BAB 4

172 13 0
                                    

Nathan baru saja menyelesaikan meeting penting dan dengan segera kembali ke ruangannya. Mengingat alasan yang membuat dia begitu terburu-buru kembali, membuatnya mengerutkan dahi, dia sudah menelpon atasan Sera tadi pagi, menjelaskan alasan
keterlambatan gadis itu. Dan atasan Sera begitu kegirangan karena teleponnya, hingga seolah-olah tak peduli lagi kenapa Sera sampai terlambat.

Setelah dengan serius mempelajari berkas-berkas yang diantarkan bagian personalia padanya, Nathan termenung. Gadis itu tidak bohong, kedua orang tuanya memang telah meninggal, dan alamat tempat tinggalnya memang terdaftar sebagai rumah kost, bahkan gadis itu tidak mengisi nama saudara atau kerabat dekat yang bisa dihubungi.

'Saya tinggal sendirian', begitu ucapnya tadi.

Apakah gadis itu benar-benar sebatang kara seperti ceritanya. Kalau dia tanpa keluarga dan hanya tinggal di kamar kost, untuk apa dia meminjam uang sebesar 40 juta ke perusahaan yang harus dilunasi dengan memotong gajinya selama bertahun-tahun? Apakah dia sakit? Memikirkan kemungkinan itu, mendadak dada Nathan langsung merasa sesak.

Tidak! Putusnya setelah termenung sejenak. Gadis itu sehat, kalau tidak dia pasti tidak akan lolos seleksi test kesehatan yang sangat ketat untuk masuk ke perusahaan ini. Kalau begitu, dia pasti gadis yang suka menghambur-hamburkan uang. Nathan
menyimpulkan. Yaa dengan begitu segalanya akan menjadi lebih mudah. Nathan tentu rela jika harus memberikan uang sebanyak yang Sera mau, asal Sera mau melayaninya. Ia sangat kaya, dan memiliki gadis seperti Sera yang benar-benar memacu hasratnya memang layak diberi sedikit pengorbanan.

Lamunannya terhenti ketika intercom berbunyi memberitahukan kedatangan Sera di depan ruangannya. Nathan menunggu penuh antisipasi, seperti seekor singa yang tengah menanti mangsanya. Dia punya penawaran bagus, dan jika gadis itu seperti yang diduganya, Sera pasti tak akan mampu menolaknya.

"Kata Pak Erick anda memanggil saya untuk mengambil payung saya yang tadi tertinggal" gumam Sera sopan sesaat setelah Nathan mempersilahkannya duduk.

Nathan tidak menjawab hingga Sera menatapnya bingung. Lelaki itu sedang menatapnya dalam seolah sedang berkonsentrasi pada sesuatu tetapi pikirannya seolah tak ada di situ.

"Pak Nathan?” Lelaki itu mengerjap.

"Oh! Payung" gumamnya seolah baru teringat akan hal itu

"ada di meja sekertarisku, kamu bisa memintanya padanya,”

Lalu kenapa sang CEO ini, yang katanya sangat sibuk menyuruhku menghadapnya? Sera mengerutkan kening, ketika Nathan sepertinya tidak akan
berkata apa-apa lagi. Sera segera bangkit dari kursinya.

"Kalau begitu saya akan segera mengambilnya. Terimakasih sudah merepotkan anda, permisi pak" gumamnya setengah berbalik

"Tunggu Sera"

Suara lelaki itu terdengar lembut, dan dengan enggan Sera membalikkan tubuh. Lelaki itu ternyata sudah bangkit dari kursinya, memutari meja dan berdiri berhadap-hadapan dengan Sera

"Aku meralat ucapanku tadi pagi” gumamnya misterius.

Sera mengerutkan keningnya,

"Tentang...?"

"Tentang kamu bukan tipeku dan aku tidak mungkin tertarik padamu, sebenarnya selama ini aku memperhatikanmu karena tak tahu kenapa, kamu membuatku sangat bergairah"

Mulut Sera ternganga dan dia tak mampu berkata-kata. Pernyataan itu begitu mengagetkan bagaikan petir di siang bolong.

"Aku ingin kamu menjadi kekasihku, ….mmm…., bukan kekasih, kamu hanya perlu melayaniku di ranjang, memuaskanku. Bagaimana, apakah kamu mau?"

Romantic Story about Sera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang