BAB 7

146 12 0
                                    

Sera merasakan seluruh tubuhnya sakit dan pegal. Ia mengerutkan dahinya mencoba menggerakkan badannya. Pelan pelan ia mulai membuka matanya. Ia hanya dapat melihat cahaya kamar yang masih tampak redup, suasana kamar itu terasa sejuk dan menyenangkan,

"Selamat pagi"

Sapaan itu begitu mengejutkan gadis itu, menembus kesadarannya yang masih berkabut, hingga badannya terlonjak duduk. Lalu selimutnya turun hingga ke pinggang dan barulah Sera menyadari jika tubuhnya sepenuhnya telanjang. Dengan gugupnya, ia menarik selimut menutup dadanya yang sudah terekspos. Mata bulatnya langsung bertatapan dengan Nathan yang duduk disofa, tepat dihadapannya. Sedikit senyum tersirat di sana melihat kegugupan Sera

Sekali lagi Sera benar-benar malu. Nathan sudah tampil sangat rapi, tampan dan elegan dengan pakaian santainya. Pria itu sedang menyesap kopi sambil membaca koran paginya. Penampilannya benar-benar sempurna di pagi hari ini. Sedangkan Sera masih sangat berantakan.

"Astaga, jam berapakah ini? " gumam Sera. Ia merasa sangat malu, terutama dengan penampilan tubuhnya yang hanya tertutupi selimut tipis.

"Ini masih pagi sekali, masih gelap. Tadi aku bangun dan memutuskan mandi air dingin, kalau tidak aku tidak akan bisa menahan diri untuk membangunkan mu dan bercinta lagi denganmu" ucap Nathan dengan gamblangnya. Suara pria itu datar seperti sedang membicarakan acara televisi favoritnya. Tanpa memperdulikan wajah Sera yang memerah seperti tomat.

"Bukannya aku tidak bisa, tapi sepertinya aku harus menghormati virginitasmu yang baru hilang" Ucap Nathan lagi.

Tatapan Nathan berubah tajam, seperti yang selalu dilakukannya di saat meeting di saat dia membuat lawan-lawan bisnisnya mengekeret ketakutan. Nathan merasakan keganjalan dalam hatinya, ia lun bertanya apa yang ada di benaknya kepada gadis itu.

"Kenapa kamu yang masih perawan itu bisa dengan mudahnya menjual diri padaku? Apa tujuanmu sebenarnya" Tanya Nathan tanpa ampun.

Sera duduk disana dalam kondisi paling tidak siap dan Nathan tiba-tiba melemparkan pertanyaan paling sulit untuk di jawab. Apakah laki-laki itu sengaja? Tentu saja Nathan sengaja, lelaki seperti dia tak akan sesukses ini dalam bisnis jika tidak tahu cara menyerang lawannya di titik lemah.

Sekarang dia harus menjawab apa? Sera benar-benar kebingungan. Kalau dia menceritakan seluruh kisahnya, akankah Nathan percaya? Lagipula dia tidak ingin melibatkan Rafael disini. Jangan sampai Nathan tahu tentang tunangannya. Dia harus melindungi Rafael dari lelaki kejam seperti Nathan. Siapa yang tahu apa yang akan dilakukan Nathan kepada Rafael hanya untuk memerasnya nanti. Dengan tegar Sera menegakkan dagunya.

"Saya rasa alasan saya melakukan ini bukan urusan anda, yang penting saya tidak akan merugikan diri anda." Ucap Sera lantang. Sejujurnya jantung gadis itu berdetak kencang. Ia takut bahwa Nathan akan terus menginterogasinya.

Rahang Nathan mengeras. Matanya menatap tajam Sera mendengar jawaban dari bibirnya. Sejenak ia merasa, Sera patut diberi kesempatan, mungkin saja Sera melakukan itu untuk membiayai saudaranya atau apapun itu. Tetapi ternyata dugaannya salah, bodohnya Nathan, wanita dimanapun sama saja. Sera mungkin hanya menunggu kesempatan untuk menjual keperawanannya dengan harga mahal, bukan bermaksud menjaganya. Bodohnya ia sempat berpikir untuk mempercayai gadis itu.

"Oke, bussiness is bussiness, aku tidak akan bertanya lagi tentang tujuanmu. Asal jangan sampai kamu merugikanku" ucap Nathan dengan mata tajamnya.

"kalau kamu berani berani melakukannya, aku akan membuatmu menderita."

Sera tanpa sadar beringsut menjauh, ketakutan dengan nada suara dan tatapan tajam Nathan. Tiba-tiba saja laki-laki itu berdiri dari duduknya setelah membanting gelas kopinya di meja dengan kasar. Sera menatap lelaki itu dengan cemas dan panik.

Romantic Story about Sera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang