BAB 15

113 10 3
                                    

Julukan bajingan menjijikkan saja mungkin belum pantas untuk Nathan. Ia merenung sambil terus menatap Sera yang terbaring telanjang. Tertidur pulas berbantalkan lengannya. Obatnya mungkin sudah bereaksi, atau dia kelelahan gara-gara perbuatanya tadi? Dasar bajingan! Nathan terus mengutuk dirinya sendiri.

Tega-teganya dia memuaskan nafsunya atas tubuh Sera yang sedang sakit tak berdaya. Tapi kelembutan Sera saat membisikkan kalimat "tidak apa-apa" benar benar membuatnya lepas kendali. Nathan menggertakkan giginya, sudah cukup. Dia tidak boleh lepas kendali lagi!

Dengan lembut diletakkannya kepala Sera di bantal. Diselimutinya tubuh telanjang Sera dengan selimut tebal. Saat itulah bel apartemennya berbunyi, Nathan mengernyit lalu meraih jubah tidurnya yang tersampir di kursi. Ketika melihat dari lubang di atas pintu, dia melihat Sabrena dan Justin berdiri disana. Dengan enggan dia membuka pintu apartemennya dan berkacak pinggang di pintu yang terbuka.

"Kenapa kalian bisa datang berdua disini?" tanyanya curiga.

Sabrena mengangkat alisnya, "Sungguh penyambutan tamu yang tidak sopan. Apa kamu lupa? Kamu sendiri kan yang meminta aku datang?"

Nathan menatap Sabrena sekilas lalu menatap Justin yang sedang tersenyum

"Terus lo? Ngapain kesini?"

Justin hanya menunjukkan setumpuk berkas kepada Nathan. Sambil menarik napas panjang Nathan  membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan keduanya masuk.

"Oke oke, masuklah. Justin gue ganti baju dulu. Oiya, Sab Sera masih tidur."

"Tidak hanya tidur kurasa" Sabrena memandang penampilan Nathan yang acak-acakan dengan tatapan mencela.

Nathan tidak membantah melainkan hanya tersenyum kecut, matanya membelalak tidak percaya.

"Kamu benar-benar keterlaluan Nath. Aku nggak nyangka kamu bisa jadi maniak seks separah ini sampai tega meminta gadis yang sedang sakit untuk melayani mu!!!" Lanjut Sabrena sedikit heboh.

"Dimana dia? Aku seharusnya merekomendasikan dia dirawat inap di rumah sakit saja. Bukan malah disini. Jika dia disini bersama mu, sepertinya dia bukannya sembuh malahan tambah parah!!!"

Justin tampak tidak peduli dengan perdebatan dua orang di depannya, dia sibuk melihat-lihat ruangan apartemen itu.

"Bagus juga apartemen lo, kayaknya gue harus beli satu disini" gumamnya santai.

Nathan menatapnya tajam. Lalu dengan sebal ia melangkah ke kamar, dengan diikuti Sabrena dibelakangnya.

Sera sedang tertidur pulas saat Sabrena mendekat ke arahnya, dan menyentuh dahinya.

"Panasnya seperti api, mungkin aku harus membawa sample darahnya ke Lab untuk memastikan dia tidak terkena demam berdarah...."

Sabrena mengernyit menyadari tubuh telanjang Sera di balik selimutnya.

"Aku masih tidak habis pikir kamu tega menidurinya di saat kondisinya seperti ini. Sebenarnya dia ini siapamu Nath? Setahuku kamu masih berkencan dengan Anne. Dan sekarang tiba-tiba kamu tinggal serumah dengan karyawanmu sendiri."

"Nggak tinggal serumah Sab. Aku tinggal di rumahku sendiri, apartemen ini memang kubelikan untuknya."

Sabrena mengangkat alisnya, "Oh ya? Jadi, berapa lama kamu dirumah mu sendiri dan berapa lama kamu tidur disini?"

Dengan cekatan, Sabrena memeriksa kondisi Sera. Ia menyiapkan suntikan dari tas kerjanya untuk mengambil sample darah Sera. Sementara itu Nathan  kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Sabrena.

"Kamu benar" jawab Nathan sambil mengangkat bahu

"Sejak tidur bersamanya pertama kali, aku tidak pernah membiarkannya tidur sendirian lagi tiap malam"

Romantic Story about Sera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang