BAB 24

96 16 9
                                    

"Dimana ruangan tempat perawatan Rafael Sanjaya?" Nathan berdiri di depan resepsionis rumah sakit tempat Rafael dirawat.

Resepsionis itu mendongak dan ternganga. Terpesona melihat penampilan dan ketampanan Nathan.

"Ruangan perawatan Rafael Sanjaya?" Nathan mengulang jengkel karena resepsionis itu hanya menatapnya seperti orang bodoh.

"Oh....Untuk Rafael...Anda...Anda mungkin harus menemui Suster Melinda dulu, beliau suster kepala penanggung jawabnya."

"Dimana?" gumam Nathan tak sabar.

"Lantai tiga, ruangan perawat nomor dua."

Tanpa basa-basi Nathan langsung meninggalkan resepsionis yang masih ternganga itu.

Pintu itu tertutup rapat dan Nathan mengetukknya.

"Masuk" sebuah suara yang tegas terdengar dari dalam.

Nathan masuk dan langsung berhadapan dengan suster Melinda. Melinda langsung menyadari siapa yang berdiri di hadapannya. Dia tidak mungkin salah mengenali. Penggambaran Sera akan sosok Nathan sangat akurat. Lelaki ini memang benar-benar luar biasa tampan dengan keangkuhan yang sudah seperti satu paket dengan auranya.

"Apakah anda akhirnya berhasil menemukan kebenaran?" gumam Melinda langsung tanpa basa-basi.

Nathan mengernyit mendengar sapaan pertama Melinda yang sama sekali tidak diduganya. Tapi dia lalu teringat telepon di tengah malam yang tanpa sengaja dia angkat. Penelepon itu mengatakan dirinya adalah suster Melinda...

"Ya," Nathan mengakuinya pelan,

"Anda sudah tahu semuanya?"

"Semuanya, dan pertama, sebelum anda menghina Sera lagi. Saya akan jelaskan kepada anda, semalam Sera datang kepada saya, dengan kondisi mengenaskan. Mental dan fisik yang rapuh, dan dia bilang ingin melepaskan diri dari anda, menurut saya itu wajar mengingat perlakuan anda padanya." Melinda menatap Nathan dengan pandangan mencela yang terang-terangan.

"Uang yang dia pakai untuk melunasi semua hutang-hutangnya pada anda, itu adalah uang pinjaman dari saya dan beberapa staff rumah sakit lain, bukan uang hasil menjual dirinya kepada lelaki lain seperti apa yang anda tuduhkan kepadanya tadi pagi." dan pertama Sebuah kebenaran lagi. Lebih keras daripada tamparan di pipi, lidah Nathan terasa kelu.

"Saya ingin bertemu Sera" gumam Nathan akhirnya.

"Untuk apa? Ketika hubungan hutang piutang itu lunas. Tidak ada lagi perlunya kalian bertemu, lagi pula saya tidak yakin Sera bersedia menemui anda."

"Tidak ada hubungannya dengan uang! Saya tidak peduli dengan uang!!!" Nathan hampir berteriak, lalu berdehem berusaha meredakan emosinya,

"Saya harus bertemu dengan Sera, saya ingin meminta maaf, saya tahu selama ini saya salah...."

"Anda bisa menyampaikan permintaan maaf anda melalui saya" sela Melinda tegas.

"Saya mohon.....Saya harus bertemu dengan Sera, saya butuh bertemu dengannya"

Sekali lagi Melinda mengamati lelaki yang berdiri di hadapannya. Lelaki ini terlalu tampan, terlalu kaya sehingga wajar dia tampak begitu arogan. Tapi sekarang Nathan tampak begitu menderita, dan dia rela memohon agar bisa bertemu Sera.

Lelaki ini sedang jatuh cinta.

Melinda menarik napas, ketika sebuah kesimpulan muncul di benaknya. Lelaki ini sedang jatuh cinta. Bagaimana mungkin dia menolak permintaan Nathan? Kalau saja Nathan hanya lelaki sombong yang menginginkan bayaran setimpal atas apa yang diberikannya kepada Sera, mungkin Melinda akan mengusirnya tanpa ragu. Tapi Nathan yang ada di depannya ini tampak begitu kesakitan menanggung rasa bersalah, tampak remuk redam di dera perasaannya sendiri. Lelaki ini sama menderitanya dengan Sera. Bagaimana mungkin ia tega mengusirnya?

Romantic Story about Sera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang