BAB 12

110 10 1
                                    

Sera baru saja membuka pintu apartemen ketika teleponnya berdering, dia segera mengangkatnya dan langsung terdengar suara Nathan diseberang sana.

"Sera, apakah kamu suka masakan cina?"

"Hah?" Sera terperangah mendengar sapaan pertama Nathan yang tanpa basa-basi. Baru ketika Nathan mengulang pertanyaannya dia mengerti, dan tanpa sadar mengangguk.

"Sera?"

Mendengar pertanyaan Nathan, Sera baru sadar kalau dari tadi dia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Eh...iya...iya.."

"Oke, kalau begitu jangan memasak malam ini, kubawakan dua porsi untuk kita."

Telepon ditutup. Meninggalkan Sera yang yang masih terperangah. Satu jam kemudian, ketika Sera menyeduh kopi, Nathan datang. Ia langsung menuju ke dapur, masih dengan mengenakan jas resminya, tapi dengan dasi yang sudah dikendorkan. Dia meletakkan kantong kertas berisi makanan yang masih panas, berlogokan nama hotel bintang lima.

"Tadi ada undangan pertemuan dengan klien di sana, hanya minum kopi, tapi aku lalu ingat kalau masakan cina di hotel ini terkenal enaknya, dan aku ingat kamu."

Nathan mengedipkan sebelah matanya, "Siapkan ya, aku mandi dulu."

Dengan langkah tegapnya Nathan membalikkan badan menuju kamar.

Sera mengatur masakan berbau harum itu pada piring saji. Sambil mengatur poci kopi di nampan untuk Nathan, untuk dirinya dia menyeduh secangkir teh.

Nathan muncul di dapur setengah jam kemudian, dengan piyama sutra hitamnya. Lalu duduk di kursi di meja dapur.

"Aku lapar sekali, tadi jalanan macet."

Sera duduk di hadapan Nathan, memperhatikan lelaki itu yang mulai menyantap hidangannya dengan penuh minat.

"Tadi, di pertemuan tidak ada makan malam?" Tanya Sera

"Ada, tapi aku menolaknya, hanya minum kopi tadi. Kenapa tidak kamu makan? Ayo makanlah, ini sangat enak."

Dengan gugup Sera menyantap makanannya. Memang enak sekali, gumam Sera pada suapan pertama. Tanpa sadar dia makan dengan lahap, dan baru berhenti ketika menyadari Nathan menatapnya geli, pipinya langsung bersemu merah.

Nathan langsung terkekeh geli. Sera baru mengetahui kepribadian Nathan yang seperti ini, santai dan penuh tawa. Sungguh sangat berbeda sekali dengan apa yang ditampilkannya di kantor.

Selesai makan seperti biasa Nathan minta ditemani saat mengerjakan tugas kantornya. Lelaki itu tampak serius menghadap notebooknya, sambil sesekali menyesap kopi. Sementara Sera, menyibukkan diri dengan menonton chanel masak memasak di TV kabel. Benaknya berkecamuk, apakah Nathan akan mengajaknya bercinta lagi? Bodoh! Tentu saja, kalau bukan untuk itu buat apa lelaki itu menginap disini?

"Kamu bisa memasak yang seperti itu?" Suara celetukan Nathan hampir membuat Sera terlonjak karena kaget.

Sera menatap ke arah nathan. Lelaki itu sudah bersandar di sofa, dengan santai menyesap kopinya sambil menatap televisi. Notebooknya sudah tertutup dan berkas-berkasnya sudah tersusun rapi.

Astaga...berapa lama tadi dia melamun? Sudah berapa lama Nathan menyelesaikan pekerjaannya? Dengan buru buru Sera menoleh ke televisi, adegan disana menampilkan cara memasak sup jagung dengan berbagai modifikasinya.

"Bisa...aku pernah membuatnya meski tidak persis seperti itu."

Nathan tersenyum.
"Aku jadi ingat saat aku sakit waktu kecil dulu, ibuku selalu membuatkanku sup jagung, tidak ada yang mengalahkan rasa sup buatannya."

Sera ikut tersenyum mengenang.
"Ibu dulu membuatkanku bubur ayam. Rasanya tidak enak hingga aku selalu ingin memuntahkannya."

Nathan tertawa geli mendengarnya.
"Aku belum pernah menemui wanita sepertimu sebelumnya", gumamnya dalam tawa.

Sera menoleh pada Nathan dengan bingung.

"Wanita sepertiku.....?"

"Polos, jujur dan tidak berusaha memanipulasi ku" senyum Nathan mendadak berubah menjadi lebih sensual

"dan masih bisa tersipu sampai memerah di sekujur kulitnya, padahal sudah berkali-kali ku sentuh."

Kali ini Sera hampir tersedak tehnya. Dengan cepat diletakkannya cangkirnya dan ditatapnya Nathan dengan waspada. Lelaki itu juga sedang menyesap kopinya, tapi mata coklatnya yang tajam itu menatap serius pada Sera.

"Kamu seperti kelinci yang terjebak ketakutan." gumam Nathan sambil menyipitkan matanya.

"apakah cara bercintaku menyakitimu?"

Pipi Sera langsung memerah mendengar pertanyaan Nathan yang sangat blak-blakan itu,

"Ti...tidak, bukan begitu...saya....saya hanya belum.. terbiasa..."

Sera menelan ludah ketika Nathan mulai beranjak dari sofanya dan berdiri di depan Sera. Menarik Sera berdiri dan langsung mencium bibirnya dengan lembut.

"Kalau begitu, tidak ada yang bisa kulakukan selain membuatmu terbiasa bukan?", suara Nathan berubah parau. Lalu dengan cepat diangkatnya tubuh mungil Sera menuju kamar.

***

Jam dua pagi, Nathan terbangun dan menyadari ada tubuh hangat dalam pelukannya. Sera berbaring meringkuk di dadanya, tubuhnya begitu mungil hingga Nathan merasa bisa meremukkannya dalam sekejap kalau dia mau. Kadangkala karena Sera begitu mungilnya jika dibandingkan dengan tubuhnya yang tinggi besar, Nathan merasa seperti sedang melakukan pelecehan seksual pada anak di bawah umur.

Tanpa sadar tangan Nathan mengelus punggung polos Sera. Dalam tidurnya, Sera bergumam tidak jelas, lalu meringkuk makin rapat ke dada Nathan. Nathan benar-benar tidak pernah merasa sebergairah sekaligus terpuaskan selain dengan Sera. Tubuh mungil itu telah memberikan kepuasan yang sangat dalam bagi Nathan.

"Aku mungkin tak akan pernah melepaskanmu. Kamu adalah milikku Sera, selamanya akan menjadi milikku" gumam Nathan.

Seolah mendengar ancaman Nathan di alam bawah sadarnya, alis Sera berkerut dan menggumam tak jelas.

Nathan tertawa geli melihatnya, lalu dikecupnya dahi Sera dengan lembut. Anak kecil ini benar-benar tidak terduga. Siapa sangka lelaki seperti Nathan akan takluk di pelukan gadis seperti Sera.

"Raf....faa"

Nathan langsung menoleh secepat kilat ke arah Sera.

"Rafael"

Kali ini gumaman Sera terdengar lebih jelas. Bahkan Nathan dapat melihat ada air mata di sudut matanya.
Rahang Nathan menegang karena menahan amarah. Siapa lelaki yang disebut Sera itu? Kenapa dia tidak pernah mendengarnya? Selama ini dia sudah menyelidiki semua latar belakang Sera bukan? Selama ini Sera tidak pernah dekat dengan lelaki manapun, dia bahkan masih perawan!

Dengan gusar Nathan menghapus air mata di sudut mata Sera. Lalu mengguncang tubuh Sera pelan. Dan mata lebar yang polos itu terbuka menatap Nathan dengan bingung karena dibangunkan secara tiba-tiba.

"Berani-beraninya kamu!" desis Nathan dengan tatapan membara penuh amarah.

"Berani-beraninya kamu menyebut nama lelaki lain dan menangis untuknya di atas ranjangku!"

Sera benar-benar tidak siap ketika Nathan menyerangnya dengan cumbuan yang sangat hangat dan menggelora. Kali ini Nathan berbeda dengan biasanya, dia seperti membara, seolah olah tidak ditahan-tahan lagi, ada apa? Ada apa sebenarnya?

Tapi Sera sudah tidak dapat berpikir lagi karena Nathan sudah menenggelamkan kesadarannya dengan cumbuan dan belaian jemarinya yang sangat ahli. Sungguh nikmat dan Sera akhirnya menyerah dalam pelukan Nathan.




Bersambung....

Romantic Story about Sera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang