BAB 3

154 14 0
                                    

Pagi itu hujan deras sekali. Sera menunggu di halte bus dengan panik, hujan deras akan menyebabkan macet parah, dan sampai sekarang bis yang dia tunggu tak kunjung kelihatan. Sementara itu hujan turun makin deras hingga pemandangan di depannya makin kabur ,orang-orang mulai menyingkir karena halte itu tak dapat lagi melindungi mereka dari terpaan hujan, dan Sera masih terus berdiri di sana sambil mencengkeram payungnya erat-erat. Menahan tiupan angin yang makin kencang. Matanya bergantian melirik jam tangannya dan ujung jalan dengan harap-harap cemas. Dia pasti akan terlambat hari ini. Pak Erick, manajer lapangannya yang galak itu pasti akan marah besar karena pagi ini dia dijadwalkan meeting pagi dengannya. Lelaki itu sangat tepat waktu dan dia tidak suka menunggu.

Tiba-tiba sebuah mercedes hitam legam yang sangat mewah meluncur mulus dan berhenti tepat didepan Sera. Awalnya Sera tidak menyadari kalau mobil itu berhenti untuknya karena perhatiannya terlalu terfokus pada ujung jalanan. Tetapi ketika pintu mobil itu mendadak terbuka, membuat Sera hampir terlonjak karena kaget.

"Masuklah!" ucap si pemilik mobil.

Rasanya Sera ingin sekali mendamprat siapapun pengemudi mobil itu yang dengan seenaknya mengira dirinya adalah wanita gampangan yang mudah dibawa. Tetapi ketika Sera merasa mengenali suara lelaki itu, dengan ragu ditundukkannya kepalanya untuk memastikan bahwa pengemudi itu sesuai dengan dugaannya, Mata hazel yang tajam itu membalas tatapannya, yah kalo tidak bisa dibilang sedang sial, setidaknya dugaannya tidak salah,

"Ayo masuk, kamu akan basah kuyup jika berdiri terus di situ, kita kan searah" ucap Nathan agak berteriak mengalahkan derasnya suara hujan dan petir yang bersahut-sahutan.

Sera masih berdiri ragu-ragu. Perjalanan ke kantor kan jauh dan lama, Sera merasa enggan dan tak tahu apa yang akan dibicarakan dengan lelaki itu sepanjang jalan nantinya.

"Cepatlah masuk Sera! Kamu akan membuat kita berdua terlambat!"

"Cepat masuk, atau aku sendiri yang akan menyeretmu" ucap Nathan sekali lagi begitu melihat Sera yang terus menerus terdiam ragu.

Sera dengan cepat memasuki pintu mobil yang terbuka dan duduk di sebelah Nathan. Satu detik setelah pintu tertutup, Nathan langsung menginjak gas menjalankan mobilnya. Nathan melirik sedikit pada Sera yang memandang cemas pada payung basahnya yang terus meneteskan air.

"Taruh saja di tempat dibelakang, pengurus mobilku akan membersihkannya, dan pasang sabuk pengamanmu"

Secara otomatis Sera menoleh kebelakang
dan menemukan wadah plastik silinder ditengah jok belakang, mungkin tempat koran atau semacamnya. tapi wadah itu kosong dan Sera meletakkan payung itu di sana, lebih baik daripada payungnya meneteskan air membasahi kursi kulit yang mewah atau karpet tebal mobil ini. Setelah memasang sabuk pengamannya, Sera menyadari bahwa sudut mata Nathan terus melirik ke arahnya,

"Terimakasih" gumamnya demi menjaga kesopanan.

Nathan tersenyum miring,

"Pasti kamu bingung apakah ini kesialan atau
keberuntungan karena akulah yang memberimu tumpangan" gumamnya tenang.

Sera membuka mulut hendak membantah, tetapi akhirnya mulutnya menutup lagi. Tanpa disadarinya napas Nathan mendadak lebih cepat ketika memperhatikan gerakan mulutnya

"Rumahmu di daerah sini ya?" Suara Nathan entah kenapa berubah jadi serak hingga Sera otomatis menoleh kearahnya. Tetapi lelaki itu tidak sedang menatapnya melainkan memandang lurus ke depan.

"Iya saya kost di daerah sini" jawabnya setengah melamun dan tersentak ketika Nathan mendadak menoleh ke arahnya.

"Kost?" Tanya Nathan terkejut begitu mendengar jawaban Sera

Romantic Story about Sera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang