how many nights does it take to count the stars?
that's the time it would take to fix my heart
•5 Tahun Lalu — Singapura
Sahna menginjakan kaki di apartemen Cakra setelah dua hari ini menghindari pemuda itu. Dua hari lalu mereka terlibat pertengkaran hebat. Setelah menenangkan diri beberapa hari, Sahna menyadari bahwa seharusnya mereka tidak perlu bertengkar bahkan hingga terucap kata perpisahan.
Sahna masih ingat dengan jelas pertengkaran mereka yang seakan akumulasi dari segala masalah yang sedang terjadi di antara mereka.
Hubungan keduanya sedang sering turun. Kesibukan kuliah Sahna dan pekerjaan Cakra semakin sulit membuat keduanya berkomunikasi. Ditambah Cakra yang sering pulang-pergi ke Jakarta untuk mengurusi perusahaan membuat keduanya jarang bertemu.
"Aku nggak bisa mencampuradukan kerjaan sama masalah personal, Sahna!" erang Cakra menahan geram saat mereka berselisih dan berdebat.
Sahna tidak kalah geram. Ia membusungkan tubuh dan balas menyalak. "Yang kamu korbankan di sini itu bisnis keluarga aku, Cakra! Kamu tahu usaha keluarga aku lagi butuh dukungan untuk bertahan tapi kamu malah punya niat memutus semuanya!"
Sahna marah karena Cakra yang saat itu menjabat sebagai Direktur Pemasaran Nataprawira Grup hendak menyudahi kerjasama anak perusahaan Nataprawira dengan pabrik cokelat milik ayah Sahna. Cakra beralasan ia ingin mencapai kerjasama dengan perusahaan yang lebih besar dan berjanji akan memberikan perusahaan ayah Sahna ganti rugi yang sepadan. Namun Sahna tetap kecewa terhadap keputusan Cakra.
Beberapa waktu yang lalu Sahna pernah bercerita pada Cakra bahwa usaha ayahnya sedang mengalami kesulitan. Ayahnya butuh nama perusahaan besar sebagai pemancing agar lebih banyak investor yang memberikan suntikan modal. Ayahnya pernah bercerita bahwa ia bersyukur masih punya Nataprawira sebagai backing perusahaannya. Namun setelah tahu rencana Cakra, tentu saja Sahna yakin usaha ayahnya akan jadi jauh lebih sulit.
"Na." Cakra berjalan mendekat ke arah gadisnya. Ia meraih tangan Sahna lalu berkata lagi, "Can we not arguing about this? Aku janji hal itu akan aku urus tanpa merugikan usaha keluarga kamu. Let's not talk about business, okay?"
Sahna menggeleng. "Nggak bisa, Cakra. Aku harus tahu pasti semuanya karena keluarga aku yang jadi taruhan di sini. Kamu nggak bisa memperlakukan keluarga aku seenaknya."
"Siapa yang memperlakukan keluarga kamu seenaknya, Na?" sergah Cakra. "Mocha, I have a huge respect for your father. I wouldn't dare to cross him."
"Yet you treat him like a toy. You threw him away when you have a bigger one!" desis Sahna.
"Oh my God, Sahna!" Cakra kehilangan kesabarannya. "Aku harus gimana lagi menjelaskannya ke kamu? Kamu mau aku kayak gimana?!"
"I don't know!" pekik Sahna frustasi. Kepalanya kusut oleh banyak masalah yang terjadi di antara mereka akhir-akhir ini. "Maybe we should take a break!"
"A break?" Alis Cakra naik. Namun pria itu mengangguk setuju. "Okay. Let's pause this fight and get some ice cream or something."
"Bukan, Cakra," desah Sahna. "I mean a break, from us," sambung sang gadis saat Cakra salah memahami maksudnya.
"Na—"
"Kita harus berpisah untuk menjernihkan pikiran masing-masing." Sahna segera merapikan barang-barangnya dan berjalan ke arah pintu apartemen. Ia tahu Cakra hendak menahannya, namun Sahna tidak bisa lagi menghadapi pertengkaran mereka. Ia sudah sangat lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary Effect
RomanceMendapatkan warisan sebuah vila tempatnya menghabiskan masa kecil dan perkebunan luas dari mendiang ayahnya, Cakra Nataprawira memiliki rencana untuk menginvestasikan bagian warisannya. Lagipula vila itu menyimpan terlalu banyak kenangan yang ingin...