BAB 5

150 15 0
                                    

Suasana hati Sera benar-benar buruk hari itu. Kemarahan, rasa terhina, kebencian bahkan kesedihan karena dia begitu tidak berdaya campur aduk dalam hatinya. Sera merasa tubuhnya begitu kotor akibat pelecehan yang dilakukan Nathan tadi siang. Dan dia masih menahan tangis ketika memasuki ruang perawatan intensif di Rumah Sakit itu, yang sudah sangat familiar dengannya. Apapun yang ada dipikirannya tadi langsung buyar begitu melihat suster Melinda menyambutnya dengan wajah pucat pasi.

"Kemana saja nak? aku mencoba menghubungimu sejak dua jam tadi, tapi kamu tak bisa dihubungi!"

Wajah Sera langsung berubah seputih kapas, secepat kilat dia berlari menelusuri lorong menuju kamar tempat Rafael dirawat. Suster Melinda tergopoh-gopoh berlari mengikuti di belakangnya. Sera terpaku di depan ruangan Rafael dengan napas terengah-engah. Dokter dan perawat masih ada di ruangan itu, sedang berusaha menstabilkan kondisi Rafael. Suster Melinda tiba dibelakang Sera dan menyentuh pundaknya lembut, mencoba menenangkannya.

"Dia sudah tidak apa-apa nak, kondisinya sudah stabil. Tadi dia mengalami serangan lagi tapi dokter sudah menanganinya dengan cepat, kenapa kamu tadi tidak bisa dihubungi? Aku mencoba menghubungimu saat Rafael dalam kondisi paling kritis"

Air mata mengalir di pipi Sera. Tadi baterainya habis dan karena sibuk dengan pikirannya, dia tak sempat mengisinya. Astaga, betapa bodohnya dia. Rafael kelihatan stabil dan baik-baik saja dan Sera mulai lengah. Ia melupakan bahwa serangan bisa terjadi setiap saat.

Sera memejamkan mata rapat-rapat, air matanya mengalir semakin deras terus, dia tak berani membayangkan semua itu. Suster Melinda memeluknya dengan penuh keibuan sementara Sera menumpahkan air matanya. Ketika dokter datang, tatapan hati-hatinya malah membuat hati Sera makin cemas.

"Bagaimana kondisinya dokter?” suara Sera gemetar, ketakutan.

Dokter itu menarik napas panjang
"Rafael pria yang kuat, sungguh suatu keajaiban dia mampu bertahan sampai sekarang. Tetapi kecelakaan itu telah merusak organ dalamnya. Kami berusaha memperbaikinya dengan obat-obatan dan penanganan medis terbaik, tapi hal justru itu berakibat pada ginjalnya, kami harus mengoperasi ginjalnya Sera”

"Mengoperasi ginjalnya?"

Sera mengulang pernyataan dokter itu dengan histeris. Tubuhnya  menjadi lunglai, untung suster Melinda mampu menyangga tubuhnya.

"Apakah... Apakah tidak ada cara lain?"

Dokter itu menarik napas prihatin,
"Rafael dalam kondisi yang tidak lazim, dia dalam keadaan koma, dan apapun tindakan medis yang kami lakukan padanya memiliki resiko tinggi, Tapi akan lebih beresiko lagi jika kita tidak melakukan operasi itu, operasi itu harus dilakukan sesegera mungkin"

Sera menarik napas dalam dalam, dan menatap dokter itu dengan penuh tekad.

"Baik dokter, lakukan operasi itu, apapun agar Rafael bisa selamat” suaranya mulai gemetar

"Berapa biaya yang harus saya siapkan untuk melakukan operasi tersebut dok?” Seluruh tubuh Sera menegang, tangannya terkepal seolah olah menanti hukuman.

Dokter itu menatapnya sedih, rasa kasihan tampak jelas di matanya ketika menjawab.

"Untuk prosedur operasi ginjal dan perawatan atas kemungkinan terjadi komplikasi lainnya, kau setidaknya harus memiliki tiga ratus Juta”

***

Hujan turun lagi dengan derasnya, bahkan payung itupun tak bisa melindungi dirinya dari percikan air hujan. Tapi Sera tak peduli. Sera menatap sekeliling parkiran itu dengan panik, hari sudah gelap dan hampir tidak ada orang di parkiran itu, apalagi hujan turun dengan begitu derasnya sehingga tak akan ada orang yang begitu bodohnya berada diluar ruangan. Kecuali dirinya sendiri tentunya.

Romantic Story about Sera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang