Beberapa hari suasana kediaman keluarga Jovetic sangat tenang. Penyebab kekacauan di rumah tidak enak badan. Sekarang ada sosok anak remaja bergelantungan di Railing tangga. Sang penyebab kerusuhan telah pulih dari rasa sakitnya.
Railing tangga tidak hanya sekedar pembatas yang berupa tiang berjajar, tetapi lebih dari itu railing tangga harus kuat dan aman bagi siapapun penggunanya.
Ia tengah di landa kebosanan. Di bawah sana Rimba, ada sekelompok anak buah Stevan berjaga untuk keselamatan tuan muda mereka.
"Tuan muda kedua! Saya mohon agar anda turun dari sana!"
"Bacot lu! Terserah gua mau ngapain di rumah gua sendiri!" pekik Rimba tidak peduli.
"Anda bisa patah tulang tuan muda. Apabila anda tetap berada disana,"
"Heh ente berisik deh! Sana jaga rumah gua aja! Papa tidak melarangku juga!" pekik Rimba.
Rimba tidak peduli. Ia lebih fokus untuk berayun ke depan dan ke belakang tanpa rasa beban sama sekali. Padahal di bawah anak buah Stevan landa rasa kecemasan. Mereka takut dibunuh oleh Stevan apabila Rimba terluka di bawah pengawasan.
Pekikan senang Rimba berayun layaknya monyet hutan. Tingkah laku Rimba benar-benar membuat mereka menahan diri untuk tidak mengikat tubuh Rimba tetap diam saja.
Merasa puas Rimba meloncat begitu saja. Mereka dengan segera berlari saat melihat Rimba melompat ke bawah. Berakhir dengan Rimba yang mendarat di tubuh lima orang dewasa.
"Ish! Rimba mau merasakan patah tulang!" pekik Rimba.
Sungguh segala kelakuan Rimba di luar nalar mereka semua. Anak kedua ini memang sangat aktif sekali. Bisa dikatakan segala hal mengenai Rimba sulit untuk ditebak.
Tubuh tinggi Rimba berdiri dengan cepat ia berlari. Puluhan orang mengejar Rimba. Mereka ditugaskan agar menjaga keselamatan Rimba selama di rumah.
Remaja berusia lima belas tahun itu dilarang untuk bersekolah dulu. Suhu tubuh Rimba semalam belum turun. Sekarang ia asyik berlari kesana kemari. Merasakan perasaan bebas setelah beberapa hari tidak bisa bergerak sama sekali.
Di kolam renang ada sosok Argo tengah berenang. Rimba tersenyum senang melihat kehadiran sang abang. Ia langsung menceburkan diri masuk ke dalam kolam renang.
Tindakan tiba-tiba Rimba mengejutkan sang abang. Argo langsung menghampiri Rimba. Dia sangat khawatir terhadap adiknya yang baru saja sembuh dari demam. Ia memukul kepala sang adik yang malah tertawa ke arahnya.
"Lu jangan seenaknya masuk ke dalam kolam renang napa!" omel Argo kepada adik pertamanya.
"Gabut bang, lu sih kagak ngajakin gua berenang," ujar Rimba.
"Keluar dari kolam renang. Baru saja sembuh udah berenang saja," ujar Argo.
"Main ps yuk! Gua bosen sendiri di kamar!" rengek Rimba menarik tangan sang abang.
"Abang perlu berlatih berenang untuk ujian abang mendatang," ujar Argo.
"Abang!" rengek Rimba.
"Okey abang mengalah," ujar Argo mengalah.
"Yeah!" pekik Rimba senang.
Argo terkekeh mendengar suara riang sang adik. Jujur Argo sangat khawatir, saat beberapa hari lalu Rimba terbaring tidak berdaya di atas kasurnya.
Mereka berdua menepi untuk naik ke atas kolam renang. Argo membantu sang adik untuk segera naik ke daratan.
Dengan langkah pelan Argo membantu mengeringkan rambut Rimba. Ia membalut tubuh basah Rimba menggunakan handuk yang dia bawa. Argo mengambil handuk satu lagi untuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rimba
General FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Rimba dan jovetic sosok anak tengah yang menjadi pelipur lara bagi keluarganya. Remaja yang setiap hari akan membuat sang ayah menghela nafas kasar akan segala tindakan nakalny...