Waktu liburan keluarga masih tersisa tiga hari. Kemarin mereka bertemu dengan keluarga Marcus yang merupakan adik dari Stevan. Sekarang ada sosok wanita muda menatap datar kearah Rimba.
Dia memeluk erat tubuh tinggi Rimba. Tindakan sang wanita membuat wajah putih Rimba memerah. Ayolah kedua buah dada sang wanita dewasa tepat kearah wajah Rimba.
"Keponakan aunty yang tampan!" pekik sang wanita dewasa.
"Tumben kau berada di Indonesia," ujar Stevan.
"Aku merindukan ketiga keponakanku abang," jawab sang wanita tersebut.
Latasha Wolter seorang wanita dewasa berusia dua puluh enam tahun. Sosok pengganti kepemimpinan perusahaan Wolter setelah kepergian sang ayah tercinta. Ia merupakan adik dari Lusiana Wolter ibu bagi ketiga bersaudara Jovetic yang tidak lain adalah istri dari Stevan.
"Aunty aku kehabisan nafas!" protes Rimba.
Latasha atau sering dipanggil Tata oleh semua orang. Menurutnya nama dia cukup sulit diucapkan oleh orang Indonesia. Namun ketika di luar negeri dia sering dipanggil Latasha.
Tata melepaskan pelukannya dari sang keponakan. Dia mencium kedua pipi Rimba. "Aunty gemas sekali dengan kamu tahu. Abang kamu sulit sekali didekati oleh aunty," keluh Tata.
"Lepaskan saja putraku, Tata. Aku ada pembicaraan serius denganmu," ujar Stevan.
"Okey deh bang!" pekik Tata.
Rimba langsung berlari setelah dibebaskan oleh sang bibi. Dia memang suka dengan bibinya satu ini. Namun pasti dia akan sulit dilepaskan begitu saja.
Remaja itu meledek kearah sang bibi. Tata merasa jengkel akan kelakuan ajaib dari sang keponakan.
"Abang mau kau terjun ke dunia bawah juga bersama Argo," ujar Stevan.
"Bang aku tidak mau. Aku telah memilih tidak akan menikah lagi, dan lebih baik mengadopsi anak saja tahun depan. Aku tidak ingin kejadian yang menimpa kakakku terjadi lagi dengan keluargaku," ujar Tata.
"Baiklah. Aku terima keputusanmu," ujar Stevan.
"Kau tidak tertarik denganku, bang?!" ledek Tata.
Tata bergerak sensual menggoda Stevan. Tidak ada tatapan haus akan nafsu dari mata Stevan sama sekali. Tangan Stevan langsung memukul kepala Tata cukup keras.
"Kau telah dianggap sebagai adikku juga. Jadi aku tidak akan mengganggapmu lebih dari itu," ujar Stevan.
"Abang gantengku!" pekik seseorang.
Stevan memutar matanya malas. Suara itu adalah adiknya sendiri. Dia heran sendiri kenapa kedua adiknya ini memiliki sifat yang sama yaitu rusuh. Entah adiknya atau adik iparnya sendiri.
Tinggalkan Stevan yang pusing akan tingkah mereka berdua. Di sebuah kamar ada tujuh remaja pria berbeda usia tengah bercanda satu sama lain. Hanya ada seorang remaja yang nampak memeluk erat kedua tubuh adiknya.
"Bang!" panggil Bryan.
"Ada apa?" tanya Argo.
"Tidak ada," jawab Bryan.
"Kalian ke Bali tidak beritahu kami semua," ujar Kevin.
"Sengaja kok. Aku malas bertemu dengan mas Kevin," ujar Fano.
"Heh kok jahat banget sih kamu!" pekik Kevin.
"Biarin!" pekik Fano.
"Kita bertujuh bisa jadi boyband tahu," ujar Bobby.
"Ada anak kecil diantara kita," ujar Indra.
"Aku sudah berusia sepuluh tahun!" protes Kevin.
"Coba absen umur saja. Kalau gitu," usul Indra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rimba
General FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Rimba dan jovetic sosok anak tengah yang menjadi pelipur lara bagi keluarganya. Remaja yang setiap hari akan membuat sang ayah menghela nafas kasar akan segala tindakan nakalny...