BAB 30

90 13 3
                                    

Sudah hampir sebulan sejak kejadian di malam itu, dan Nathan menepati janjinya. Dia benar-benar tidak menemui Sera lagi. Dan atas bujukan dan desakan Sabrena, akhirnya Sera mau kembali bekerja di perusahaan Nathan, lagipula bujukan Sabrena ada benarnya juga, Sera jelas butuh uang untuk menghidupi mereka semua.

Dan selama sebulan itu Nathan, sang CEO menjadi orang yang paling sulit dilihat di kantor, jika tidak sedang melakukan perjalanan bisnis, lelaki itu mengurung diri di ruangan kerjanya dan tidak keluar-keluar. Sesekali Sera masih berpapasan dengan Justin, lelaki itu masih bekerja di sini. Nathan  tidak jadi memecatnya, sepertinya dia dan Nathan sudah berhasil menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka.

Dan Sera merindukan Nathan. Dia sudah bertekad melupakan Nathan, tetapi hatinya punya mau sendiri, kadang dia menatap lift khusus direksi yang menyambung langsung ke ruangan Nathan dengan penuh harap. Berharap tanpa sengaja dia melihat Nathan keluar dari sana, melangkah ke parkiran mobilnya. Tuhan tahu betapa ia bersyukur seandainya saja dia bisa melihat Nathan, biarpun cuma satu detik, biarpun cuma dari kejauhan. Tapi entah kenapa Nathan seperti punya pengaturan waktu sendiri agar tidak bertemu Sera.

Sore itu Sera melangkah memasuki apartemennya dengan lunglai, dia tidak enak badan, sedikit panas dan meriang, jadi dia minta izin pulang cepat. Ketika memasuki ruang tamu, dia mendengar suara tawa dari ruang tengah. Suara Rafael dan dokter Sabrena. Dokter Sabrena sudah mendapat izin Nathan  menggunakan setengah hari kerjanya untuk melakukan terapi khusus pada Rafael.

Terapinya sudah membuahkan hasil, Rafael sudah bisa menggerakkan jari-jari kakinya, sedikit mengangkatnya dan melatih saraf-sarafnya. Optimisme bahwa Rafael akan bisa berjalan lagi semakin besar.

Sera melangkah ke ruang tamu dan melihat Rafael sedang duduk di kursi rodanya sedang dokter Sabrena menuangkan teh untuknya, sepertinya session terapi sudah selesai.

Rafael mendongak ketika merasakan kehadiran Sera dan tersenyum lebar, mengulurkan tangannya,

"Hai sayang,"

Dengan senyum pula Sera melangkah mendekat, menyambut uluran tangan Rafael. Lelaki itu membawa tangannya ke mulutnya dan mengecupnya.

"Bagaimana session terapi kali ini?" tanyanya lembut.

Rafael tertawa dan Sera mengamatinya dengan bahagia, Rafael banyak tertawa akhir-akhir ini. Lelaki itu makin sehat. Badannya sudah berisi dan tampak lebih kuat. Rafael sudah menjadi Rafaelnya yang dulu, yang penuh tawa dan vitalitas, dengan semangat hidup yang memancar dari dalam dirinya.

"Aku tadi sudah belajar berdiri, sulit sekali sayang sampai keringatku bercucuran, tapi aku senang sudah sampai di tahap sejauh ini", jelas Rafael bahagia.

Sera membelalakkan matanya senang, "Benarkah?" dengan gembira ditatapnya dokter Sabrena

"benarkah dokter?"

Dokter Sabrena mengangguk dengan senyum. "Perkembangan Rafael sangat pesat Sera, aku optimis dia akan bisa berjalan lagi."

Dengan bahagia Sera memeluk Rafael erat-erat, "Oh aku bangga sekali padamu sayang!" serunya dengan kegembiraan murni.

Tapi tiba-tiba Rafael melepaskan pelukannya dan menatap Sera sambil mengerutkan alisnya, "Sayang, badanmu panas."

Gantian Sera yang mengerutkan keningnya lalu meraba dahinya sendiri. "Benarkah? Aku memang merasa tidak enak badan, makanya aku pulang cepat."

Dengan cemas, Rafael menoleh ke arah Sabrena, "Dokter, badannya panas bukan?"

Sabrena segera mendekat dan menyentuh dahi Sera lembut, "Benar, kamu panas Sera, apa kamu baik-baik saja?"

Romantic Story about Sera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang