?"

      Galen mengangguk membenarkan, berbeda dengan Altar yang mengedikan bahu tak peduli.

      "Parah sih, keliatannya mereka di sekolah biasa-biasa aja ga sih, kayak ga pacaran aja gitu, atau Lo juga sama Ziva kan, hayo ngaku," tuduh Vander pada Galen.

      "Berisik! Bukan urusan Lo."

      Vander mendengus kesal sebari melepas satu persatu kancing seragamnya, hingga kini terpampang perut sixpack-nya, lalu kembali duduk di bawah tangga terakhir, tribun.

      "Dah lah biarin... cabut," titah Altar seraya melangkah lebih dulu di ikuti yang lainnya.

      Askar meneguk minumnya yang tersisa sedikit, kemudian melemparkannya ke tong sampah, Ia menaikan sebelah alisnya pada Vander yang hanya diam.

      "Are you coming with us?"

      "I'II catch you later, nyebat dulu bentar," sahut Vander santai seraya mengapit satu batang rokok di bibirnya.

      "Okay, don't take me long. Awas Lo ketahuan guru," ujar Askar seraya menyusul Galen.

      Ting! Suara notifikasi masuk membuat lelaki itu membuka ponselnya.

      My Beautiful Lady ❤️‍🔥

      Send a picture

      "Sialan, gue ga tahan!" gumam Vander berlari menaiki tangga.

—🐊🦋—

Aku up terlalu kecepatan kayaknya, semoga ga bosen💔

See you cmiww

RAJAWALI [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang