1 (awal)

2.7K 147 134
                                    

Saling menyalip antar motor adalah pemandangan pada tengah malam ini. Ada beberapa motor tengah bersaing untuk mencapai garis finish. Ada salah motor berwarna mencolok dibandingkan yang lain. Ia merupakan karakter utama di cerita kali ini.

Senyum terbit di balik helm sang tokoh utama yang berhasil melewati setiap lawannya malam ini. Saat belokan tajam dengan mudah ia lewati tanpa kendala apapun.

Beberapa saat kemudian ia berhasil tiba di garis finish dengan jarak yang cukup jauh dengan lawannya. Helm full face yang ia gunakan dia lepas untuk menghirup udara malam ini.

Rambut hitam legam, memiliki wajah yang rupawan, berhidung mancung, dan ada sedikit belahan di dagu adalah ciri fisik dari sosok tokoh utama kita. Remaja berusia lima belas tahun yang cukup tinggi dibandingkan orang Asia pada umumnya. Nama dia adalah Rimba Dan Jovetic. Anak kedua dari tiga bersaudara.

"Jam berapa coy?" tanya Rimba kepada dua sahabatnya.

"Satu," jawab seorang remaja berwajah chinese.

Dia bernama Guan Lin. Sahabat Rimba sejak kecil hingga sekarang.

Wajah Rimba seketika shock mendengar jawaba dari sang sahabat. "Mati gua!" pekik Rimba panik.

Geplakan di kepala didapatkan oleh Rimba dari seorang pemuda berkulit sawo matang. "Santai bro. Paling juga kena hukuman dari bokap lu," ujar sang remaja terkekeh geli.

Bagas Gumilar adalah nama remaja tersebut. Ia juga merupakan sahabat dari Rimba dari kecil.

"Lu enak kagak ada bokap," gerutu Rimba.

"Lu juga gak ada ibu," sahut Bagas.

Mereka berdua akhirnya tertawa begitu saja. Guan menatap malas interaksi kedua sahabatnya itu.

"Tuh orangtua gua ada empat. Ambil salah satunya buat kalian tuh," ujar Guan.

"Ogah," sahut Rimba.

"Gua nginep di rumah lu ya," ujar Bagas kepada Guan.

"Ibu lu bagaimana?" tanya Rimba kepada Bagas.

"Dia tidak akan sadar bahwa aku tidak pulang," jawab Bagas santai.

"Tenang gua juga tinggal apartemen milik keluarga lu Rim," ujar Guan.

"Lagipula itu pemberian bokap gua juga," ujar Rimba.

"Lu ada orangtua kagak guna banget sih Guan," komentar Bagas.

"Cuma status saja. Peran mereka tidak ada di kehidupan gua. Mana di kartu keluarga gua sendirian saja," ujar Guan.

"Udahlah kita malah adu nasib. Gua cabut duluan," ujar Rimba.

Mereka berdua mengganggukkan kepala mengerti. Dengan itu Rimba mengambil uang taruhan lantas diberikan kepada kedua sahabatnya. Ia tidak mengambil uang taruhan lebih sering memberikannya kepada kedua sahabatnya.

Dengan kecepatan tinggi Rimba memacu si kuda besi untuk segera tiba di rumahnya. Membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk tiba di rumah.

Langkah kaki Rimba sangat pelan agar tidak bersuara sama sekali. Dengan pelan Rimba membuka pintu utama rumah. Baru saja akan menutup pintu ada suara deheman seseorang.

"Kakak!" panggil seseorang.

Dengan sedikit pelan Rimba memutar badan menghadap suara tersebut. "Hay papa sudah malam lho," sapa Rimba.

"Kenapa baru pulang?" tanya sang ayah.

Pria dewasa bernama Stevan Kabar Jovetic. Sosok duda yang perlu mendidik ketiga putranya sendiri. Setelah kematian sang istri enam tahun lalu.

RimbaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang