01. first impression

450 41 20
                                    

make a little conversation
so long i've been waiting
to let go of myself and feel alive

20 Tahun Lalu — Bandung

"Nana tolong bantu Ibu ambilkan susu kotak yang besar ya!" pinta Sari, ibunda Sahna yang sedang mendorong trolly belanja.

Sahna, gadis berumur tujuh tahun itu mengangguk menuruti perintah ibunya. Ia kemudian berjalan menyusuri setiap rak supermarket menuju rak yang dimaksud ibunya. Matanya tidak lepas dari barang-barang yang berjajar rapi.

Tiba-tiba saja tatapan Sahna tertuju kepada deretan lemari pendingin di ujung lorong. Dengan riang Sahna menghampiri salah satu lemari pendingin. Ia pergi ke bagian produk dairy. Matanya tertuju pada sebuah minuman probiotik yang selalu dibelinya setiap pergi ke supermarket.

Sahna membuka lemari pendingin tersebut. Udara dingin seketika menerpa yang membuat bulu kuduknya meremang. Setelahnya, ia berjongkok sedikit untuk mengambil minuman kemasan yang diinginkannya.

Hanya saja tidak sengaja Sahna menjatuhkannya. Suara barang berdebam menyentuh lantai. Sahna segera berjongkok untuk mengambil namun seseorang lebih dulu mengambilnya.

Sahna memperhatikan orang itu. Seorang anak laki-laki dengan rambut tertata rapi ke bawah mengambil lebih dulu minuman kemasan yang terjatuh.

Setelahnya anak si laki-laki bangkit dan memberikan minuman kemasan itu pada Sahna. Gadis itu hendak berterima kasih, namun segera diurungkan saat si anak laki-laki berkata. "Makanya hati-hati kalau ambil barang! Untung nggak sampai rusak dan tumpah. Kalau rusak memangnya kamu bisa ganti rugi?!" ucapnya mengomel.

Alis Sahna mengerut. Niatnya ingin berterima kasih pun lenyap, berganti dengan perasaannya yang mendadak kesal.

"Awas! Aku mau ambil susu!" si anak laki-laki itu menyuruh Sahna minggir dari hadapan lemari pendingin.

Dengan gerakan perlahan, Sahna minggir dari pintu lemari pendingin. Hanya saja ia masih mematung memperhatikan si anak laki-laki yang mengambil beberapa kotak susu ukuran sedang berbagai rasa dari lemari pendingin.

"Kamu nggak sopan!" gerutu Sahna saat anak laki-laki itu hendak menutup pintu lemari pendingin.

"Nggak sopan kenapa?" tanya si anak laki-laki bingung.

Sahna bersungut. "Ya harusnya kamu bilang permisi, bukan main awas-awas aja!"

"Kamu juga nggak bilang terima kasih. Padahal udah aku bantu ambilin minuman kamu," balas si anak laki-laki tidak mau kalah.

"Makasih," ucap Sahna otomatis. Meski ia kesal dengan anak laki-laki di hadapannya, namun sebisa mungkin Sahna ingat bahwa ia tetap harus berterima kasih jika sudah dibantu. Ia kemudian melanjutkan. "Sekarang kamu minta maaf sama aku karena udah kasar."

"Aku nggak kasar." Si anak laki-laki membela diri.

Kening Sahna semakin merengut. Matanya memicing, menatap sebal ke arah si anak laki-laki. "Kamu diajarin sama guru kamu nggak sih?"

Perdebatan kedua anak itu terhenti begitu seseorang memanggil dari arah lorong.

"Cakra?! Ayo, Nak!" ucap seorang wanita.

Sontak saja si anak laki-laki bernama Cakra itu menoleh ke arah sang wanita. Segera saja Cakra berlari menghampiri orang yang memanggilnya, meninggalkan Sahna tanpa sepatah kata apa pun lagi.

"Ih, aneh banget," gerutu Sahna begitu Cakra menghilang di balik lorong.

Namun kekesalan Sahna juga terpotong begitu ibunya memanggil. Seketika ia menjadi ingat bahwa ia harusnya mengambil kotak susu ukuran besar yang dipinta ibunya.

Temporary EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang