BAB 28

89 15 2
                                    

Sejak saat itu, Nathan seolah menghilang dari kehidupan Sera. Sera merenung dalam mobil rumah sakit yang membawa mereka pulang ke apartemen. Hari ini Rafael sudah boleh pulang dari rumah sakit. Bersama Sabrena dan suster Melinda mereka pulang ke apartemen. Suster Melinda memutuskan untuk tinggal bersama mereka untuk membantu Sera. Dan Sabrena sendiri berjanji akan berkunjung setiap harinya untuk mengecek kondisi Rafael dan melakukan terapi rutin.

Kata dokter Sabrena, Nathan memutuskan kembali ke Belanda untuk mengurus perusahaannya yang disana. Dan mungkin akan kembali lagi dalam waktu yang lama. Dada Sera terasa nyeri seketika mengetahui kenyataan itu. Dalam hati kecilnya, ia sangat merindukan Nathan. Ternyata cinta memang Tumbuh tanpa direncanakan. Sera mencintai Nathan. Dia sendiri tidak tahu kapan perasaan itu bertumbuh.

"Aku nggak nyangka, bosmu yang kelihatannya sombong itu ternyata baik juga. Dia mau meminjamkan apartemennya untuk kita." Suara Rafael memecah keheningan, menatap Sera dengan menyelidik.

"Aku yang membujuknya," Sabrena yang duduk di kursi depan cepat-cepat menjawab, tahu bahwa Sera pasti kebingungan dengan pertanyaan Rafael.

"Nathan adalah sahabat suamiku, aku bilang merawat mu penting bagiku. Karena kamu adalah salah seorang yang selamat dari kecelakaan yang menewaskan suamiku. Jadi Nathan dengan senang hati mau meminjamkan apartemennya. Lagipula apartemen itu tidak terpakai."

Diam-diam Sera dan suster Melinda menarik napas lega mendengar kelihaian Sabrena menjawab.

Mereka sampai di apartemen dengan Sera yang mendorong kursi roda Rafael memasuki ruangan itu. Begitu mereka masuk, tanpa sadar Sera mengernyit. Semua kenangan itu seolah menghantam dirinya. Di sini, di apartemen ini dia telah banyak menghabiskan waktunya berdua bersama Nathan.

"Apartemen yang sangat bagus, kita beruntung sayang, bos mu sangat baik." Rafael mendongakkan kepalanya ke belakang menatap Sera sambil tersenyum, Mau tak mau Sera memaksakan senyuman di bibirnya.

Kuatkah ia berada di sini? Apalagi di kamar itu... Sera melirik kamarnya, tempat Nathan juga menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Tidak ! dia tidak mau masuk lagi ke kamar itu !

Dengan cepat dan efisien mereka menyiapkan segalanya sehingga Rafael selesai di terapi dan beristirahat di kamarnya. Suster Melinda menjaganya sebentar, lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit, berjanji akan pulang dan menginap di sini nanti malam.

Setelah memastikan Rafael tertidur pulas, Sabrena menyeduh teh dan mengajak Sera duduk di ruang depan.

"Dia sudah kembali dari Belanda" Sabrena
membuka percakapan, menatap Sera sejenak.

Seketika itu juga hati Sera melonjak, tahu siapa yang di isyaratkan sebagai 'dia' itu.

"Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Sera pelan.

Sabrena tersenyum miring mendengar kelembutan dalam suara Sera.

"Kamu itu baik hati ya, sudah menerima arogansinya yang tidak tanggung-tanggung, tetapi masih saja mencemaskannya,"

"Yah, dia baik-baik saja, sedikit kurus, terlalu memaksakan diri dan jadi pemarah seperti beruang terluka, tak ada yang berani menyinggungnya dan mendekatinya dalam radius 100 meter kalau dia sedang mengeluarkan aura pemarahnya, bahkan direktur keuangan memilih berhubungan dengannya via telepon." Lanjut Sabrena.

Lalu wajahnya berubah serius melihat kesedihan Sera.

"Yah....dengan melupakan fakta kalau akhir-akhir ini dia lebih seperti mayat hidup daripada manusia, sepertinya dia baik-baik saja. Dia menderita, sangat menderita Sera." Desah Sabrena kemudian.

"Aku tidak pernah melihatnya seperti ini sebelumnya"

"Sudah cukup..," Sera tidak tahan lagi mendengarnya, penderitaan Nathan yang begitu mengiris-iris hatinya.

Romantic Story about Sera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang