Sarah mengunci pintu dan menaruh kuncinya di meja. Semua lampu ruangan juga sengaja di matikan yang berarti pencahayaan hanya dari televisi dan lampu luar.
Sarah selonjoran santai di sofa panjang dan rebahan miring sambil asyik menonton film yang ia ganti ganti ketika satu film sedang iklan.
Di rumah nya Sarah jarang bisa leluasa menonton karena tv lebih sering dikuasai oleh adik adik nya tapi Sarah tidak masalah. Ia kadang senang melihat mereka yang bertengkar merebutkan remot atau film yang berbeda.
Duh Sarah jadi merindukan adik adik nya. Tadi siang waktu sampai di terminal menunggu jemputan Sarah sudah berteleponan dengan adik dan ibunya mengabarkan kalau dia sudah tiba di Jakarta.
Ratih lagi lagi mengingatkan Sarah untuk ini dan itu selama menumpang di rumah Rania dan adik adiknya terus terusan mengoceh mengingatkan Sarah untuk jangan lupa pulang yang dijawab Sarah 'iya nanti liburan pulang.'
Sementara Sarah sedang rebahan nonton tv, Rania sudah terlelap di kamar nya, Revano justru berada di sebuah klub malam.
Dia masih terbayang bayang puting Sarah yang menjiplak di balik daster nya dan belahan dada putih yang jelas dari payudara montok wanita itu. Lama lama di rumah bisa bisa gila akhirnya Revano mencari pengalihan saja di sini.
"Bang saya duluan ya." Ucap si bartander magang. Tadi mereka sempat mengobrol.
"Yoo!" Vano mengangkat gelas kecilnya.
Beberapa lama berselang, Gio muncul dari pintu yang sama. Pria blasteran indo Korea itu mengernyit heran melihat Revano ada di sini.
"Widiiiihh lama gak liat elu bos. Tumben tumbenan ke sini." Gio terkekeh lalu bertos ala pria.
"Suntuk gue di rumah." Jawab Revano.
Gio ini teman satu tongkrongan nya sekaligus teman sejak SMA. Mereka sudah pernah melewati masa masa nakal. Tawuran, balapan liar, minum minuman, bahkan sex pertama yang mereka lakukan adalah ketika malam pelulusan.
Kecuali narkoba dan obat terlarang lainnya mereka menghindari itu.
Walaupun dulu mereka sama sama nakal tapi Revano masih memikirkan masa depan yang akhirnya memutuskan untuk kuliah di bidang arsitek sedangkan Gio berkelana dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain mencari cari pengalaman.
Sebagai bartander sudah empat tahun dia bekerja di sini. Pekerjaan terlama nya.
Kata Gio enak kerja di sini selain gaji nya dua kali lipat dari UMR, sering dapat tip juga dari pelanggan. Bonus nya bisa icip icip gratis dari wanita yang rela buka kaki untuknya.
Yah wanita mana yang gak kepincut Gio Naratta? Cowok berkulit putih dengan visual ala ala oppa Korea tampan.
"Gue kalo suntuk di rumah tinggal main jebol jebolan di kasur sama bini!"
"Udah main jebol jebolan kemarin." Sahut Vano.
"Ya jangan kemarin doang lah! Tiap malem meeeen. Ada bini di rumah bisa lo garap suka suka. Hahaha..." canda nya.
Masalahnya Rania tidak mau main tiap hari! Ingin sekali Revano bilang begitu.
Wajar lah Rania tidak mau. Main sekali aja udah sakit sakit badan nya karena Vano yang terlalu brutal di kasur.
"Sorry ya. Lo suntuk mungkin karena gak ada momongan aja kali. Katanya anak bisa jadi obat buat orang tua di rumah." Gio mengendikkan bahu.
"Kalo soal anak gue gak terlalu ambil pusing bro." Vano menenggak minuman nya dari gelas.
Gio geleng geleng kepala. "Temen temen kita yang udah pada nikah anak nya aja udah dua, tiga. Lo inget si Fredy? Sekarang bini nya hamil anak ke empat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair with My Uncle [21+] 💋
RomancePart masih lengkap (48 Part + Prolog)💋 Epilog + Extra Part (only KaryaKarsa) 💋💋 Bagaimana bisa seorang paman yang sudah beristri memiliki hasrat kepada ponakan nya sendiri? Revano Kalingga. Pria matang 32 tahun memiliki perasaan tak wajar pada se...