02. hello, goodbye

277 37 14
                                    

i'm ready to forgive you
but forgetting is a harder fight

Masa Kini

Seharusnya Cakra bisa mengendalikan diri untuk tidak mencari tahu tentang hal-hal yang hanya akan menambah beban pikirannya. Selama ini Cakra hidup baik-baik saja tanpa memikirkan urusan orang lain. Ada kalanya tidak tahu menjadi lebih baik daripada mengetahui segala hal namun hanya memperburuk pikiran.

Hanya saja hal itu tidak berlaku bagi situasi Cakra kini. Ia sedang duduk di salah satu ruang pertemuan kantor Nataprawira. Sambil menunggu saudara-saudaranya datang untuk pembacaan surat wasiat mendiang ayah mereka, Cakra mengecek ponsel untuk melihat jadwal kegiatannya hari ini.

Lalu tidak sengaja Cakra menekan notifikasi aplikasi Instagram yang muncul di layar. Layar pun berubah menjadi tampilan beranda aplikasi tersebut. Cakra hendak menutupnya lagi namun jarinya berhenti bergerak saat melihat foto pertama yang muncul di halaman atas beranda.

Seakan bergerak sendiri, jari Cakra terus menggulir ke bawah. Foto di beranda itu pun semakin jelas. Napas Cakra tiba-tiba memberat.

Pria tiga puluh dua tahun itu menatap layar ponselnya dengan rahang mengatup. Bibirnya tertutup rapat menjadi sebuah garis tipis. Ia menatap terus layar ponsel itu dan kini berharap bisa menghancurkannya.

Sebuah unggahan dari Sahna memenuhi layar ponsel Cakra. Unggahan itu berisikan beberapa foto. Di salindia awal, terdapat foto Sahna bersama seorang anak laki-laki yang sedang meniup lilin berbentuk angka sepuluh.

Cakra tidak bisa menahan diri dan terus menggeser unggahan itu. Di salindia selanjutnya terdapat Sahna masih di acara yang sama sedang berpose bersama banyak anak-anak di sekelilingnya. Si anak yang berulang tahun berdiri di sampingnya.

Salindia foto selanjutnya membuat ubun-ubun Cakra mendidih. Seharusnya ia tidak bersikap seperti ini. Namun lagi-lagi ia tidak bisa menahan diri. Ia juga tidak mengerti mengapa merasakan emosi yang tiba-tiba naik.

Dalam foto itu terlihat Sahna sedang berpose dengan anak yang sama dan seorang pria. Mata Cakra menyipit. Ia mengingat-ingat wajah pria itu karena merasa familiar.

Siapa pria itu?

Lalu ingatan Cakra menemukan jawaban. Pria itu kalau tidak salah bernama Ammar. Dia adalah salah satu penduduk di desa dekat vilanya dan juga teman bermain Sahna.

Meski tidak berasal dari wilayah desa, Sahna kecil lebih sering bermain bersama anak-anak desa di dekat rumahnya. Cakra beberapa kali bergabung juga karena diajak Sahna. Namun ia merasa tidak cocok dengan anak-anak itu karena mereka sering bermain terlalu jauh dan hingga sore.

Wajah Ammar banyak berubah dari ingatan terakhir Cakra. Rahang pria itu kini terukir tegas namun tetap menunjukkan raut wajah yang ramah. Kulitnya jauh lebih cerah dan bersih. Hanya saja gaya berpakaiannya masih sama dengan kaus polos lusuh dan topi yang dipakai terbalik.

Lalu pikiran kecil Cakra muncul. Kenapa Sahna berfoto dengan Ammar? Ada hubungan apa di antara Sahna dan Ammar? Apakah mereka menikah?

Tapi rasanya tidak mungkin. Jika Sahna sudah menikah, Cakra pasti tahu. Paling tidak saudara-saudaranya akan memberitahunya.

Pria itu lalu mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sahna di pemakaman mendiang ayahnya. Hari itu untuk pertama kalinya setelah lima tahun, Cakra kembali bertemu dengan Sahna. Ia tidak menduga Sahna akan menemuinya, apalagi hingga sengaja mencarinya.

Saat acara persemayaman ayahnya, Cakra ingat pikirannya yang kacau. Ia tidak tahu kehilangan ayah berdampak begitu kuat pada dirinya. Cakra kira ia sudah menerima keadaan sang ayah dan siap jika suatu saat ayahnya pergi.

Temporary EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang