4 (adek imut rimba)

864 94 104
                                    

Memiliki adik merupakan keinginan Rimba. Awalnya, kedua orangtua Rimba tidak setuju. Mereka pikir bahwa ucapan Rimba hanya sekedar omong kosong saja. Ternyata, selama beberapa bulan Rimba menagih tentang adik.

Yah jadi mereka memberikan adik untuk Rimba. Dulu alasan Rimba meminta adik karena sang abang jarang bermain bersamanya. Argo terlalu sibuk belajar. Hingga lupa bermain bersama dengannya. Jadi Rimba meminta adik saja agar bisa menemani dirinya bermain.

Sekarang kedua kakak beradik tengah berada di salah satu mall terbesar di Surabaya. Rimba memegang erat tangan kanan sang adik Fano. Mereka berdua memang hanya berdua saja.

Fano mengeluh bosan di rumah. Sebagai kakak yang baik, Rimba mengajak Fano untuk pergi ke mall saja. Fano setuju saja asalkan di traktir oleh kakaknya.

Mata Fano memperhatikan ada anak seumuran dengannya tertawa bersama sang ibu. Ia menundukkan pandangan tidak mau melihat hal tersebut. Wajar Fano cemburu ia masih anak kecil yang membutuhkan sosok seorang ibu.

Dulu ia tidak tahu apapun. Sekarang ia merasakan kehilangan peran ibu dalam hidupnya. Ia sangat iri terhadap orang yang bisa memeluk ibunya. Beda dengan dirinya yang hanya bisa memeluk batu nisan sang ibu.

Rimba merasa aneh karena sang adik diam saja. Ia menunduk melihat Fano tidak fokus menatap kearah depan. Rimba berhenti berjalan, tentu saja Fano juga terhenti.

Sosok remaja itu berjongkok di hadapan sang adik. "Adiknya kakak kenapa sedih?" tanya Rimba mengelus rambut Fano.

"Aku rindu mama," jawab Fano.

Rimba paham. Sang adik pasti sangat merindukan sosok malaikat yang telah melahirkan mereka ke dunia ini. Tapi dia tidak bisa lemah di hadapan adiknya.

"Mama pasti akan sedih di surga, kalau adek menangis. Jadi adek perlu merelakan kepergian mama. Setiap takdir ini merupakan hal yang menurut sang pencipta terbaik untuk kita. Kakak bukan orang yang setiap minggu ke gereja seperti orang lain. Setidaknya, kakak tahu bahwa takdir sang pencipta seunik itu," ujar Rimba mengelus rambut sang adik.

"Kenapa kakak tidak ke gereja?" tanya Fano.

"Tidak apa-apa. Ada hal yang kakak pikir tidak pantas saja," jawab Rimba.

"Kakak tahu tidak bahwa temanku itu beragam," ujar Fano.

"Kakak gendong saja ya. Kita makan sebelum kita bermain di mall," ujar Rimba.

"Okey!" pekik Fano.

Rimba menggendong sang adik dengan mudah. "Temanku bilang bahwa anak broken home itu tidak baik," ujar Fano.

"Tidak selamanya begitu," ujar Rimba.

"Maksud kakak?" tanya Fano.

"Sahabat kakak si Guan. Dia korban broken home. Sekarang ia bisa mandiri tanpa bantuan kedua orangtuanya," jawab Rimba.

"Kak Guan sendirian saja?" tanya Fano.

"Iya. Dia sahabat kakak yang paling kuat. Dia memiliki kedua orangtua hanya saja tidak ada peran mereka dalam hidupnya Guan," jawab Rimba.

"Teman adek ada yang punya ibu tiri baik sekali. Terus ada juga yang tidak dikasih uang jajan sama ibu tirinya. Jadi adek kasih, uang jajan aku saja sama dia," ujar Fano.

"Adek kakak emang baik sekali," ujar Rimba mengelus rambut Fano.

"Kakak pacarnya ada berapa?" tanya Fano.

"Sekitar dua puluh sepertinya," jawab Rimba.

"Banyak sekali," ujar Fano.

"Mereka memaksa kakak saja. Kakak padahal tidak mau," ujar Rimba.

RimbaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang