BAB 18

86 12 4
                                    

Ruangan itu gelap. Sangat gelap. Dengan gugup Sera menelan ludah. Kenapa sepi sekali, kemana Nathan? Apa Nathan mungkin sedang pulang ke rumahnya? Apa mungkin dia tidak tahu kalau Sera belum pulang? Syukurlah kalau begitu kejadiannya. Sera berusaha menenangkan dirinya, tapi tetap saja ia tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya menghadapi apa yang akan terjadi nantinya. Sepertinya hitungan mundur penantian sebuah bom yang akan meledak.

Dalam hitungan menit, pintu depan terbuka, tidak, bukan terbuka, tapi terdorong dengan kasarnya dan seketika lampu-lampu menyala. Nathan tampak begitu menakutkan. Matanya menyala-nyala, berambutnya acak-acakan bahkan penampilannya yang biasanya selalu elegan dan rapi tampak kusut berantakan. Sudah bisa dipastikan, lelaki itu terlihat begitu murka mendapati Sera terdiam menatapnya di ruang tamu apartemen itu. Dengan kasar, dia menarik pindah Sera dan mengguncangnya begitu keras.

"Kemana saja kamu ini hahhh??!" Teriak Nathan lepas kendali di hadapan Sera.

Sera berusaha menjawab, tetapi kepalanya terasa pusing karena Nathan yang masih mengguncangnya.

"Kamu tahu, aku mencari mu ke segala penjuru. Semua rumah sakit bersalin di kota ini aku datangi satu persatu, tapi tidak ada kamu!!!! Kemana saja KAMU????"

"Nath, tahan emosi lo"

Sebuah suara tenang terdengar di belakang Nathan membuat lelaki itu terpaku, seolah-olah baru menyadari kehadiran sosok di belakangnya. Justin berdiri dengan santai sambil menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu, sepertinya menikmati pemandangan Sera yang didamprat oleh Nathan.

Nathan menarik napas dalam-dalam beberapa kali, berusaha mengontrol emosinya.

Sialan benar Sera!! Sialan benar gadis ini!!!

Tidak tahukah dia begitu cemas tadi ketika sampai malam Sera belum juga pulang. Tidak tahukah dia betapa hati Nathan bagai dicengkeram ketakutan yang amat sangat ketika mencoba menghubungi Sera dan menemukan bahwa ponselnya mati.

Beribu pikiran buruk tadi berkecamuk di dalam benak Nathan, bagaimana kalau Sera kecelakaan? Atau dia menjadi korban kejahatan. Bagaimana kalau gadis itu terluka parah dan tidak dapat datang kepadanya untuk meminta pertolongan???

Dan sekarang, ia menemukan gadis itu berdiri di ruang tamu apartemennya, tanpa kekurangan suatu apapun, membuat Nathan dibanjiri perasaan lega yang amat sangat, lega sekaligus murka. Murka karena gadis itu telah membuatnya kacau balau, murka karena gadis itu telah membuatnya berubah dari Nathan yang tenang menjadi Nathan yang kacau, murka karena gadis itu telah menumbuhkan sebentuk perasaan yang tidak dia kenal sebelumnya.

"Pro... Proses melahirkan temanku bermasalah.... Dia... Dia eh... Harus....Dioperasi...." Sera masih berusaha mengumpulkan nafasnya, diguncang dengan begitu kerasnya membuat pandangannya berkunang-kunang.

Tangan Nathan yang masih berada di pundaknya mencengkeramnya kuat.

"Kalau begitu, apa susahnya meneleponku??!!! Kenapa kamu malah matikan ponselmu hah??!!",

"Baterai ponselku... Habis..."

"Memangnya tidak ada cara lain untuk menghubungiku. Aku hampir gila memikirkan kamu ada dimana!! Apa kamu pikir aku tidak mencemaskan mu? Kamu tahu aku hampir melaporkan kehilanganmu ke kantor polisi!!! "

"Nath, udahlah. Lagian dia juga udah pulang dengan selamat kan" Justin menyela, berusaha meredakan kemarahan dalam diri Nathan.

Dengan tajam Nathan menoleh kepada sahabatnya itu.

"Cukup Justin, sekarang lo boleh pergi. Makasih lo udah banyak bantu gue hari ini."

Justin hanya mengangkat bahu mendengar pengusiran halus dari sahabatnya itu.

Romantic Story about Sera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang