6 (jahilin guru)

739 78 111
                                    

Rasa bosan menimpa sosok Rimba. Ia bersama kedua sahabatnya tengah berada di kantin. Mereka membolos lagipula tidak ada guru yang mengajar di kelas.

Sebuah ide cemerlang menghampiri Rimba. "Gua mau jahilin guru," ujar Rimba.

"Apa ide lu?" tanya Bagas.

"Di tas gua ada lidah palsu. Nanti gua praktekan gimana gua prank guru," ujar Rimba.

"Target prank guru yang jangan terlalu tua. Bahaya kalau tiba-tiba dia serangan jantung," nasihat Guan.

"Siap deh!" pekik Rimba.

"Lebih bagus kita ke kelas aja. Mumpung pergantian jam pelajaran. Lumayan Bu Anggi nih bisa dikerjain," ujar Bagas.

"Boleh tuh," ujar Rimba.

Mereka bertiga kabur dari kantin. Tak lupa, Rimba menaruh dua lembar uang berwarna merah sebelum pergi. Sang penjaga kantin tersenyum melihat tindakan Rimba.

Walaupun Rimba tergolong anak cukup kurang ajar terhadap guru. Ia selalu membayar apapun ketika jajan di kantin. Dia tetaplah anak remaja yang sopan kepada orang lain. Yah kadangkala, sifat random Rimba membuat orang lain kerepotan.

Beda seperti anak orang kaya raya pada umumnya. Yang terkesan arogan dan sombong. Kita kembali kepada ketiga sosok tiga berandalan sekolah. Tiba di kelas Rimba mulai menjalankan ide jahilnya. Tak lama target masuk ke dalam kelas. Rimba melirik kearah Bagas.

Rimba menusuk lidah palsu dengan pisau kecil yang sering ia bawa. Bagas menambahkan sedikit darah palsu di lidah tersebut.

"Bu Anggi! Rimba tidak sengaja menusuk lidahnya!" pekik Bagas.

Bu Anggi adalah guru muda yang mengajar pelajaran kimia. Ia mendekat kearah dimana Rimba dan Bagas duduk. Guan memperhatikan saja tidak berkomentar apapun.

"Kamu ini ada-ada saja sih Rimba," heran Bu Anggi.

Bu Anggi akan mengambil pisau kecil tersebut. Namun ternyata lidahnya terlepas. Akibat kejadian itu Bu Anggi pingsan untung ditahan oleh Guan.

Ketiga remaja itu tertawa seketika. Bahkan seisi kelas juga ikut tertawa saat mengetahui itu ulah jahil Rimba.

Naas seorang guru bk tidak sengaja lewat di kelas Rimba. Pada akhirnya ketiga remaja diminta untuk masuk ke ruangan kepala sekolah.

Rimba memilih duduk di lantai. Dia malas berdiri sementara kedua sahabatnya tetap setia berdiri.

"Kau tidak kapok untuk berbuat ulah, Rimba?" tanya sang kepala sekolah.

"Gabut. Habisnya Bu Anggi mengajar membuat aku mengantuk sih," jawab Rimba.

"Kau tidak diajarkan sopan santun oleh ibumu?" tanya kepala sekolah.

"Bapak aneh. Mama aku tidak ada hubungannya dengan kenakalan aku," jawab Rimba.

"Bapak dengar ibumu seorang jalang?" remeh kepala sekolah.

Rimba berdiri dan langsung memukul wajah kepala sekolah. "Bapak jangan menghina malaikatku!" kesal Rimba.

Bagas dan Guan yang berusaha menahan tubuh Rimba tidak bisa. Rimba mendorong kedua sahabatnya begitu saja. Tubuh tinggi Rimba mendorong sangat kuat sosok kepala sekolah. Tatapan mata Rimba seolah siap memangsa buruannya.

Pukulan demi pukulan Rimba layangkan ke wajah kepala sekolah. Bagas atau Guan tidak menyerah untuk menghentikan tindakan brutal Rimba.

Sebuah pisau yang setiap saat dibawa Rimba akan siap menusuk jantung kepala sekolah ditahan oleh seseorang. Rimba menatap sengit orang yang menghentikan tindakannya.

RimbaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang