Bab 41

63.1K 1.9K 734
                                    

Buka WP udh bnyk notif dri kelen tpi sorry baru up jam segini coz kehalang WA bnyk jg notif kerjaan 🤣🤣

Btw, makasih ya udh rame bngt di part kemarin 💋💋

Kelen baca part ini Jam brp dimana?

Yuk vote dlu yuk!!

AWAS ESMOSIIIIII 😙😙
.
.
.

Vano tidak pernah merasa sepanik ini.

Dulu ketika dia di kepung oleh lawan dalam perkelahian semasa sekolah, Vano masih bisa bersikap tenang.

Tidak ada kepanikan ketika kabur dari kejaran polisi akibat tawuran bahkan saat ada kejadian gempa dan dia dalam keadaan sedang tidur siang-- Anggi panik berteriak membangunkan nya, Vano masih bisa meregangkan otot-otot tubuh nya dan mengumpulkan nyawa sebelum ikut berlari ke luar rumah.

Kepanikan yang ia alami masih dalam batas tenang tapi untuk sekarang, keringat sudah membasahi pelipisnya, tangannya erat mencengkeram kemudi mengendarai mobil dalam kecepatan di atas rata-rata.

Sarah yang duduk di sampingnya terkulai lemas, keringat dingin dan wajah pucat terus terusan meringis.

Darah yang mengalir di kakinya tak kunjung berhenti menetes. Vano sudah tidak bisa berpikiran positif meski hatinya tak henti-henti nya berdoa untuk keselamatan Sarah dan.... Anaknya.

Entah benar atau tidak ia pun tidak sepenuhnya yakin jika Sarah saat ini sedang hamil.

"Sakit Mas.. hiks.. hiks... Kenapa sakit banget." Sarah masih merintih kesakitan.

"Kita akan menuju rumah sakit. Tolong bertahan ya. Mas mohon, kamu harus kuat sayang."

Vano takut. Takut jika itu benar maka kondisi nya mungkin tidak baik baik saja karena darah tersebut.

Vano nyaris bertemu maut kalau saja tidak menekan rem mobil yang besar kemungkinan mobil truk di depan ia hantam hingga menghancurkan badan mobil nya.

"Sarah..."

"Sarah. Bangun sayang."

Vano yang menghentikan mobilnya begitu saja di pelataran parkir rumah sakit dan segera membopong tubuh pucat Sarah.

Terus saja ia mencoba membangunkan kesadaran sang kekasih tapi tak bisa karena Sarah sudah tak sadarkan diri sejak tadi.

"DOKTER!"

Tiga perawat dengan sigap membantu nya. Sarah di baringan di ranjang rumah sakit untuk segera dilarikan ke ruang UGD.

Dokter juga sudah mengambil tindakan entah apa yang dilakukan tapi Vano hanya boleh menunggunya di luar.

Vano berdiri di sana. Tidak meninggalkan pintu ruang UGD dengan kegelisahan, kecemasan, khawatir yang berlebih hingga jantung terasa dicengkeram ketakutan.

Mata nya perih. Merah dan berkaca kaca.

"Tuhan. Selamatkan Sarah. Jangan buat dia kesakitan. Ku mohon Tuhan." Vano berdoa penuh permohonan.

Ia mendengar derap langkah seseorang yang berlari menghampirinya. Menoleh yang ternyata petugas keamanan rumah sakit ini.

"Maaf Pak, ini kunci mobil bapak. Mobilnya udah saya parkir di area parkiran." Pria berkumis tipis itu menyerahkan kuncinya.

Vano bahkan lupa dengan barang itu karena tadi sudah buru-buru membopong Sarah ke dalam.

"Terimakasih ya Pak. Saya bahkan melupakan ini."

Affair with My Uncle [21+] 💋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang