13 (si rusuh sakit)

793 65 6
                                    

Aksi bermain hujan-hujanan kemarin, menghentikan tingkah petakilan Rimba untuk hari ini. Remaja itu, sekarang tengah terbaring lemah di kasurnya. Kedua mata Rimba senantiasa tertutup tidak terbuka sama sekali sejak kemarin malam.

Di samping Rimba ada sosok sang ayah yang setia menunggu sang putra. Stevan mengecek suhu tubuh Rimba yang sejak semalam tidak turun panasnya.

"Papa!" panggil Fano.

Stevan tersenyum kearah putra bungsunya. Anak kecil berusia sembilan tahun itu memeluk erat kedua kaki besar ayahnya. Stevan menggendong putra kecilnya.

"Kok kakak tidak rusuh?" tanya Fano.

Stevan terkekeh mendengar pertanyaan Fano. "Kakak kehabisan baterai. Sekarang perlu beristirahat dulu untuk beberapa hari," jawab Stevan.

"Hehehe kakak lucu," tawa Fano.

Fano menarik pipi kanan Rimba. Rimba yang terusik menepis tangan kecil Fano. Mana anak kecil itu semakin gencar menjahili kakak keduanya.

"Dasar jahil sekali sama kakaknya," ujar Stevan.

"Dek ayo berangkat sekolah! Abang antar kamu ke sekolah," ajak Argo.

"Kamu memang tidak ada jadwal pagi, bang?" tanya Stevan melihat penampilan santai Argo.

"Ada. Nanti abang ganti di mobil saja," jawab Argo.

"Bang pakai celana panjang kamu, nak. Kamu pakai celana pendek seperti anak kecil saja," komentar Stevan melihat penampilan Argo.

"Papa!" kesal Argo.

"Papa!" kesal Argo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Penampilan argo)

"Ganti celana kamu, bang. Papa takut kamu diculik tante girang. Paha kamu mulus banget pula. Nanti ada om-om belok pula melirik kamu," ujar Stevan.

"Ih abang masih suka cewek tomboy ya!" protes Argo.

"Tipe kamu sedikit berbeda dengan cowok lain," ujar Stevan.

"Terserah abang. Papa tidak boleh melarangnya," ujar Argo.

"Ayo kita berangkat sekolah!" ajak Fano.

"Abang cepat ganti celana kamu!" tegas Stevan.

"Tidak mau!" pekik Argo.

Stevan yang kesal langsung menggendong Argo ala karung. Argo memberontak tidak mau akibat tindakan ayahnya. Fano tertawa melihat wajah sang abang yang terus saja menggerutu.

Fano lebih memilih menemani kakak keduanya. Tangan kecil Fano mengelus keringat yang keluar dari leher Rimba.

Ia mendekat lantas mencium pipi Rimba. "Cepat sembuh kakak. Adek rindu melihat kakak membuat papa pusing karena tingkahmu," ujar Fano.

RimbaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang