BAB 29

93 15 4
                                    

Pagi itu, Sera terbangun dalam pelukan hangat Nathan. Matahari fajar sedikit menembus tirai putih jendela hotel itu, masih gelap dan dingin. Dengan nyaman Sera makin bergelung dalam pelukan lelaki itu. Dan secara otomatis Nathan mengetatkan pelukannya, melingkarkan lengannya erat-erat di tubuh Sera.

Sera memejamkan matanya, menenggelamkan wajahnya di dada telanjang Nathan. Menghirup aroma Nathan kuat-kuat dan menyimpannya rapat-rapat dalam memorinya. Tiba-tiba air mata merembes dari sela bulu matanya, dan Sera menahannya agar tidak menjadi isakan.

Kenapa? Kenapa Tuhan membuatnya jatuh cinta lebih dulu kepada Nathan sebelum kemudian mengabulkan doanya agar Rafael terbangun dari komanya? Apa rencana Tuhan di balik semua peristiwa ini? Kenapa di saat Rafael benar-benar sudah bangun, hatinya sudah jatuh dimiliki oleh Nathan?

Sera mengigit bibirnya agar tangisnya tidak semakin keras dan membangunkan Nathan, dia tidak boleh menangis. Ini semua sudah menjadi keputusannya. Dia sudah memiliki Rafael. Rafael yang mencintai dan dicintai olehnya sejak awal. Rafael yang sebatang kara dan tidak akan punya siapa-siapa kalau Sera tidak ada di sampingnya. Rafael lebih membutuhkan Sera dibandingkan Nathan. Tanpa Sera, Rafael akan rapuh, sedangkan tanpa Sera, Nathan akan tetap kuat. Nathan bisa mencari perempuan lain dengan segala kelebihannya, sedangkan Rafael hanya memiliki Sera.

Dia sudah memutuskan dalam hatinya, tapi kenapa hatinya tetap terasa begitu sakit? Rasanya seperti disayat-sayat ketika memikirkan Nathan, ketika ingatannya melayang pada setiap kebersamaan mereka. Kenapa rasanya masih terasa begitu sakit? Dan malam ini Sera memutuskan bertindak egois. Hanya malam ini ya Tuhan, ampuni aku, desah Sera  dalam hati. Dia tahu semua ini akan terjadi. Dia tahu jika dia datang menemui Nathan pada akhirnya mereka akan berakhir di ranjang dan bercinta. Sera tahu itu semua akan terjadi, tapi dia tetap mengambil konsekuensi itu, dia butuh merasakan pelukan Nathan untuk terakhir kalinya, dan kemudian meyakinkan dirinya bahwa ini adalah perpisahannya dengan Nathan.

Pelukan Nathan tiba-tiba mengencang dan lelaki itu dengan masih malas-malasan mengecup dahi Sera.

"Dingin?," tanyanya Serak.

Sera mendongakkan wajah dan mendapati mata hazel itu menatapnya. Lalu tersenyum lembut, dan menggeleng. Nathan meraih dagu Sera, mengecupnya singkat.

"Aku menyakitimu tidak semalam?"

Sekali lagi Sera menggeleng dan menenggelamkan wajahnya ke dada Nathan, menahan air mata. Ini adalah saat berharganya. Berada dalam pelukan erat Nathan, merasakan kelembutan dan kemesraannya. Dia akan menyimpan kenangan ini dihatinya, biar di saat-saat dia merasa pedih dan merindukan Nathan, dia tinggal menarik keluar kenangan tentang pagi ini, dan hatinya bisa terasa hangat. Seperti inilah dia akan mengenang Nathan nanti, lembut, penuh cinta dan memeluknya erat-erat.

Seolah mengerti pikiran Sera yang berkecamuk, Nathan tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya memeluk Sera erat-erat dan mengusap punggungnya dengan lembut, mereka larut dalam keheningan dan usapan Nathan membuat Sera setengah tertidur.

"Aku harap kamu tidak menyesali malam tadi" bisik Nathan lembut.

"Kamu tahu aku tidak akan pernah menyesal," tangannya dengan hati-hati mengusap wajah Nathan, takut akan reaksi Nathan karena dia tidak pernah melakukannya sebelumnya. Tapi Nathan langsung memejamkan mata, menikmati setiap usapan lembut Sera dengan penuh perasaan.

Merasa mendapatkan izin, dengan lembut Sera menggerakkan tangannya, meraba wajah Nathan. Mulai dari dahinya, lalu ke alisnya yang tebal, ke mata yang terpejam itu, ke bulu mata tebal, ke hidungnya, ke tulang pipinya yang tinggi yang tegas, ke rahangnya yang ditumbuhi oleh rambut-rambut tipis, dan berakhir di bibirnya. Bibir yang tak terhitung lagi sudah mengecupnya berapa kali.

Romantic Story about Sera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang