BAB 10

134 12 0
                                    

Sera meletakkan barang belanjaannya di meja dapur. Tadi dia mampir sebentar ke supermarket untuk membeli bahan makanan. Kondisi Rafael baik-baik saja dan cukup stabil, itu sudah membuatnya cukup tenang. Operasi sudah dijadwalkan 1 minggu lagi. Sekarang yang bisa Sera lakukan hanya berdoa dan menyerahkan semuanya pada Tuhan.

Dengan ragu, Sera memandang sekeliling apartemen, lalu menarik napas panjang. Semua ini terlalu mewah, terlalu berlebihan untuknya tinggal seorang diri di tempat seluas dan semewah ini. Tadi dia menyempatkan diri mengatur pakaiannya yang sedikit, sehingga hanya memerlukan waktu sebentar. Setelah itu dia sempat terdiam lama bingung mau melakukan apa. Apalagi ditempat yang luas seperti ini suasana terasa sangat lengang dan sendirian.

Sera baru menyadari bahwa dia belum sempat sarapan sejak tadi pagi. Ia pun memutuskan memasak makan malamnya. Setelah mengatur belanjaannya yang sedikit itu di dalam lemari es, Sera mengeluarkan beberapa butir telur, sedikit sosis dan sayuran. Dikocoknya dengan pelan sambil berdendang, lalu dituangnya adonan omelet sederhana ini ke wajan mungil yang sudah diberi mentega. Aroma harum telur menyeruak ke seluruh dapur,

"Baunya enak sekali"

Suara itu terdengar begitu tiba-tiba, tak disangka dan sangat mengejutkan sehingga Sera hampir menjatuhkan mangkuk bekas adonan telurnya. Dengan gugup dia menoleh ke pintu dapur, dan melihat Nathan sudah bersandar di sana, mengenakan baju santai dan tampaknya habis mandi.

"I,,,iya, aku memasak makan malamku", jawabnya gugup lalu memusatkan perhatiannya lagi ke telurnya.

Nathan melangkah dengan santai masuk ke dapur, tanpa mempedulikan kegugupan Sera. Dia berdiri tepat di belakang tubuh Sera.

"Apa itu?" Tanya Nathan

"Eh, ini? Ini telur goreng kuberi campuran sosis dan sayuran"

"Apakah seperti omelet?"

"Ya seperti itu, tapi ini lebih sederhana."

Sera menjawab sambil melirik Nathan dengan ekor matanya. Ia baru menyadari, ternyata lelaki ini tertarik pada hal-hal baru yang belum pernah ditemuinya sebelumnya.

"Buatkan aku satu ya"

"Memangnya kamu mau?"

"Kenapa tidak? Aku lapar sekali. Setelah menyelesaikan urusan di rumah tadi aku langsung kemari. Kamu kan masih penyesuaian diri disini, jadi aku ingin melihat kondisimu."

Dasar perayu ulung, Sera memaki Nathan dalam hati. Orang seperti Nathan ini tidak segan- segan memanipulasi pikiran perempuan agar mau melakukan apapun yang dia inginkan.

Nathan masih terus berdiri di belakang tubuh Sera. Napasnya terasa hangat di ubun-ubun Sera. Lalu tiba-tiba saja tangan lelaki itu bergerak mencengkeram pundaknya, semakin merapatkan tubuh keduanya. Kepala Nathan turun menyusuri leher Sera, dikecupnya dengan lembut leher mulus itu. Tubuh Sera mendadak terdiam kaku, dirinya bagaikan tersetrum dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Aku menunggumu di sofa ya, kita makan disana saja" gumam Nathan pelan, lalu melangkah pergi meninggalkan Sera yang masih terdiam mencoba menetralkan degup jantungnya

***

Lelaki itu makan seperti biasa, dengan elegan. Sedangkan Sera tidak bisa berkonsentrasi pada makanannya, dia tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Nathan. Dibalik penampilan dan gayanya yang berkelas, ternyata Nathan menyukai masakan sederhana yang ia buat.

"Kenapa?" Nathan tiba-tiba menatap tajam setelah suapan terakhirnya. Dia merasakan tatapan Sera selama dia makan.

"Eh....tidak, tidak apa-apa."

"Pasti kamu heran kenapa aku mau makanan rumahan kan?"

"Aku ini juga manusia Sera, kita tidak ada bedanya.  kadangkala penampilan seseorang membuat kita berpikir bahwa manusia yang satu berbeda dengan yang lain"

Romantic Story about Sera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang